Kamis, 25 Maret 2010

Menakar Komposisi Kandungan EM4

Top of Form

Menakar Komposisi Kandungan EM4

Teknologi EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak kalangan masyarakat yang menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang EM, komposisi kandungan, fungsi dan jenis-jenis EM.
EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.
Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.
Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.
Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanahlactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfunsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur.
Jenis-jenis EM yang ada seperti EM1 yang berupa media padat berbentuk butiran yang mengandung 90% actinomicetes. Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2 terdiri dari 80 species yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu.
Berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik untuk menekan patogen. EM3 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam kaldu ikan yang berfungsi membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesa oleh bakteri fotosintetik sehingga secara langsung dapat diserap tanaman. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida organik.

PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT


`Bojonggede - Puluhan warga Desa Bojongbaru Kecamatan Bojonggede belajar pengolahan sampah dengan pola 3R, Reduce, Reuse dan Recycle pada Sabtu (20/3), kemarin. Kegiatan ini merupakan realisasi pemanfaatan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang bekerja sama dengan Saung Sampah Pusra Perumahan Pusparaya.

Menurut Koordinator Saung Sampah Pusra Effendi, kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, sejak Jum'at (19/3) hingga Minggu (21/3) hari ini. Selama tiga hari ini, lanjut dia, 23 warga se-Desa Bojongbaru mendapatkan materi dari Al Ghifary Forest Community (AFC) Indonesia. "Setelah mendapatkan materi tentang sampah dan bagaimana pengolahannya, hari ini (kemarin, red) mereka praktek," ujar Effendi, kemarin.
Dalam praktek pengolahan sampah, Tim 3R Saung Sampah Pusra yang terdiri Effendi, Heni, Banu dan Yono memperagakan pengolahan sampah dengan teknik an aerob dan biopori. Praktek pengolahan ini mendapat antusias yang tinggi dari para peserta yang didominasi ibu rumah tangga dan pemuda tersebut. "Kami membagi peserta ke dalam lima kelompok. Besok (hari ini, red) mereka akan diuji," katanya kepada Jurnal Bogor.
Lebih lanjut Ibu Effendi mengatakan, Saung Sampah Pusra yang usianya belum genap satu tahun ini seringkali diminta untuk melakukan sosialisasi pengolahan sampah. Bahkan, tiga tahun lagi Desa Bojongbaru diharapkan tidak mengeluarkan sampah organik. "Setiap rumah tangga dalam tiga tahun ke depan bisa mengolah sampah organiknya menjadi pupuk buatan," tutur Effendi.
Dengan pengolahan sampah di rumah tangga, lanjut dia, akan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembungan Akhir Sampah (TPAS). Sehingga, lanjut dia, tidak ada lagi korban yang meninggal dunia akibat tumpukan sampah. "Kami akan terus melakukan sosialisasi pengolahan sampah. Bahkan dalam waktu dekat ini kami diminta Kodam Jakarta untuk mempresentasikan pengolahan sampah di Saung Sampah Pusra," pungkas koordinator pengolahan sampah terbaik se-Kabupaten Bogor ini.

Fadlya El'Arsya
mnurofik@jurnabogor.com

Selasa, 16 Maret 2010

Limbah Pisang Untuk Pengobatan?

Pisang bisa disebutkan sebagai buah kehidupan. Kandungan kalium yang cukup banyak terdapat dalam buah ini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Pisang telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia, terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai perlambang dalam berbagai upacara adat. Pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Dengan cara itulah pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk memberikan manfaatkan kepada manusia. Filosofi tersebutlah yang mendasari penggunaan pohon pisang sebagai simbol niat luhur pada upacara pernikahan.

Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.

Pisang mempunyai banyak manfaat yaitu dari mulai mengatasi masalah kecanduan rokok sampai untuk masalah kecantikan seperti masker wajah, mengatasi rambut yang rusak dan menghaluskan tangan.

Selain buahnya pisang jarang dimanfaatkan, seperti batang, bonggol, kulit dan jantungnya. Tetapi seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka banyak yang bisa dimanfaatkan dari limbah-limbah yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan kualitas dari limbah tersebut dan menambah nilai ekonomi dari limbah tersebut.

Reuse

Contoh penanganan limbah pisang dengan cara guna ulang (Reuse) ialah

a. Kulit Pisang Ambon Bisa Digunakan Untuk Pengobatan. `

Pisang ambon sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Selain mengandung vitamin C, pisang ambon juga mengandung serat tinggi yang berfungsi melancarkan saluran pencernaaan, sehingga buang air besar pun jadi lancar. Ternyata, selain buahnya, kulit pisang ambon pun berguna untuk mengobati bercak-bercak hitam agak kasar ( misalnya bekas cacar) pada kulit. Caranya, gosokkan kulit pisang ambon bagian dalam pada kulit yang terdapat bekas cacar. Biarkan beberapa saat, setelah itu cuci dengan air hangat. Lakukan cara ini secara rutin dan penuh kesabaran. Hasilnya, kulit akan kembali mulus seperti sediakala

b. Bonggol pisang untuk obat dan makanan

Air bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan untuk makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi penganan, seperti urap dan lalapan

c. Batang Pisang yang dijadikan pakan ternak

Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang atau untuk menahan laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan ternak karena kandungan yang terkandung di dalam batang pisang dapat meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan meningkatkan kualitas dari ternak tersebut

Recycle

Contoh penanganan limbah pisang dengan cara daur ulang (recycle) ialah

a. Cuka Kulit Pisang

Mula-mula kumpulkan kulit pisang sebanyak 100 kg dan lakukan proses produksi selama 4-5 minggu. Kebutuhan bahan-bahan lain mencakup: 20 kg gula pasir, 120 gr ammonium sulfit (NH4)2S03, 0,5 kg ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dan 25 liter induk cuka (Acetobacter aceti).

Cara rnembuatnya, kulit pisang dipotong-potong atau dicacah, lalu direbus dengan air sebanyak 150 liter. Saring dengan kain dalam stoples. Berdasarkan uji lapangan, bahan awal kulit pisang yang direbus itu akan menghasilkan cairan kulit pisang kira-kira 135 liter, bagian yang hilang 7,5 kg, dan sisa bahan padat sekitar 112,5 kg. Setelah disaring ke stoples, cairan kulit pisang ini perlu ditambah ammonium sulfit dan gula pasir.

Langkah berikut, didinginkan dan tambahkan ragi roti. Biarkan fermentasi berlangsung satu minggu. Hasilnya disaring lagi. Dari 135 liter cairan kulit pisang setelah difermentasi dan disaring menjadi 130 liter larutan beralkohol, dan lima liter produk yang tidak terpakai. Pada larutan beralkohol itu ditambahkan induk cuka, dan biarkan fermentasi berlangsung selama tiga minggu.

Selanjutnya, hasil fermentasi larutan beralkohol dididihkan. Nah, dalam kondisi masih panas, cuka pisang dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu segera ditutup dan disimpan dalam temperatur kamar. Biasanya pemasaran cuka pisang dikemas dalam plastik berukuran 40 ml, 60 ml, atau 80 ml. Jika dihitung, dari 100 kg kulit pisang akan diperoleh sekitar 120 liter cuka pisang.

b. Nata dari Kulit Pisang

Potensi buah-buahan lokal Nusantara untuk dikembangkan sebagai bahan makanan sudah terbukti. Salah satu buah tersebut yakni pisang. Buah ini selain bisa dimakan saat segar juga bisa dibuat berbagai jenis makanan, seperti ceriping, dan sale.

Sebuah penelitian terhadap buah pisang dilakukan tiga dosen Universitas Negeri Yogyakarta. Sekali lagi untuk menjadikan pisang sebagai produk olahan yang disukai masyarakat dengan tetap memiliki kandungan gizi.

Yang menarik, penelitian yang dilakukan Das Salirawati MSi, Eddy Sulistyowati Apt MS, dan Retno Arianingrum MSi yang semuanya adalah dosen Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam adalah bukan dilakukan pada buahnya, tetapi pada kulitnya. Penelitian ini sukses menjadikan kulit pisang-yang selama ini lebih banyak dibuang-menjadi nata.

Nata adalah serat yang berbentuk seperti gel yang dibuat dengan memanfaatkan kerja bakteri Acetobacter xylinum. "Selama ini masyarakat telah mengenal produk nata de coco atau nata yang dibuat dari air kelapa. Nata dari kulit pisang sebenarnya sama dengan nata de coco, bedanya nata pisang dibuat dari bahan dasar kulit pisang," katanya, Rabu (8/3).

Ide membuat nata dari kulit pisang, karena terinspirasi dari penelitian sebelumnya yang bisa membuat nata dari buah pisang. "Kenapa kemudian memilih kulit pisang karena selama ini kulit pisang tidak termanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja. Padahal kulit pisang ini banyak ditemui di sekitar kita, antara lain di tempat-tempat orang jual gorengan," ucapnya.

Proses pembuatan nata kulit pisang yang pertama adalah mengerok kulit bagian dalam buah pisang. Hasil kerokan itu kemudian diblender dan dicampur air bersih dengan perbandingan 1 : 2, lalu disaring guna mendapatkan air perasan. Setelah itu ditambahkan asam cuka biasa dengan ukuran 4-5 persen dari volume air perasan. Jika menggunakan asam cuka absolut maka cukup 0,8 persen. Ditambahkan juga pupuk ZA sebanyak 0,8 persen dari larutan, dan gula pasir sebanyak 10 persen. Bahan-bahan tersebut dicampurkan untuk kemudian dipanaskan sampai mendidih.

"Asam cuka dan pupuk ZA berfungsi untuk media hidup bagi bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini membutuhkan nitrogen dari pupuk ZA dan keasaman dari cuka. Acetobacter xylinum inilah yang nanti akan membentuk nata," ujar Das.

