Jumat, 03 September 2010

Pemerintah Undang Swasta Terlibat Pengolahan Sampah

Pemerintah mengundang partisipasi swasta dalam bisnis pengelolaan sampah di Indonesia melalui skema Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM). Menurut Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto proyek CDM tidak saja sebagai upaya upaya mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga dapat menjadi alternatif tambahan bagi pendanaan untuk mendukung peningkatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di kota.
Pernyataan tersebut disampaikan Djoko Kirmanto saat membuka Seminar Mekanisme Pembangunan Bersih Sektor Persampahan di Jakarta, Rabu (25/2). Seminar tersebut merupakan hasil kerjasama Departemen PU dengan Departemen Tanah, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang.
Menteri PU menuturkan, jumlah sampah yang dibuang ke TPA setiap harinya di kota-kota besar Indonesia mencapai 500 - 6.000 ton. Hampir seluruh TPA masih dioperasikan secara terbuka atau open dumping, hanya beberapa saja yang telah menerapkan controlled landfill. Namun belum ada yang mengembangkan sanitary landfill.
Pengelolaan sampah sistem open dumping menimbulkan pencemaran udara akibat emisi gas methane yang dihasilkan timbunan sampah di TPA. Terkait dengan mitigasi terhadap emisi gas tersebut, di kota-kota besar penanganan gas landfill dikembangkan kearah waste to energy (WTE).
Dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan sampah di TPA, kegiatan penanganan gas melalui skema CDM merupakan peluang potensial yang dapat dimanfaatkan pemerintah kabupaten/kota bekerjasama dengan swasta. Dengan keterlibatan swasta, maka dapat membantu dalam biaya operasional TPA. Saat ini biaya operasionalnya senilai Rp 50.000 – Rp 100.000 per ton sampah.
Djoko Kirmanto mengatakan selama ini biaya investasi dibidang ini cukup tinggi untuk ia mendesak kepada pelaku swasta bisa memanfaatkan peluang tersebut. Menurutnya investasi di pengelohan sampah cukup menguntungkan artinya investor tidak perlu khawatir mengenai potensi keuntungan yang bisa diperoleh. Meskipun risiko resistensi terhadap pembangunan TPA saat ini masih cukup tinggi terhadap masyarakat.
Saat ini ada lima pemerintah kota yang telah bekerjasama dengan swasta dalam pelaksanaan CDM yaitu TPA Batulayang, Pontianak, Kalimantan Barat, TPA Sumur Batu, Bekasi Jawa Barat, TPA Suwung, Denpasar, Bali, TPA Sukowinatan, Palembang dan TPA Tamangapa, Makassar, Sulawesi Selatan.
Menteri PU mencontohkan salah satu proyek CDM yang berhasil ialah TPA Suwung, Denpasar. Meski belum rampung 100 persen, namun saat ini telah mampu menghasilkan listrik yang berhasil dijual seharga Rp 600 per kwh. Dengan mengolah sampah 500 ton per hari yang memiliki daya 10 megawatt.
Sementara itu Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono mengatakan, masuknya swasta dalam pengolahan sampah tergantung kepada pasar dalam hal ini peran pemerintah kota dan kabupaten menciptakan iklim kondusif.

Budi mengatakan, dalam pengolahan sampah sampai saat ini belum ada yang masuk sekala ekonomi seperti sebagai pembangkit listrik seharusnya dapat mencapai 10 sampai 20 megawatt tergantung tersedianya sampah setiap hari.

Seperti di Bali saat ini baru menghasilkan 3 megawatt atau baru 30 persen, saat ini sudah ada rencana alokasi dana 70 juta dolar AS dari Australia untuk penanganan sampah.

”Ada dua pilihan dalam mengelola sampah membuat sama sekali baru, atau menyempurnakan lokasi yang sudah tersedia,” sebut Budi Yuwono.

Selain listrik, sampah juga dapat menghasilkan kompos (pupuk), setidaknya investasi awal berkapasitas 500 ton per hari membutuhkan dana 20 juta dolar AS tergantung peruntukan.
Untuk lebih mengembangkan pengolahan sampah berbasis CDM, Djoko Kirmanto mengaku terbantu dengan adanya bantuan berupa berbagi pengalaman dan pengetahuan dari pemerintah Jepang. Dalam teknologi pengolahan gas bidang persampahan, Jepang memang telah lebih maju dibandingkan Indonesia.
Wakil Menteri Tanah, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang Seigo Sakaki mengungkapkan, penerapan CDM bidang persampahan di negaranya berkontribusi terhadap penurunan emisi gas sebesar 1,6 persen. Sesuai kesepakatan Protokol Kyoto, Jepang menargetkan penurunan emisi gas sebanyak 7 persen.
“Selain transfer knowledge, Jepang juga membantu Indonesia melalui pengiriman tenaga ahli dan grant (hibah-red),” ucap Seigo Sakaki. (rnd)

Informasi Tentang Tekhnol0gi Pengolahan Sampah Perkotaan


“Kunjungan ini adalah bertujuan untuk menjembatani kesenjangan informasi tentang teknologi pengelolaan sampah perkotaan terkini. Dengan itu maka diharapkan, dapat terjalin tukar informasi antara para peneliti di BPPT dengan kalangan akademisi”, kata Ketua Rombongan Studi Ekskursi program Magister Sistem Teknik UGM, Muhammad Sulaiman, dalam  kunjungannya ke Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) BPPT, Senin (7/06).
Lebih lanjut Ia mengatakan, kunjungan dengan jumlah peserta sebanyak 53 orang tersebut, juga ditujukan agar kalangan akademisi dapat secara langsung mengetahui secara nyata prospek teknologi pengelolaan sampah dan penanganan masalah limbah perkotaan.