Setelah mendidih lalu dituangkan dalam cetakan-cetakan. Dengan ketinggian cairan adonan lebih kurang 2-3 cm di setiap cetakan. Setelah dingin, dimasukkan bakteri Acetobacter xylinum-yang bisa dibeli dalam bentuk cairan-sebanyak 10 persen dari campuran. Sebelum memasukkan bakteri, adonan harus benar-benar dingin, sebab kalau masih panas bakteri akan mati. Setelah itu, cetakan ditutup dengan kertas koran. Ini supaya udara tetap bisa masuk melalui pori-pori kertas. Setelah dua minggu, cetakan baru boleh dibuka. Adonan pun akan berubah menjadi berbentuk gel.

Nata lalu diiris-iris, dicuci, dan diperas sampai kering. Untuk selanjutnya direbus lagi dengan air lebih kurang dua kali rebusan. Ini berfungsi untuk menghilangkan aroma asam cuka. Setelah selesai, nata bisa dicampur dengan sirop atau gula sesuai selera. Campuran rasa diperlukan karena nata berasa tawar. Nata dari kulit pisang pun siap disajikan untuk minuman, maupun makanan kecil lain. Diketahui dari 100 gram nata kulit pisang mengandung protein sebanyak 12 mg. Das Salirawati mengungkapkan, penelitian itu akan dilanjutkan untuk mencari ketebalan nata yang paling optimal. Dari percobaan awal, diketahui dari ketebalan cairan adonan dua cm diperoleh nata lebih kurang 1,5 cm. Masyarakat dipersilakan jika ingin mencoba membuat nata dari kulit pisang. "Ini bisa untuk usaha alternatif skala kecil," tuturnya. (RWN)

c. Roti dari Kulit Pisang

Kulit pisang kerap dibuang begitu saja di sembarang tempat. Jika dibuang sembarangan, kulit pisang bisa membuat orang tergelincir. Namun, tiga mahasiswa Biologi ITS, tak pernah menganggap remeh kulit pisang. Karena setelah diteliti terbukti kulit pisang memang tak bisa dianggap barang remeh.

"Kulit pisang yang sering dianggap barang tak berharga itu, ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup," kata Sulfahri, salah satu dari 3 peneliti itu. Melihat kandungannya yang cukup tinggi, ia bersama dua rekan mencoba membuat penganan dari bahan kulit pisang itu.

"Semula, kami hanya memproduksi keripik kulit pisang, namun lama-kelamaan timbul ide untuk membuat tepung dari kulit pisang," katanya. Mahasiswa angkatan 2007 itu mengatakan tepung pisang itu akhirnya digunakan sebagai bahan baku kue bolu. Meski berkali-kali gagal, namun akhirnya mereka menemukan formula yang pas untuk membuat bolu dari kulit pisang.

"Kalau dihitung lebih dari 50 kali, namun kami sekarang sudah puas dengan resep bolu yang kami miliki," katanya. Kulit pisang yang cocok dibuat tepung adalah jenis pisang raja, karena kulit pisang raja lebih tebal dibandingkan jenis pisang lainnya.

Karya Sulfahri dan dua rekannya itu merupakan salah satu karya inovatif yang terpilih dalam penyaringan untuk "Biological Opus Fair" yang digelar di Plaza dr Angka ITS Surabaya pada 17 dan 18 April 2008.

Delapan produk inovatif yang dipamerkan adalah karya bertajuk "Pemanfaatan Kulit Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca sapientum) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Kue Bolu" (karya Sulfahri dari Jurusan Biologi ITS Surabaya), dan "Water Electric Light Trap (WEL-T) sebagai Pengganti Pestisida dalam Upaya Peningatan Produksi Pangan yang Ramah Lingkungan" (karya Resti Afiandinie dari Jurusan Teknik Kimia ITS).

Karya lain adalah "Pendayagunaan Talok (Muntingia calabura Linn) sebagai Salah Satu Sumber Alternatif Baru dalam Dunia Pangan" (Fitri Linda Sari dari Universitas Muhammadiyah Malang), kemudian "Potensi Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl.) sebagai Alternatif Bahan Pangan (Upaya Menggali Potensi Pangan Lokal)" (Riana Dyah Suryaningrum dari Universitas Muhammadiyah Malang).

Disamping itu terdapat karya lain, seperti "Konversi Limbah Padat Menjadi Produk Ramah Lingkungan" (Sulistiono Ningsih dari Jurusan Biologi di Universitas Jember), "Pemanfaatan Mikroalga (Fitoplankton) sebagai Subtitusi Sumber Bahan Bakar Premium" (Abdul Azis Jaziri dari Jurusan Perikanan di Universitas Brawijaya Malang), "Diversifikasi Dioscorea Flour sebagai Sumber Alternatif Pangan" (Zainal Arifin dari Jurusan Biologi ITS Surabaya), kemudian "Pemanfaatan buah dan daun cersen/talok sebagai keripik dan dodol" (Ria Hayati dari Jurusan Biologi ITS Surabaya).

Tak berbeda dengan Sulfahri, Zaenal Arifin juga mencoba membuat diversifikasi pangan dari bahan umbi uwi. "Umbi yang bernama latin dioscorea alata itu ternyata dapat menjadi bahan pangan yang aman bagi penderita diabetes. Kadar gula uwi itu rendah, tapi karbohidratnya tinggi," kata mahasiswa jurusan Biologi ITS itu.

Pengolahan uwi menjadi tepung itu pun tidak memerlukan proses yang rumit, bahkan cukup menggunakan metode tradisional."Saya buat dari dua macam uwi, uwi putih dan juga uwi ungu yang sama-sama berkadar gula rendah. Uwi diparut kasar, kemudian direndam dengan air kapur untuk memisahkan parutan dengan getahnya. Air getah uwi itu bisa untuk pestisida yang ramah lingkungan," ucapnya.

Parutan yang sudah dikeringkan, katanya, dapat langsung diolah menjadi tepung. "Tepung dari uwi ini dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai macam penganan, seperti kue dan mie. Rasa tepungnya sendiri tawar, jadi gampang divariasikan," katanya.

d. Dendeng Jantung Pisang

Tanaman pisang tumbuh baik dan dibudidayakan di seluruh wilayah Indonesia. Jenis pohon mudah ditanam dan hampir setiap rumah di pedesaan memiliki pohon pisang ini.

Setiap petani dapat dipastikan menanam pisang, meskipun di antaranya hanya menanam pisang pada pekarangan.

Tak ada ruginya menanam pohon ini. Apalagi, seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga mulai dari daun, buah, sampai bonggol pohonnya.

Buah dan bagian tanaman pisang pun bisa diolah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Salah satu makanan olahan dari bagian tanaman pisang adalah dendeng jantung pisang.

Untuk membuat dendeng jantung pisang perlu disiapkan sejumlah bahan, meliputi empat buah jantung pisang, satu sendok makan ketumbar, 50 gr ikan teri, 10 siung bawang merah, dan empat siung bawang putih. Sedangkan kebutuhan peralatan terdiri atas pisau, kukusan, penumbuk, dan tampah.

Cara membuatnya, ambil jantung pisang yang masih segar. Buang kelopak bagian luar hingga tampak kelopak dalamnya berwarna putih kemerah-merahan. Jantung pisang tersebut direbus sampai lunak. Lalu ditumbuk sampai halus.

Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk lalu dimasak dalam wajan. Setelah itu, tumbukan jantung pisang dimasukkan ke dalam wajan berisi bumbu. Diaduk-aduk sampai merata, lalu tambahkan gula merah. Jika sudah masak, silakan diangkat dan segera dicetak di atas tampah. Jadilah dendeng jantung pisang yang telah dicetak. Dendeng tersebut dijemur selama 2-3 hari hingga kering. Lantas, digoreng hingga masak, dan akhirnya dikemas dalam kantong plastik.

e. Keripik Bonggol Pisang

Kebutuhan bahan untuk membuat keripik bonggol pisang terdiri atas bonggol pisang, natrium bisulfit, garam, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, merica, dan air. Sedangkan piranti yang mesti disiapkan adalah pisau, baskom, wajan, ember, kompor, talenan, dan alat penunjang lainnya.

Cara membuatnya, ambil bonggol pisang, lalu kupas kulit luarnya, dan dicuci dengan air bersih. Bonggol diiris menjadi irisan-irisan tipis sekitar 0,5 cm. Irisan bonggol direndam dalam larutan natrium bisulfit satu persen selama 2-3 menit (Pedomannya: 1 gram natrium bisulfit dicairkan ke dalam 1 liter air). Setelah direndam, irisan bonggol ditiriskan.

Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu dimasukkan ke dalam baskom dan tambahkan sedikit air. Rendam irisan bonggol dalam baskom yang berisi bumbu, lalu diaduk sampai rata, dan biarkan sekitar 5-10 menit agar bumbunya meresap.

Irisan bonggol yang telah dibumbui itu digoreng, sambil dibolak-balik hingga kematangan merata. Angkat dan tiriskan. Akhirnya, jadilah keripik bonggol pisang yang dikemas dalam kantong plastik.

f. Batang Pisang Sebagai Bahan Dasar Kertas Daur Ulang

Batang pisang juga dapat di olah menjadi kertas, yaitu setelah mengalami proses pengeringan dan pengolahan lebih lanjut. proses pembuatan kertas dari bahan batang pisang pertama-tama yang harus dilakukan adalah, batang pisang tadi dipotong kecil-kecil dengan ukuran berkisar 25 cm, lalu di jemur di bawah terik matahari hingga kering. Setelah batang pisang tadi kering proses berikutnya adalah dengan cara direbus sampai menjadi lunak, namun pada saat proses perebusan sebaiknya di tambah dengan formalin atau kostik soda maksudnya adalah di samping untuk mempercepat proses pelunaan juga untuk menghilangkan getah-getah yang masih menempel pada batang pisang tadi, pada proses berikutnya batang pisang yang sudah lunak tadi disaring dan dibersihkan dari zat-zat kimia tadi baru kemudian di buat bubur ( pulp) dengan cara di blender. Baru kemudian dicetak menjadi lembaran-lembaran kertas.

Reduce

a. Kulit Pisang Menyimpan Tegangan Listrik

Siapa yang menyangka kulit pisang bisa dijadikan pengganti batu batterai. Cara pembuatannya pertama kulit pisang dan jeruk di buat jus, apabila tidak ada alat jus atau blender maka cukup dihancurkan atau di aduk hingga halus kemudian dicampur dengan air secukupnya. Setelah itu di buat sel elektrokimia dengan mengambil gelas kimia lalu larutan jus tadi ditaruh didalam gelas tersebut. Kemudian dibuat elektroda-elektroda yang terbuat dari Cu dan Zn. Tembaga dan seng disambung dengan kabel kemudian dibantu dengan tutup dari gabus dibuat variasi biar kelihatan menarik.

Satu sel adalah satu wadah atau satu gelas kimia yang berisi 2 elektroda dan 1 tutup. Kita ukur V dan I nya, V= Voltase, I= Amper setelah itu di aplikasikan atau dihubungkan kabel tersebut dengan benda percobaan. Aplikasi yang paling sederhana dan mudah diamati adalah kalkulator dan jam digital, begitu disambungkan ternyata kalkulator dan jam tersebut bisa hidup normal seperti dihubungkan pakai batu batterai

Dibandingkan dengan membeli batu batere, dengan menggunakan limbah kulit pisang sebagai pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari pisang selain itu akan meningkatkan nilai jual dari kulit pisang itu sendiri dan akan mengurangi penggunaan batu batere yang kurang ramahh lingkungan

b. Daun pisang sebagai pembungkus makanan

Daun pisang digunakan untuk membungkus makanan karena dengan membungkus makanan dengan menggunakan daun pisang akan menambah cita rasa dalam makanan tersebut contoh bahan makanan yang sering menggunakan daun pisang sebagai pembungkus adalah tempe. Selain itu daun pisang juga oleh masyarakan (sekitar tahun 1945) biasa digunakan untuk membungkus rokok

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan akan mengurangi penggunaan plastic yang tidak ramah lingkungan karena yang sudah kita ketahui bahwa plastic tidak bisa terurai dan akan berdampak pada pemanasan global.

c. Kulit pisang untuk semir sepatu

Bagian dalam dari kulit pisang mengandung potassium yang merupakan bahan penting yang terdapat dalam semir sepatu yang ada di pasaran. Setelah menggunakan kulit pisang untuk menyemir sepatu, bersihkan sisa kulit buah yang mengandung vitamin C, B komplek dan B6 itu dengan menggunakan lap berbahan halus. Kandungan minyak yang terdapat dalam pisang akan melembutkan serta mengawetkan kulit sepatu

Dengan menggunakan kulit pisang kita dapat mengurangi pemakaian semir sepatu yang bahannya tidak alami yang lama kelamaan akan mengurangi kualitas dari sepatu itu dan selain itu dengan mengguanakan kulit pisang kita bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semir sepatu.

Dengan memanfaatkan limbah pisang sebagai bahan-bahan yang akan meningkatkan nilai tambah dari limbah tersebut maka kita juga akan mengefisienkan biaya dan energy. Contoh dari pengefisienan biaya adalah dengan menggunakan kulit pisang sebagai semir sepatu. Dengan menggunakan kulit pisang sebagai pemnggati dari semir sepatu kita bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semir sepatu, dengan membeli pisang kita bisa mendapatkan dua keuntungan yaitu buah pisang yang mengandung banyak vitamin dan kulit pisang yang bisa dibuat semir sepatu. Sedangkan contoh untuk pengefisienan energy adalah dengan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan, dengan menggunakan daun pisang kita bisa menghemat energy yang keluar dari plastic yang sering digunakan karena dengan menggunakan plastic sebagai pembungkus makanan akan mengakibatkan pemanasan global.

Dengan memanfaatkan limbah pisang sebagai produk baru maka akan meningkatkan nilai tambah dari limbah tersebut. Dan akan meningkatkan nilai jual dari limbah yang tadinya tidak berguna jadi berguna.

Potensi Bisnis Daur Ulang Sampah Plastik

Sampah plastik merupakan fenomena yang tidak dapat terhindarkan hampir disetiap penjuru lingkungan terdapat sampah plastik. Sampah plastik dari sektor pertanian saja setiap tahun mencapai 100 juta ton. Dengan jumlah sebanyak itu kita bisa membungkus bola bumi yang kita tinggali ini sepuluh kali lipat. benar-benar jumlah yang amat berlebihan mengingat angka di atas barulah sampah dari sektor pertanian saja.

Dan sampah plastik selama ini benar-benar hanya dilihat sebagai sampah semata. Hampir-hampir tidak ada yang bisa melihat sisi positif pada sampah plastik, bahkan pemulung pun enggan mengumpulkannya. Padahal sejatinya, sampah plastik ini bisa didaur ulang menjadi bahan baku pembuatan plastik. Permintaan terhadap bahan baku ini pun sangat besar sehingga pabrik pembuatan plastik sering kehabisan stok bahan baku.
Belum lagi kalau dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerjanya. Dalam bisnis ini banyak pihak yang bisa terlibat di dalamnya. Misalnya pemulung, penampung, bandar sampah plastik bekas, maupun pemasok ke perusahaan daur ulang sampah plastik.

Di dalam perusahaan/pabrik daur ulang sampah plastik sendiri banyak menampung tenaga kerja dari mulai:  tenaga sortir plastik, tenaga giling, tukang pres, tukang jemur, tenaga pengepakan/packing sampai staf administrasi dan keuangan, mereka semua mendapatkan upah yang cukup lumayan dan memadai untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.

Usaha daur ulang plastik, juga sangat berperan dalam membantu dan memelihara kebersihan lingkungan. Berbagai sampah plastik tersebut jika dibiarkan akan menjadi timbunan sampah, yang lama-kelamaan merupakan ancaman bencana yang berbahaya, seperti yang belum lama ini terjadi. Berbagai sampah plastik tersebut tidak dapat terurai  sehingga tidak ramah atau berbahaya bagi lingkungan.Perspektif bisnis, sosial dan lingkungan inilah yang mendasari  Ir Herman Sutirto, MSc mendirikan PLASSBEK, akronim dari dari PLAS-tik BEK-as.

Kegiatan bisnisnya dimulai 8 Mei 2004. Awalnya PLASSBEK hanya melakukan usaha jual-beli plastik daun (plastik lembaran bersih saja). Plastik daun yang kotor dicuci, kemudian dijemur dan langsung dijual, belum menggunakan mesin giling/crusher.
Awal Februari 2005, PLASSBEK mulai memproduksi (menggiling plastik daun/lembaran). Bahkan PLASSBEK bergerak lebih jauh lagi dengan menggandeng BE B.O.S.S. untuk pengembangan usaha ini melalui skema franchise. Saat ini perusahaan hanya memproduksi/menggiling plastik kelompok film grade yaitu plastik daun/plastik lembaran saja.

Jenis usaha daur ulang sampah plastik  merupakan salah satu usaha yang handal dan fleksibel, di mana d permintaan  pasar terus meningkat, mengingat hampir semua perusahaan/pabrik biji/pellet plastik daur ulang plastik maupun produk – jadi (End Product) membutuhkan bahan baku plastik daur ulang yang cukup tinggi .
Bahkan pasar dari hasil daur ulang plastik ini bukan hanya di dalam negeri, karena pasar mancanegara justru banyak mencari bahan baku ini. Di pasar Internasional PET daur ulang memiliki nama PET Flakes/PET Regrind dengan size 10 mm. Pasar ekspor menyerap jauh lebih besar daripada pasar domestik. Negara yang banyak memanfaatkan PET Flakes adalah: Taiwan, India, Vietnam, Pakistan, RRC.

Tetapi pasar dalam negeri sendiri pun sampai saat ini masih kekurangan pasokan. Untuk pasar domestik, pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok plastik daur ulang, yaitu: kelompok film grade dan non-film grade seperti sampah plastik  lembaran kemasan makanan (kantong gula, tepung, dan lain-lain), kantong belanja (kresek), kantong sampah, pembungkus tekstil, tas, garmen, pembungkus rokok, pembungkus baju/kaos, karung plastik, dan lain-lain. Untuk non-film grade ada botol air mineral, juice, saos, minyak goreng, kosmetik, shampoo, oli, tutup botol, krat botol, ember, mainan, tong sampah, container, pipa PVC, kabel listrik, selang air, plastik gelombang, dan lain-lain.

Semua pabrik plastik daur ulang (recycling) membutuhkan plastik-plastik bekas (sampah plastik) baik dari kelompok film grade (plastik daun) maupun dari non-film grade. Plastik-plastik  tersebut sebagai  bahan utama/campuran untuk diproses daur ulang menjadi biji/pellet plastik, sehingga dikenal dengan nama biji/pellet plastik daur ulang. Hal ini hanya untuk membedakan dengan biji plastik original (asli).
Karena biji plastik asli sebagian besar masih impor, sehingga harganya cukup mahal (tergantung dolar dan harga minyak dunia). Maka biji/pellet plastik daur ulang dapat menjadi suatu alternatif, dengan harga yang sangat kompetitif. Dan tentu saja bisnis ini sangat prospektif.

Ecological Agroecotourisme

Selain pada pengelolaan pertanian organik dan habitat melalui praktek-praktek tambahan, keberhasilan konservasi keanekaragaman hayati di kawasan lindung akan tergantung pada seberapa baik pertanian individu diintegrasikan ke dalam lanskap yang lebih luas. Melalui perencanaan yang tepat pada tingkat lanskap, alami dan dikelola sesuai daerah dapat diintegrasikan ke dalam lanskap dalam rangka kegiatan untuk mendamaikan manusia dengan tujuan konservasi keanekaragaman hayati. Dalam rangka mengintegrasikan terbaik keanekaragaman tujuan dalam kawasan lindung, pengaturan tanah membutuhkan alat untuk perencanaan yang efektif dengan benar mengelola area multiguna untuk kepentingan semua kepentingan.