Kepala Bidang Pengelolaan Limbah PTL BPPT, Arie Herlambang, berkesempatan untuk menjelaskan tentang profil dari BPPT, khususnya tentang kegiatan yang dilakukan di PTL. Selain itu, Arie juga sedikit memaparkan tentang capaian-capaian teknologi yang telah berhasil dikembangkan oleh tim PTL berkaitan dengan penanganan limbah perkotaan.

Dalam acara tersebut, disampaikan juga kegiatan-kegiatan terkini dari PTL terkait dengan kerjasama yang dilakukan antara BPPT dengan Kementerian PU dan Pemprov Bali, di Bangli. Pembangunan pilot plant Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Bangli nantinya akan menggunakan sistem RSL (Reusable Sanitari LandfillI)-Wet Cell dan Enhanced Conventional Sanitary Landfill (ECSL)-Dry Cell.

Rencananya, hasil ujicoba pilot plant tersebut akan dimanfaatkan untuk menyusun definisi serta standar teknis baru untuk rehabilitasi TPA Open Dumping, pembangunan dan pengoperasian Tempat Pemrosesan Akhir/TPA baru di Indonesia.

Terkait dengan UU 18/2008 tentang persampahan, aspek akan pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia yang ingin mengeksplorasi teknologi pengolahan sampah sangatlah penting. Hal tersebut dimaksudkan agar program rehabilitasi lokasi TPA Open Dumping, dapat berjalan lancar.

Diharapkan dengan penerapan teknologi RSL untuk rehabilitasi TPA-Open Dumping, investasi dan biaya operasi TPA dapat dijangkau pihak pemerintah daerah, menunjang kegiatan 3R oleh masyarakat agar dapat berlangsung berkesinambungan, segera siap memenuhi amanah UU18/2008 tentang pengelolaan sampah.

Hadir dalam acara kunjungan, Kepala Bidang Tata Kelola Lingkungan PTL BPPT, Joko PS, serta beberapa perekayasa dari PTL seperti Nusa Idaman Said, Djoko Heru Martono, Henky Sutanto, Suprapto dan Sriwahyono. (ADS/HBHS-ptl/YRA-humas)

Kamis, 02 September 2010

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH KOTA DENGAN SISTEM SEL TIDAK TIMBULKAN BAU


Jakarta, 25/8/2010 (Kominfo-Newsroom) Hasil penelitian kerjasamaBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan PT. NavigatOrganic Energy Indonesia (NOEI) terhadap pengolahan sampahperkotaan dengan sistem sel basah dan kering terbukti tidakmenimbulkan bau yang menyengat dan sanitasi lingkungannya dapatdikendalikan dengan baik.
Disamping itu, dari pengolahan sampah perkotaan dengan sistemsel tersebut, juga dapat memproduksi gas metana, kata Kepala BidangTeknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan, BPPT, Dr. Ir. ArieHerlambang, MS pada siaran iptek voice di Kemristek, Rabu(25/8).
Menurutnya, penelitian tersebut dilakukan mulai 2009, berlokasidi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar, Bali. Pengolahansampah TPA Suwung mempunyai luas sekitar 26 ha, namun yangdimanfaatkan untuk kegiatan pemanfaatan sampah menjadi listrikhanya 10 ha.
Sedangkan potensi sampai wilayah Sarbagita sekitar 800 ton perhari, dan diprediksi dapat menghasilkan listrik 9,6 megawatt. Namunsaat ini, pemasokan sampah baru mencapai 350-500 ton per hari. Saatpercobaan dilakukan terdapat 4 mesin dengan kapasitas masing-masing1 megawatt, namun baru bisa dihidupkan satu mesin dengan produksilistrik 470 kilowatt.
TPA sampah sistem sel tersebut mempunyai kapasitas 12.000 m3sampah dan diprediksi dapat memproduksi listrik sekitar 364 kw.Setiap sel sampah mempunyai dimensi lebar 20 meter, panjang 28meter, dan tinggi 12 meter. Dinding terbuat dari konstruksi betonbertulang, dan bagian atas tertutup dengan menggunakan terpalplastik.
Dibagian bawah sel terdapat saluran lindi yang dikumpulkankearah depan dengan kemiringan 5 persen dimasukkan ke dalam pipapengumpul. Sistem dilengkapi dengan pipa untuk melakukan sirkulasiair.
Sumur pengumpul gas dengan diameter 6 ditanam setiap jarak 5meter dibagian tengah sampai pada kedalaman 12 meter. Gas darisetiap sumur dikumpulkan dengan pipa fleksibel dan dialirkankebagian depan sel, dan siap dihisap gasnya.
Penghisapan di pusat pompa dilakukan sampai pada tekanan -50 mb,namun dikontrol dengan gas oksigen yang terhisap tidak boleh lebihdari 6 persen.
Ia mengungkapkan, tujuan dari penelitian tersebut adalah untukmelakukan pengukuran gas di TPA Sistem Sel basah dan kering diSuwung, Denpasar, Bali. Serta mendapatkan laju produksi gas dalamfungsi waktu, dan membuat evaluasi kinerja dan optimalisasi desainpengolahan sampah sistem sel untuk aplikasi pengolahan sampahperkotaan skala sedang antara 300 s/d 500 m3 sampah perhari.
Termasuk, sebagai masukkan bagi usulan kebijakan pengelolasampah kota skala sedang kepada lembaga atau departemen terkaituntuk perbaikan penerapan implementasi di lapangannya, dan gunamengetahui perbedaan sistem basah dan sistem kering ditinjau dariproduksi gasnya.

EASYHITS4U

Link akun paypal Untuk transaksi bisnis anda yang lebih mudah

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PINGLER.COM