Lansekap ekologi adalah studi tentang faktor-faktor lingkungan dan interaksi pada skala yang meliputi lebih dari satu ekosistem pada suatu waktu. Karena lanskap ekologi membantu untuk memahami bagaimana berbagai bagian dari mosaik lanskap terbentuk dan bagaimana mereka berinteraksi, hal itu mungkin memberikan dasar bagi pengelolaan yang efektif lanskap pertanian dalam kawasan lindung.
Perencanaan lansekap menyediakan alat untuk integrasi agro-ekosistem dengan pemandangan yang lebih luas dengan cara yang meminimalkan fragmentasi habitat dan yang menganugerahkan aspek menguntungkan keanekaragaman hayati untuk agro-ekosistem. (Gliessman, 1999). (Gliessman, 1999).
Alat-alat yang biasa digunakan dalam perencanaan lanskap pemetaan, dan jika tersedia, fotografi udara dan analisis sistem informasi geografis. Alat seperti menyediakan sarana yang melaluinya historis, saat ini dan mengusulkan fitur-fitur lanskap dan kegiatan penggunaan lahan dapat berlawanan dengan tujuan konservasi yang spesifik. Dengan informasi ini, rekomendasi untuk perubahan dalam praktek-praktek penggunaan lahan dan agro-ekosistem dapat dilakukan desain yang berfungsi mengintegrasikan terbaik ekosistem pertanian dan penggunaan lahan manusia lainnya ke dalam lanskap yang lebih luas. Dalam melakukannya, dampak habitat kritis dan daerah-daerah sensitif dapat mengurangi atau diminimalkan dan koherensi yang lebih besar pada pertanian antara habitat dan lansekap di sekitarnya dapat dilakukan (Smeding, 2000). Alat pengelolaan tersebut juga dapat melayani dalam memantau efek dari penggunaan lahan yang spesifik praktek dalam rangka untuk mengukur efektivitas intervensi (lihat Contoh 5 dalam Lampiran).
Lansekap ekologi dan perencanaan dapat digunakan pada berbagai skala. Pada skala analisis yang lebih besar , perencanaan lanskap dapat digunakan untuk menentukan penempatan yang paling disesuaikan pertanian dan penggunaan lahan lainnya kegiatan saat mencoba untuk mendamaikan manusia kebutuhan mata pencaharian dan habitat bagi konservasi keanekaragaman hayati.
Dengan melihat pada lanskap pertanian dimana individu merupakan bagian ekosistem, ekologi tombol fitur (misalnya tanaman sekitarnya asosiasi / pola vegetasi) dapat diidentifikasi untuk digunakan untuk menentukan pertanian yang sesuai pada upaya restorasi habitat yang mungkin paling baik melayani untuk membangun kembali kontinuitas jenis habitat dan dengan demikian mengurangi fragmentasi habitat. Jika fitur ekologi seperti berhasil dikelola antara sejumlah peternakan dan liar bersebelahan sekitarnya, pemandangan yang lebih sesuai dengan kebutuhan yang lebih beragam jumlah tanaman dan hewan dapat dihasilkan. (Smeding, 2000).
Beberapa referensi menyebutkan hubungan antara ekowisata dan pertanian:

"ekowisata menyediakan bagi partisipasi penuh dan efektif dan layak peluang menghasilkan pendapatan bagi masyarakat adat dan komunitas lokal" (Keputusan V/25, 4a). Dalam rangka memberikan kontribusi terhadap penggunaan berkelanjutan keanekaragaman melalui pariwisata, ada kebutuhan untuk menerapkan campuran instrumen fleksibel seperti perencanaan terpadu … ecolabelling …" Keputusan V/25, 4g). "

"Di beberapa daerah, input rendah skala kecil dan kegiatan pertanian yang mengakibatkan kedua lingkungan yang menarik dan pemeliharaan tingkat tinggi keanekaragaman hayati dapat menawarkan kesempatan bagi pariwisata. Penjualan produk-produk yang berasal dari sumber daya alam secara lestari dipanen juga menyediakan berbagai kesempatan bagi generasi pendapatan dan kesempatan kerja "

Ecotourism ( Ekowisata). Dalam situasi yang tepat, ekowisata telah terbukti menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk membiayai konservasi keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati paling kaya di daerah, arus pendapatan aktual untuk ekowisata yang lebih baik daripada non-kayu hasil hutan dan biopharmacy, dan sebanding hanya untuk agroforestry (Konferensi Eropa 2002). Karena mendominasi pemanfaatan lahan di kawasan lindung dan zona penyangga pertanian dan kehutanan, ekowisata adalah kesempatan bagi penciptaan pendapatan tambahan bagi petani / rimbawan dan untuk menghasilkan finansial untuk pengelolaan kawasan lindung, terutama di mana pemerintah lembaga pengelolaan taman nasional memiliki sedikit daya.
Agrotourism (Agrowisata). Para hubungan simbiosis antara pariwisata dan pertanian yang dapat ditemukan di agrowisata (yaitu liburan di tanah pertanian) adalah elemen kunci dari suatu lingkungan dan tanggung jawab sosial pariwisata di daerah pedesaan. Pedesaan perhotelan menawarkan pekerjaan baru dan peluang menghasilkan pendapatan bagi penduduk pedesaan, termasuk agrowisata sebagai ekspresi dan pertukaran budaya dari praktek-praktek pertanian, artistik dan pengerjaan terbaik sehingga warisan tradisi kuliner. Agro dapat mengambil beberapa bentuk: liburan peternakan, rumah pertanian tempat tidur-dan-sarapan, pertanian berkemah, gunung resort, berkuda pusat dan bentuk lain dari akomodasi pedesaan. Fasilitas seperti yang inovatif sistem pembayaran jasa lingkungan yang dihasilkan di dan di sekitar lahan pertanian.
Agro-ecotourism ( Agro-ekowisata). Sementara ekowisata adalah berbasis alam dan agrowisata adalah berbasis pertanian, agro-ekowisata adalah kombinasi keduanya.

The rural landscape, usually a combination of wild and agro-ecosystems, is the most important resource for tourism development.

Lanskap pedesaan biasanya kombinasi antara hutan dan agro-ekosistem, yang merupakan sumber daya yang paling penting bagi pengembangan pariwisata. Jelas bahwa lanskap pertanian yang terdiversifikasi, dengan semi-habitat alam, memiliki estetika dan rekreasi yang lebih besar potensi atas seragam, rusak dan / atau daerah-daerah pertanian tercemar. Di Eropa, kebijakan lingkungan agribisnis sering mempromosikan kegiatan pertanian organik sebagai sarana paling efektif bagi konservasi lansekap: misalnya, Uni Eropa Lingkungan Hidup proyek yang dijalankan oleh Federasi Perancis dan Cadangan diadopsi Taman peternakan luas untuk mencegah dampak negatif dari unmanaged hutan pada beberapa spesies padang rumput botani dan untuk mempromosikan kualitas pemandangan menarik bagi wisatawan.
Eco-organic tourism (Eko-pariwisata organik). Ketika agro-ekowisata berkembang di sekitar pertanian organik, ini disebut sebagai organik eko-pariwisata. Kenaikan harga unsur-unsur spesifik agro-ekosistem lanskap menawarkan sumber daya ekonomi tambahan untuk perlindungan lingkungan hidup. Konversi pengelolaan organik di daerah-daerah pertanian dan pengembangan kegiatan terkait seperti pariwisata meningkat. Ketika peternakan yang dikelola secara organik, mereka meningkatkan motivasi untuk wisatawan 'kunjungan. Harapan turis baru telah meningkatkan kualitas pasokan pertanian seperti diversifikasi lansekap, lingkungan suara-rumah peternakan arsitektur dan keahlian memasak khan lokal.
Di banyak negara-negara industri, kawasan lindung pengalaman lanskap termasuk tanah pertanian ditinggalkan. Dalam konteks ini, pertanian skala kecil dapat menjadi ekonomis jika produk-produk berkualitas dapat dipasarkan dan pendapatan yang dilengkapi dengan kegiatan pariwisata, khususnya di daerah yang kaya keanekaragaman hayati dan sejarah . Sementara pembentukan, oleh otoritas lokal, sistem perlindungan tanah secara historis ditentang oleh serikat-serikat petani, ada kesadaran yang tumbuh baru-baru ini bahwa cadangan taman meningkat "hijau" peluang pariwisata dan bahwa pengunjung semakin sensitif terhadap kualitas, baik dalam ekologi dan gastronomik ketentuan. Tren ini menguntungkan petani organik karena mereka dapat dengan mudah memenuhi tuntutan wisatawan baru.
Studi yang berbeda di Uni Eropa menunjukkan kemampuan pertanian organik untuk menciptakan pemandangan menarik. Eco-praktek pertanian organik dan kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan, sementara menguntungkan petani termasuk: akomodasi di gedung direnovasi/dibangun sesuai arsitektur ekologi (bahan-bahan alami, bioclimatic kriteria, perencanaan lansekap); di konsumsi pertanian organik atau menjual makanan dan minuman; pendidikan program dan pelatihan (misalnya berkebun organik, pembuatan kompos, koleksi tanaman liar dan pengeringan, makanan tradisional dan minuman pengolahan), dan rasional sensitising tamu pada pemanfaatan sumber daya alam (misalnya di rumah-energi matahari, tetapi juga di rumah kaca atau untuk pengolahan, kayu untuk pemanas, air digunakan kembali dan re-cycling). Sebuah survei di Italia 1999 melaporkan bahwa eko-hari libur pertanian organik dilakukan kegiatan-kegiatan berikut: 35 persen mengatur kunjungan ke tempat-tempat kawasan lindung; 30 persen naturalistik didactical rencana kegiatan; 24 persen mendirikan laboratorium didactical dan demonstratif pertanian organik dan lingkungan hidup; dan 11 persen pengunjung menawarkan instrumen dan peralatan untuk observasi fauna dan flora (AIAB, 2001).
Ecolabels merupakan alat pemasaran penting untuk agro-ekowisata secara umum, karena premi harga mendorong petani 'komitmen untuk konservasi dan pemeliharaan keanekaragaman hayati. Yang paling terkenal bentuk sertifikasi operasi meliputi pertanian organik, organik dan makanan khusus (yaitu denominasi geografis asal) dan produk-produk pelayanan hutan. Persyaratan untuk pertanian tersebut meliputi: pertanian organik produksi; naturalistik dan kegiatan didaktik; pembimbing sumber daya alam (misalnya, setidaknya 5 persen dari pertanian harus ditujukan untuk ekologi infrastruktur dan setidaknya 40 botani spesies lokal harus ada dalam infrastruktur); rekreasi hijau daerah; ekologis bangunan (terhadap bahan-bahan bangunan dan agen pembersih yang digunakan, hemat energi dan pengelolaan sampah, dan pencegahan polusi udara); turis menawarkan (baik di-pertanian dan di negara tetangga cagar alam); gastronomik menawarkan (organik, musiman dan lokal ); dan sarana transportasi berkelanjutan.
Ketergantungan petani organik di kawasan lindung tetangga untuk menarik wisatawan ke perusahaan pertanian dan pedesaan perhotelan memenuhi syarat mereka sebagai sekutu terbaik untuk pengelolaan kawasan lindung dan zona penyangga. Selanjutnya, eko-pariwisata organik menawarkan kesempatan bagi ekonomi pedesaan dan pariwisata berkelanjutan.

Minggu, 14 Maret 2010

Indonesia memiliki luas hutan sebanyak 100 juta hektare sebuah potensi yag sangat luar biasa, sebagai ilusrasi sederhana akan dihitung pendapatan negara dengan potensi hutan selama waktu 20 tahun dengan tetap menjaga kelestariannya. Bila diasumsikan, jarak rata-rata pohon kayu di hutan kita adalah lima meter maka akan kita dapatkan bahwa dalam satu hektar terdapat rata-rata 400 pohon. Bila kita terapkan pola hutan lestari, dan pohon baru dipanen setelah 20 tahun, atau setiap tahun cuma 5% jumlah pohon yang dipotong, maka dari 400 pohon akan dipanen 20 pohon per hektar. Bila setiap pohon berusia 20 tahun memiliki volume rata-rata 5 meter kubik kayu dengan hasil netto (harga pasar dikurangi segala biaya) Rp. 200.000,- per meter kubik, maka nilai ekonomisnya menjadi Rp. 1 juta per pohon atau Rp. 20 juta per hektar.

Luas daratan kita adalah 190 juta hektar, di mana 29% darinya non hutan dan 16% hutan lindung. Sisanya 10% hutan konservasi, 14% hutan produksi terbatas, 19% hutan produksi permanen, dan 12% hutan produksi konversi. Pembagian ini dibedakan menurut pola pemanfaatan yang diijinkan. Sementara hutan konservasi tetap dijaga sebagai hutan, hutan konversi lambat laun akan diubah menjadi perkebunan. Jadi hutan yang bisa dimanfaatkan total menempati area sebesar 55 % daratan kita atau sekitar 104 juta hektar.

Dengan demikian, bila pola pemanfaatan hutan menggunakan cara yang paling lestari yaitu setiap tahun hanya dipanen 5%, dan itupun menghasilkan revenue sekitar Rp. 20 juta per hektar, maka dari sektor kehutanan saja sudah didapatkan hasil sebesar Rp. 2080 Trilyun! — suatu jumlah yang cukup fantastis, mengingat APBN Indonesia 2009 saja hanya sekitar Rp. 1000 Trilyun. Dan sekali lagi, pemanfaatan hutan ini lestari

(Oleh : Dr.-Ing. Fahmi Amhar, Peneliti Utama bidang Sistem Informasi Spasial &
Ka Balai Penelitian Geomatika –
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional/Bakosurtanal)

> pertanyaanya kemanakah Rp. 1080 Triliun sisanya..
> bagaimana sistem pengelolaan hutan di indonesia sekarang, belum bisa memanfaatkan potensi hutan...

Senin, 30 November 2009

STANDARISASI PENGOLAHAN SAMPAH DAN PEMBUATAN EM







`STANDARISASI SISTEM PEMBUATAN EFFECTIVE MICROORGANISME TARUNA RIMBAWAN AFC INDONESIA MEMBUAT BIOAKTIVATOR PENGOLAH SAMPAH YANG DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI PUPUK CAIR
SEKALA RUMAH TANGGA DAN SEKOLAH


Bioaktivator

Setidaknya dikenal 80 marga mikroba fermentasi, dikenal lima kelompok utama : Bakteri fotosintetik, laktobasilus streptomices, ragi ( yeast ), dan Actinomycetes.

Berfungsi dalam proses Fermentasi dan dekomposisi bahan organik



1. Memperbaiki sifat fisik, Kimia, dan biologi tanah
2. penyedia unsur hara
3. menyehatkan tanaman, mempertinggi dan menstabilkan produksi



Manfaat

1. Mempercepat dekomposisi sampah organik
2. Memproduksi



Bahan dan alat

1. sampah organik/basah/dapur
2. cacahan batang pisang
3. gula
4. air tawar ( bukan PAM )
5. Air cucian beras
6. Ragi
7. Ember bertutup
8. karung plastik tembus air
9. Bioaktivator



Cara Membuat

Dibuat larutan Bioaktivator, air 60 : EM 1:Molase 1,15 liter air:1/4 liter molase



  1. 1. larutan yang dihasilkan ditampung didalam ember bertutup
  2. 2. sampah dapur dicincang, kemudian dimasukan kedalam larutan EM
  3. 3. atau sampah dapur dicincang,kemudian dimasukan kedalam karung plastik tembus air, kemudian selanjutnya dimasukan kedalam larutan sampai seluruh karung terendam
  4. 4. Ember tertutup rapat, ditindih dengan batu sebagai penguat, ditempatkan ditempat sejuk, simpan selam 10 hari
  5. 5. jika sampah dimasukan setiap hari,mulut karung ditempatkan di bibir ember, kemudian ditutup, dilakukan pengadukan setiap hari
  6. 6. apabila sampah sudah penuh karung diikat, kemudian ditimpa dengan pemberat sehingga sampah terendam, ember ditutup rapat, simpan ditempat sejuk selama 7 hari



Pemanenan dan Pemanfaatan



Karung sampah diangkat kemudian ditiriskan diatas ember, setelah tiris sampah di angin – anginkan

Sampah peraman dapat dimanpatkan :

  1. 1. untuk pupuk, dengan cara memasukan sampah tersebut disekitar pangkal tanaman kemudian ditutup tanah
  2. 2. dicampurkan pada sampah lain untuk mempercepat proses pengomposan apabila dimanfaatkan sebagai pupuk cair, perlu proses lanjutan sebagai berikut :



Cairan ditampung dalam ember tertutup, disimpan selama 30 Hari, setiap hari di aduk, apabila selama penyimpanan muncul bau tidak sedap, diperlukan pemberian molase, ember plastik dibuka selama 7 hari dan setiap hari dilakukan pengadukan cairan/larutan disaring, selanjutnya disterilkan melalui pemanasan di atas api kecil sampai hilang buih, sebagai pupuk cair, cairan/larutan perendaman di encerkan sampai 100 kali ( 1 lt larutan + 100 lt air ). Diberikan sebagai pupuk tanah atau pupuk daun. Untuk starter pembuatan kompos sesuai dengan aturan penggunaan yang akan diterangkan berikut



Apa yang terkandung dalam cairan ini?.



Effective microorganisme adalah kultur campuran dari mikro organisme yang menguntungkan dan berasal dari alam Indonesia, terdiri dari Bakteri asam laktat (Lactobacilus spp,), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomos Spp) Actinomycetes, Streptomyces dan ragi yang bermanfaat untuk pertanian, peternakan, perikanan, tambak, limbah industri, pengolahan limbah domestik/ sampah rumah tangga dan yang sejenis sampah rumah tangga dan kesehatan lingkungan. Cairan microorganisme ini tidak berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya dan aman bagi lingkungan.





Sampah adalah limbah yang timbul akibat aktifitas manusia yang terjadi sepanjang hidup. Sampah merupakan masalah yang sulit dipecahkan pengurangannya, apabila diserahkan kepada satu kelompok atau organisasi masyarakat tertentu, karena setiap individu manusia memproduksi sampah sepanjang hidupnya yang akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan tingkat serta pola konsumsi masyarakat. Dengan tehnologi yang berbasis sistem 3 R ( Reduce, Reuse dan Recycle) maka sampah akan menjadi berkurang timbulannya bahkan hasil pengolahannya akan bermanfaat bagi penyehatan lahan dan tanaman. Penggunaan microorganisme ini dapat mempercepat dekomposisi sampah organik menjaadi kompos dan membunuh bakteri patogen yang dihasilkan oleh sampah pada saat proses fermentasi berlangsung.



K O M P O S T I N G


Adalah Hasil dekomposisi sampah organic yang tidak dapat diuraikan lagi (stabil)

merupakan upaya pengurangan sampah organik melalui proses/ pengolahan

Tujuan Komposting :

1. Mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang stabile

2. Membunuh mikroba pathogen, telur insect & organisme lain

3. Menyediakan nutrient yang cukup untuk menunjang kesuburan tanah / tanaman


Tahapan :

1. Pra processing : sortasi, perajangan

2. Dekomposisi bahan organik (mikroba)

pengeraman, pembalikan

3. Packing, marketing


Tahapan pembuatan kompos

· Pemilahan Sampah Sampah yang dikumpulkan di TPA pada umumnya bercampur antara bahan-bahan organik maupun non organik sehingga pemilahan perlu dilakukan secara teliti untuk mendapatkan bahan organik yang dapat dikomposkan seperti dauan-daunan, sisa makanan, sayuran dan buah-buahan



· Pencacahan
Sampah organik yang telah terkumpul dicacah dengan ukuran 3-4 cm. Pencacahan dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan karena pencampuran dengan bahan baku yang lain seperti kotoran ternak dan EM-4 menjadi rata sehingga mikroorganisme akan bekerja serana efektif dalam proses fermentasi.

l Pencampuran Bahan Baku

lSampah yang sudah dicacah dideder di tempat yang telah disediakan kemudian dicampur dengan kotoran ternak.

lPencampuran/pengadukan dilakukan secara merata kemudian dicampurkan pula campuran EM-4, di atas campuran sampah dan kotoran ternak.

lPencampuran dilakukan sekali lagi agar seluruh bahan bercampur secara merata.

lKomposisi bahan-bahan ini adalah sampah cacahan (1,3 m3), EM-4 (375 ml), kotoran ternak kering (1/5 dari sampah cacahan).

Penumpukan Bahan Baku
lSetelah dilakukan pencampuran secara merata kemudian dilakukan penumpukan dengan ketentuan tinggi 1,5 m, lebar 1,75 m dan panjang 2 m.
Penumpukan dapat dilakukan dengan model trapesium, gunungan maupun pesegi panjang.

Dalam tumpukan inilah terjadi proses fermentasi sampah organik menjadi kompos.


Pemantauan

Dalam masa penumpukan akan terjadi peningkatan suhu sebagai akibat proses fermentasi.

Hari pertama sampai kelima suhu biasanya mencapai 65° C atau lebih. Hal ini berguna untuk membunuh bakteri yang tidak dibutuhkan dan melunakkan bahan.

Pada hari keenam dan seterusnya suhu dijaga antara 40-50° C dengan kelembaban lebih kurang 50 %.

Suhu dan kelembaban dapat dipertahankan dengan perlakuan antara lain penyiraman dan pembalikan tumpukan.


Pematangan

Pengkomposan berjalan dengan baik dengan suhu rata-rata dalam bahan menurun dan bahan telah lapuk dan berubah warna menjadi coklat kehitaman. Tujuan pematangan untuk menjamin kompos benar-benar aman bagi konsumen.

Pengeringan
Setelah usia tumpukan mencapai usia 21 hari/3 minggu, maka sampah organik sudah menjadi kompos.

Selanjutnya dilakukan pembongkaran untuk dikeringkan/dijemur.

Pengeringan dapat dilakukan selama lebih kurang 1 minggu sampai kadar air kira-kira mencapai 20-25%.

Aerator rotari


Penggilingan dan Pengayakan
Proses selanjutnya adalah dilakukan penggilingan terhadap kompos yang sudah kering. Untuk mendapatkan butiran-butiran kompos yang siap untuk dikemas dilakukan pengayakan sesuai dengan kebutuhan.

Dari segi teknologi
Teknik pembuatan kompos sangat beragam, mulai dari proses yang mudah dengan menggunakan peralatan yang sederhana sampai dengan proses yang canggih dengan peralatan modern.

Secara teknis, pembuatan kompos dapat dilakukan secara manual sehingga modal yang dibutuhkan relatif murah atau secara masinal (padat modal) untuk mengejar skala produksi yang tinggi.


Dari segi ekonomi

Pengkomposan dapat mengurangi jumlah sampah sehingga akan mengurangi biaya operasinal pemusnahan sampah.

Tempat pengumpulan sampah akhir dapat digunakan dalam waktu yang lebih lama, karena sampah yang dikumpulkan berkurang. Dengan demikian akan menguragi investasi lahan TPA.

Kompos dapat memperbaiki kondisi tanah dan dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini berarti kompos memiliki nilai kompetetif dan ekonomis yang berarti kompos dapat dijual.

Penggunaan pupuk anorganik dapat ditekan sehingga dapat meningkatkan efisiensi penngunaannya.


Dari segi ekologi

Pengkomposan merupakan metode daur ulang yang alamiah dan mengembalikan bahan organik ke dalam siklus biologis. Kebutuhan energi dan bahan makanan yang diambil tumbuhan dari dalam tanah dikembalikan lagi ke dalam tanah.

Mengurangi pencemaran lingkungan, karena sampah yang dibakar, yang dibuang ke sungai ataupun yang dikumpulkan di TPA akan berkurang. Ini berarti mengurangi pencemaran udara maupun air tanah.

Pemakaian kompos pada lahan perkebunan atau pertanian akan meningkatkan kemampuan lahan dalam menahan air sehingga terjadi koservasi air. Kompos mempuyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah).


Dari segi sosial, manfaat sosial

Dapat membuka lapangan kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.

Dapat dijadikan obyek pembelajaran lingkungan baik bagi masyarakat maupun dunia pendidikan

Dari segi kesehatan

Pengurangan tumpukan sampah akan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

Proses pengkomposan berjalan pada suhu yang tinggi sehingga dapat mematikan berbagai macam sumber bibit penyakit yang ada pada sampah.





METODE PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIC
Pengolahan sampah organic dapat dilakukan dengan dua pola :

1. Aerob
2. Anaerob


  1. Pola pengolahan aerob adalah sistem pengolahan yang dilakukan dengan bertumpu pada sirkulasi udara selain fermentasi (dekomposisi). Pola ini membutuhkan tempat yang relatif besar dan perlu proses pembalikan, agar proses dekomposisi terjadi dengan merata. Namun untuk sekala rumah tangga, dapat dilakukan dengan cara membuat bak sampah berpori tanpa lapisan semen. Pada susunan bata yang digunakan untuk membuat bak sampah di buat lubang lubang udara dan diberi atap agar tidak terkena panas dan air hujan langsung.


Bila tidak memiliki ruangan yang cukup luas, maka dapat dibuat tong plastik ukuran 250 liter yang diberi lubang udara sirkulasi dengan pemutar yang dapat mempermudah proses pembalikan dan pengadukan. Tong dapat diletakan diluar dan dapat digunakan hingga 5 keluarga kecil ( rumah ) untuk waktu kurang lebih 3 bulan.


Dapat pula kita gunakan sistem keranjang TAKAKURA bertutup yang dimodifikasi sebagai alat komposting aeraob dengan cara membuat dua bantal yang berisi kompos matang/ sekam matang seukuran dasar keranjang dan sampah organic dapat dikomposting diatasnya, namun pemotongan sampah organic untuk semua jenis pengolahan tetap harus dilakukan, agar proses pembusukan berlangsung cepat. Bagian atas ditutup bantal sekam matang. Pada setiap kali penambahan sampah organic, seyogyanya diaduk dahulu, agar proses homogenisasi dan pengontrolan suhu lebih mudah.



Suhu yang dihasilkan antara 60 hingga 70 derajat celcius, pada suhu inilah bakteri patogen akan mati. Lama proses pengomposan antara 30 hingga 60 hari. Kelebihan sistem aerob, pada saat proses fermentasi sampah tidak menghasilkan BOD, tapi proses pembalikan dan pengadukan adalah hal penting yang harus dilakukan.



Untuk sekala komunal, pengolahan sampah organic dilakukan dengan cara pembuata bedenga pale dengan ukuran 0,5X1,5X2,5 m2 ( TXLXP ) yang dibuat dari papan dengan ketebalan papan antara 3 hingga 5 cm.



Sampah yang sudah dicacah kemudian dicetak dan dipadatkan didalam cetakan pale. Proses pembalikan setiap 3 hingga 4 hari sekali, suhu pada hari pertama dapat mencapai 70 derajat celcius.

2. Pola anaerob adalah pola tertutup yang mengunakan media tertutup, baik dengan cara menutup sampah organic dengan terpal atau dengan cara memasukan kedalam tong komposter berlapis.

Pola anaerob biasanya digunakan untuk pembuatan pupuk cair atau starter kompos sendiri, pola ini tidak jauh berbeda dengan pola aerob, hanya saja dibutuhkan tempat yang cukup besar.

Untuk pola anaerob, sampah organic disarankan dipotong lebih kecil dan dicampur kapur sebagai buffer pada saat pertama melakukan komposting. Pada pola anaerob suhu yang dihasilkan sekitar 55 – 65 derajat celcius, pola ini dapat mencampurkan semua jenis sampah termasuk sampah yang mengandung protein hewani seperti tulang ikan, ayam, kerbau dan lain-lain. Kadar air yang dihasilkan 50% lebih dan komposnya lebih tinggi kadar N.

Kelemahan pola ini, proses komposting menghasilkan BOD, dan kematangan kompos dalam jangka waktu hingga 6 bulan. Akan tetapi sistem anaerob dengan sistem penyaringan ( Kompos cair ) lebih praktis dan kompos yang dihasilkan dapat digunakan sebagai starter ( EM) kompos atau dapat dijadikan kompos cair penyiram batang dan daun tanaman dan dapat digunakan memfermentasi organic dalam septictank sehingga kotoran tidak menumpuk dan penggunaan septictank lebiha lama.


TPA GALUGA, SUMBER MALAPETAKA LAHAN PERTANIAN
DAN SUMBER KONFLIK YANG TIDAK BERKESUDAHAN





BAGAIMANAKAH CARA MEMBUAT KOMPOS YANG MEMENUHI STANDAR KEBUTUHAN PERTANIAN ( TANAMAN ) ?

Dibawah ini kita akan coba pelajari bagaimana cara membuat kompos yang seimbang dan memenuhi standar kebutuhan pertumbuhan tanaman, baik akar, batang, daun ataupun buahnya dan kita coba uraikan secara sederhan pemanfaatan effective microorganisme untuk peternakan, tambak dan penetralisir limbah industri.

Pembuatan kompos padat yang memenuhi standar kebutuhan tanaman adalah dengan cara mencampurkan tai gergaji, dedak/bekatul, pupuk kandang dan sampah organik pada proses fermentasi.

Untuk proses pada pengolahan komunal, pencampuran sebaiknya dibuat berlapis pada saat proses fermentasi mulai dilakukan dengan menempatkan sampah organic, kemudian pupuk kandang, kemudian tai gergaji dan dedak pada lapisan berikutnya sampah organic dan pada lapisan paling atas adalah sampah organic.

Scema diatas menunjukan proses pembuatan pupuk organic padat seimbang yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan tanaman dan dapat menjadi pengganti pupuk non organic yang selama ini digunkan didunia pertanian. Bagaimanakah cara membuatnya?


Bahan Baku

Siapkan bahan baku yang dibutuhkan, yang terdiri dari :

300 Kg Pupuk kandang

100 Kg Dedak atau bekatul

600 Kg Sekam/jerami/ daun daunan/ tai gergaji ( Sampah organic )

¼ Kg Gula merah( Aren )/ putih atau molase 1 liter

50 – 100 Liter air ( Gunakan air secukupnya, untuk mempertahankan suhu kompos dan kadar air tetap antara 30 – 40%)


Cara membuat pupuk organic seimbang :

  1. 1. Larutkan EM dan gula ke dalam air. Aduk perlahan searah jarum jam hingga merata.
  2. 2. Pupuk kandang, sekam matang atau jerami/ tai gergaji dan sampah organic yang sudah dipotong kecil-kecil ( dicacah ) serta dedak diaduk secara merata.
  3. 3. Siramkan larutan EM secara perlahan ke dalam adonan secara merata hingga kandungan air mencapai sekitar 30%.
  4. 4. Adonan ( bahan baku kompos ) dicetak menggunakan pale dengan ukuran 0,5 x 1,5 x 2,5. Adonan diaduk dan dibalik balik setiap tiga hari sekali agar suhu tetap stabile, bila meninggi panasnya maka siram kembali dengan menggunakan cairan EM dan Molase. Adonan diletakan diatas ubin semen atau dimasukan kedalam tong komposter putar. Untuk sekala perumahan, hal ini memudahkan pembalikan, pengadukan dan penyempurnaan sistem fermentasi, sehingga hasil akhir dapat sempurna.
  5. 5. Pertahankan suhu agar tidak lebih dari 50 derajat celcius, hal ini dimaksudkan agar kompos tidak rusak. Pengecekan dilakukan setiap hari menggunakan termometer air raksa.
  6. 6. Setelah tiga minggu atau 21 hari, kompos sudah dapat digunakan sebagai pupuk padat organic yang seimbang.


CARA PEMBUATAN PUPUK CAIR SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN EFFECTIVE MICROORGANISME

Sebelum kami terangkan lebih lanjut, mari kita lihat tabel atau schema pembuatan kompos cair seimbang yang dapat digunakan sebagai pupuk daun, batang dan akar tanaman.

Pupuk cair memiliki kelebihan cepat diserap oleh tanaman pada saat proses fotosintesa dan cepat pula berdampak pada cepat dan sehatnya pertumbuhan tanaman.

Secara sepintas, dapat kita lihat, bahwa pembuatan pupuk cair seimbang berbasis EM sangatlah sederhana dan mudah dilakukan. Apabila tong akan digunakan sebagai komposter pengolah limbah rumah tangga, pencampuran EM dilakukan setiap kali akan ditambah sampah organic. Apabila tong kompster mengeluarkan BOD, tambahkan air gula secukupnya dan yang perlu diingat, sampah organic yang dimasukan seharusnya sudah dipotong kecil-kecil seukuran 0,5 hingga 1 cm.

Bagaimanakah penjelasan teknis pembuatan pupuk cair seimbang ini ?

Mari kita siapkan tong plastik dengan kapasitas 250 liter. Kita lubangi sebesar 12 inch skeliling tong sebagai sirkulator udara, dan tutup dengan kain kasa atau kawat nyamuk, agar tidak dimasuki insect dan bersarang di dalam air komposter. Beri lubang kran palstik, dan bagian belakang kran ditutup kawat nyamuk

Setelah itu siapkanlah bahan bahan berikut :

1 Liter Effective Microorganisme

¼ Kg Gula yang dicairkan dengan 1 liter air atau molase 1 liter

30 Kg Pupuk kandang

20 Kg Dedak/ bekatul

50 Kg sampah organic

150 Liter air sumur

1 ons Ragi

Cara membuatnya

1. Isi drum/ tong dengan air tanah sebanyak 75 liter.

2. Pada tempat terpisah, larutkan molase 1 liter atau gula 250 gram ke dalam 1 liter air tanah/ sumur, larutkan Ragi, yeast dan campurkan kedalam air dalam drum.

3. Masukan molase/ air gula yang dicampur dengan EM ke dalam drum dan aduk perlahan searah jarum jam sampai merata.

4. Masukan pupuk kandang, campurkan bahan baku sampah organic dan dedak/ bekatul sambil diaduk sampai rata.

5. Tambahkan air tanah/ sumur sampai genap 150 liter dan drum tutup rapat-rapat.

6. Lakukan pengadukan secara perlahan setiap pagi selama fermentasi awal berlangsung ( cukup 5 kali putaran ), setela diaduk biarkan air larutan bergerak tenang lalu drum kembali ditutup.

7. Setelah 14 hari, maka pupuk cair siap di sterilisasi. Bila terdapat bau busuk, maka tambahkan air gula/molase dan saring pupuk cair untuk ditempatkan kedalam jerigen hingga gas hilang atau sekitar 7 hari. Setelah tercium bau cuka atau bau asam manis, maka cairan pupuk cair seimbang siap digunakan.

8. Apabila akan dijadikan komposter pemeroses sampah organik, maka setelah 14 hari, sampah organic mulai dapat ditambahkan, tapi sampah harus dirajang lebih dahulu, kemudian disemprotkan EM baru kemudian dimasukan kedalam drum.



Cara penggunaan.

1. Untuk 1 liter pupuk cair seimbang dicampur dengan 100 liter air tanah.
2. Dosis penggunaan untuk tanaman sayuran 250 ml dicampur air 10 liter disiramkan setiap 1 minggu sekali.
3. Dosis untuk tanaman buah dan tanaman kayu-kayuan 5 EM: 10 liter air. Dilakuakn setiap seminggu sekali. Untuk menyiram dahan dan daun dosis 1 liter EM :100 liter air. Pada saat tanaman sudah berbuah, penyiraman hanya dilakukan pada batang dan dahan.




PEMBERANTASAN HAMA TANAMAN DAN PEMBUATAN PESTISIDA ORGANIC

Tanaman yang menggunakan kompos atau pupuk organic secara umum tahan terhadap berbagai penyakit, baik penyakit akar, daun, batang dan buah. Tapi apabila terjadi kerusakan tanaman akibat hama, maka kita siapkan pembuatan pestisida organic yang dapat kita buat sendiri.

Bagaimanakah cara membuat pestisida organic ?

Dalam sejarah pertanian tradisional Indonesia, sebenarnya telah dikenal sejak lama pestisida yang dibuat secara alami. Perlakuan terhadap tanaman secara tradisional sudah mulai kita tinggalkan sejak lama atau sekita tahun 70-an, maka setelah era nonorganic berlangsung, maka sistem pertanian tradisional kita sudah mulai punah dan tidak pernah dilakukan, bahkan tidak dikenal pada saat ini.

Sebelum kita mulai membuat pestisida organic, mari kita siapkan bahan bakunya sebagai berikut :

* Effective Microorganisme sebanyak 100 ml
* Molase sebanyak 100 ml atau ½ ons gula
* Alkohol kadar 40%
* Cuka makan/ Cuka aren 100 ml
* Air cucian beras yang pertama 100 ml
* Jahe, lengkuas, kencur, kunyit, temu lawak, temugiring masing-masing 1 jari jempol tangan
* Sereh 2 batang
* Bawang putih 10 siung besar
* Bawang merah 5 siung besar
* Daun mindi atau nimba 2 ons
* Brotowali/antawali 10 cm
* Yeast/ Ragi 1 butir


Cara membuatnya

Hancurkan bahan bahan rempah rempah diatas dengan menggunakan penumbuk atau blender. Untuk membantu proses penghancuran dengan blender, gunakan air cucian beras yang pertama. Setelah semua bahan rempah hancur, masukan kedalam botol atau jrigen termasuk ampasnya. Masukan pula bahan-bahan yang lain secara berurutan dimulai dari cuka makan/ cuka aren, alkohol 40%, molase/ air gula dan terakhir larutan EM. Kocoklah hingga merata dan warna larutan terlihat sama.

Bukalah tutup botol untuk membebaskan gas yang dihasilkan oleh proses fermentasi. Simpanlah jrigen di tempat yang memiliki suhu yang perubahannya tidak ekstrim, agar proses fermentasi cepat terjadi dan microorganisme yang dibutuhkan maupun perubahan kimiawi proses fermentasi tidak rusak.

Proses ini berlangsung selama 15 hari, pengocokan dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore. Kemudian diamkan tanpa pengocokan selama 7 hari, maka pestisida organic sudah dapat digunakan.


Berapaka Dosis yang dibutuhkan?

Pestisida Organic ( PORG ) digunakan dengan perbandingan 1 ml PORG : 1 liter air tanah. Disemprotkan pada pagi atau sore hari, namun dianjurkna penyiraman dilakukan pada sore hari, hal ini dilakukan mengingat suhu pagi menjelang pada saat ini sangat tinggi, sehingga akibatnya PORG yang kita semprotkan akan cepat menguap. Namun pada sore menjelang malam, penguapan PORG yang sudah disemprotkan tidak terjadi.


Apakah khasiat yang dihasilkan dari PORG ini ?

PORG dapat menekan dan mencegah serangan hama penyakit, penyiraman/ penyemprotan untuk tanaman buah dapat dilakukan 2 minggu sekali, disemprotkan ke tanah, batang dan daun pohon buah ( MPTS ) sedangkan untuk tanaman sayur mayur dapat dilakukan setiap 3 hari sekali, bergiliran dengan penyiraman pupuk cair organic.

Sekarang kita sudah memahami proses pembuatan pupuk pada dan cair organic yang seimbang, sekaligus pestisida organic sebegai pencegah hama. Dengan demikian, persoalan sampah yang berasal dari berbagai sumber produsen sudah kita temukan dan kita ketahui manfaat pengolahan sampah organic yang selama ini menumpuk di TPA dan menghasilkan penderitaan banyak orang dan hanya menjadi proyek pengayaan diri oleh sebahagian yang lain. Akan tetapi, setelah kita coba rnungkan, dan lihat disekliling TPA, maka sebenarnya penderitaan dan kerusakan menjadi bahagian yang paling besar dibandingkan keuntungan yang didapatkan.

Sebagai ilustrasi singkat, sampah yang kita produksi dibuang ke tong sampah. Pra pembuangan sampah, kita telah menikmati berbagai makanan dan minuman yag kita konsumsi dirumah, atau kita suguhkan kepada para pembeli outlet makanan milik kita. Kemudian, sisa sisa pemanfaatan makanan dan minuman kita buang ke tempat sampah sementara, dengan asumsi sudah ada para petugas pengangkut sampah yang jerih payahnya mengangkut kita bayar dengan sejumlah uang ( paling tinggi sebesar Rp. 30 ribu perumah atau Rp. 40 ribu permeter kubik). Maka sampah pun dibawa oleh petugas kebersihan ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir Sampah). Di TPA inilah menumpuk sampah dari berbagai sumber.

Bila kita hitung secara kasar, seandainya setiap orang memproduksi sampah 2 hingga tiga liter perhari, maka kita kalikan jumlah warga kita misalnya 2000 rumah. Masing masing rumah dikalikan jumlah anggota keluarganya sebanyak 5 orang, maka 2000 rumah dikalikan 5 orang, maka jumlah produsen sampah menjadi 10 ribu orang. Jika 10 ribu kita kalikan 3 liter perorang maka ada 30 ribu sampah yang keluar dari komplek perumahan kita. Maka berapakah bila penduduk desa kita, kecamatan kita hingga kabupaten/ kota kita? Bila kita kalikan dengan 4 juta penduduk rata-rata perkabupaten, maka sudah ada timbulan sampah sebanyak 12 juta liter perhari, bagaimanakah bila kita kalikan 30 hari dalam sebulan bahkan 365 hari dalam setahun? Dari uji kasus ini secara kasar saja, maka kita sudah mulai menghamburkan sumber daya air ( karena tercemar leachet/ air lindi), sumber daya tanah, sumber daya udara dan tentu saja sumber daya pertanian dan perkebunan kita. Dari tumpukan sampah yang kita produksi ada magma yang siap meledak setiap saat, terutama pada musim kemarau, Gas methane yang terbuang keudara telah merusak ozon bumi ini, yang melindungi kita dari panasnya sinar ultraviolet dari matahari, di dalam kandungan tumpukan sampah ada gas methane yang terkepung dan akan terbakar pada musim kemarau. Secara sosial kemasyarakatan, uang bau sebagai dana kompensasi telah menjadi sarang korupsi, karena uang bau yang diberikan pembuang sampah tidak sampai kepada penderita akibat kebijakan ini. Maka dengan sendirinya rantai panjang penderitaan dan malapetaka semakin tersambung panjang yang tak akan pernah berujung.

Secara sosio kultural, sebenarnya kita mulai hidup dalam peradaban yang tidak beradab, betapa tidak kita katakan demikian? Kita yang menikmati kesejahteraan, perut kenyang dan dahaga hilang, namun ternyata berbaris orang orang yang semakin susah mengais ekonomi dalam kue pembangunan republik ini. Dilain sisi, tindak kriminalitas dimasyarakat marjinal, tanpa kita sadari semakin meningkat tajam. Orang orang kuat dan berpengaruh menguasai TPA, mereka mengutip uang parkir yang tidak sedikit dan tidak jelas kemana arah uang itu bermuara, para pemulung yang hidupnya semakin dalam dari jarak batas sejahtera, sementara bermilyar milyar rupiah uang yang kita bayarkan lewat pajak, lenyap ditelan pengelolaan sampah yang tidak bertanggung jawab ini.

Bila saat ini, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk penanganan sampah, diantaranya program pengelolaan sampah dengan logo depan berbasis masyarakat, maka kita pun harus bertanya tanya, bagaimanakah kebijakan ini dilaksanakan, karena pada kenyataan dilapangan, pemerintah bermitra dengan sebuah lembaga usaha untuk membangun sistem pengolahan sampah, baik bangunan maupun perlatan, lalu apa peran masyarakat, apakah kita hanya memilah, kemudian mengkomposkan, lalu bagaimanakah kebijakan pemerintah yang harus mulai menyadarkan pengusaha besar yang sangat banyak menyumbang kemasan yang tidak rasional untuk didaur ulang, atau sulit diurai oleh proses alam? Apakah mereka hanya cukup membantu masyarakat dengan program CSR ( Corporate Social Responsibility) yang dibatasi radius pabrik, sementara hasil produksi sudah mencemari bumi ini bermil mil jaraknya dari pabrik. Atau sekarang kita biarkan saja itu terjadi, sementara itu panas bumi semakin meningkat, air laut meninggi, daratan kita tergerus air laut, dan esok lusa kita hanya menjadi legenda sebuah negara kepulauan yang hijau ranau dan kaya sumber daya alamnya di alam entah berantah! Bila kita bertahan didogma filosofi dan ideologi penyelamatan lingkungan, seberapa dala lagi kocek masyarakat harus kita rogoh, sementara mereka mulai kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka karena sedikitnya jumlah peluang kerja dan usaha dibanding yang membutuhkannya. Inilah lingkaran setan yang harus dibunuh setannya, bukan dipotong lingkarannya, karena bila kita potong lingkarannya, akan ada lingkaran baru yang mungkin saja lebih kuat lingkaran barunya dibandingkan yang lalu. Tapi bila kita bunuh setannya, maka lingkaran tidak akan terbentuk lagi.

Apakah yang menjadi setan dari masalah ini? Yaitu keinginan kita yang tidak pernah melihat ke kanan kiri kita, kebelakang dan depan kita ketika sebiah standar hidup, standar usaha standar kebijakan dimulai. Bila kita melihat ke kanan kiri masih terdapat sanak famili dan saudara se tanah air dan se warga bumi, dibelakang kita ada pembantu, karyawan, murid rakyat dan didepan ada anak dan cucu kita. Maka setan itu tidak akan muncul kepermukaan masalah berbangsa dan bernegara bahkan sebagi warga dunia sekalipun. Inilah setan yang selama ini selalu dikasihani dengan kebijakan kebijakan yang mengacu kepada kepentingan sesaat dan dilindungi ketika ada sekelompok warga masyarakat akan membunuhnya.

Mungkin inilah saat yang tepat kita mulai mengkaji setiap keputusan dari berbagai arah termasuk keatas, Karena Tuhan tak akan pernah lupa dan lengah atas tindakan yang kita putuskan atau kebawah, karena disanalah tempat persemayaman kita kelak.

Dari awal hingga akhir tulisan ini, kata pupuk seimbang sering dicantumkan, apakah yang dimaksud dengan pupuk seimbang?

Sebenarnya, kata seimbang digunakan dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan World Bank dalam program WJEMP ( Western Java Environmental Management Project) yang memberikan subsidi sebesar Rp. 300 /Kg. Dana ini berasal dari proyek GEF ( Global Environmental Facility).

Dalam kaitan ini, maka World Bank memberikan sebuah acuan batas atas standar kwalitas kompos yang dihasilkan melalui program 3 R sebagai berikut :




ANALISA LABORATORIUM RATA – RATA PENGOLAHAN SISTEM OPEN WINDROW


Maka dengan standar produksi kompos yang dihasilkan, maka peluang untuk menjadikan program zero waste salah satu pintu pengurangan jumlah jobless di Indonesia adalah sangat rasiional, hal ini dimungkinkan karena pada prinsipnya, selama manusia hidup, maka selama itu pula manusia akan terus memproduksi sampah, dan selama itu pula manusia bergantung terhadap hasil; pertanian sebagi pemenuhan kebutuhan konsumsinya. Seiring dengan pengolahan sampah di hilir, maka dihulu, perbaikan lahan kritis dan hutan yang sudah gundul serta kwalitas pertanian kita akan berjalan kearah yang lebih baik, tanpa kita sadari, sesungguhnya kita sudah melakukan hal besar dalam menyelamatan bumi ini melalui penghematan sumber daya alam yang tidak terbarukan dan terbatas. Meskipun, masih tersisa tanda Tanya besar ata kasus RDF yang akan diolah oleh siapa dan dimanfaatkan oleh siapa, karena jenis sampah yang satu ini, akan menjadi solusi atas krisis energi, tapi bisa jadi akan menumpuk di TPA juga pada akhirnya.

Kalau kita bertanya apa itu RDF? RDF itu adalah Refuse Derived Fuel, yaitu jenis sampah yang tidak rasional atau tidak layak untuk dijual ( Recycle ) seperti plastik plastik kemasan makanan yang sangat kecil atau sampah plastik yang sudah tertimbun tanah di TPA, Styrofoam, sampah sendal, ban bekas dan jenis karet sintetis dan lain – lain dan dicampur dengan sekam dan serbuk gergaji akan menjadi bahan bakar penghasil panas dengan analisa proses sebagai berikut :


* Nilai kalor dari RDF ini rata-rata 800 kkal/ky
* Merupakan jenis sampah yang memiliki kalor yang tinggi
* Beberapa sampah mengandung clorin dan sulfur
* Pembakaran mencapai 800 derjat cc dan terkendali ( menghindari dioxin)
* Ada pengendalian emisi gas buang
* Dimanfaatkan sumber energi panas

Dimanakah titik penghematan yang kita lakukan dengan memilah sampah dari produsennya ? Apakah sama saja bila kita tumpuk semua jenis sampah di TPS dan pada akhirnya para pemulung akan memisahkan sendiri, mana yang layak jual dan mana yang dibiarkan tertinggal di TPA?

Inilah pertanyaan dan sekaligus kesimpulan masyarakat pada umumnya ketika membicarakan sampah.

Titik penghematan kita secara garis besar pada kelestarian alam kita. Karena bila kaji pada hitungan 2,5 liter per orang perhari produksi sampahnya, maka bila 1.000.000 orang pendudul sebuah kota, maka sesungguhnya volume yang dihasilkan sama besarnya dengan candi Borobudur. Bila prilaku ini tidak segera diubah, maka bumi kita akan menjadi gunung sampah, atau bahkan kita akan hidup bersama itu sendiri, sungguh sebuah kenyataan hidup yang pasti semua orang hindari.

Dari segi pemanfaatan, bagaimana bisa berhemat ? ......... kita akan lanjutkan pada penulisan berikut.


EASYHITS4U

Link akun paypal Untuk transaksi bisnis anda yang lebih mudah

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PINGLER.COM