Senin, 24 Oktober 2011

Perhitungan Laba/Rugi Budidaya Sengon per 1 Hektare

Artikel ini akan menjelaskan secara gamblang seuntung apa budidaya Sengon dalam luasan 1 hektare. Perhitungan ini menggunakan asumsi bahwa sistem budidaya yang dikembangkanadalah dengan sistem yang selama ini digunakan oleh PT Raja Sengon Indonesia. Di mana perusahaan ini menggunakan sistem Intensifikasi Tinggi.
Dengan pola tanam intensif, maka diharapkan pertumbuhan diameter batang per tahun rata-rata bisa menemubus 7-10 Cm. Adapun perhitungan laba/ruginya adalah sebagai berikut;

Asumsi-asumsi

  1. BiayProa duksi per hektare per tahun Rp6 juta (Rp30 juta per ha per 5 tahun)
  2. Jumlah pohon per ha 3.300 (dengan jarak tanam 1m X 3m)
  3.  Harga jual dalam bentuk kayu log per m3;
a. Diameter 15 Cm, umur 3 tahun Rp.300 ribu (harga sekarang Rp600 ribu)
b. Diameter 20 Cm, umur 4 tahun Rp.400 ribu (harga sekarang Rp700 ribu)
c. Diameter 25 Cm, umur 5 tahun Rp.500 ribu (harga sekarang Rp800 ribu)

4. Pemenuhan Kubikasi 1 / 5 


a. Diameter 15 Cm memerlukan 4 pohon.
b. Diameter 20 Cm memerlukan 3 pohon.
c. Diameter 25 Cm memerlukan 2 pohon.

5. Potential Lost 12%

 
I. Biaya Produksi

Penanaman Sengon seluas 1 ha1 ha X Rp 30 juta Rp 30.000.000 (Angka ini akan terus naik setiap tahun)

II. Pendapatan

  1. Penjarangan tahap I (umur 3 tahun) Diameter 15 Cm atau untuk mencapai 1m3 perlu 4 pohon 2 / 5 Dipanen 660 pohon (20% dari pohon tertanam) 660 : 4 X 300.000 Rp 49.500.000
  2. Penjarangan tahap II (umur 4 tahun) Diameter 20 Cm atau untuk mencapai 1m3 perlu 3 pohon Dipanen 660 pohon (20% dari pohon tertanam) 660 : 3 X 400.000 Rp 88.000.000
  3. Panen Keseluruhan (umur 5 tahun) Diameter 20 Cm atau untuk mencapai 1m3 perlu 2 pohon Dipanen 1980 pohon (60% dari pohon tertanam) 1980 : 2 X 500.000 Rp 495.000.000


III. Laba/Rugi

a. Total Pendapatan (a+b+c) Rp 632.500.000
b. Potential lost 12% Rp 75.000.000
c. Biaya Produksi Rp 30.000.000
d. Keuntungan bersih Rp 527.500.000

IV. Bagi Hasil

a. Anda (sebagai investor) : 60% dari Keuntungan bersih
60% X Rp 527.500.000 Rp 316.500.000 (Atau pendapatan Rp 5,2 juta per bulan)

CATATAN :
  1. 1. Asumsi harga yang kita pakai adl harga pesimis (50% di bawah harga pasar yang sesungguhnya)

Minggu, 23 Oktober 2011

SEAPUTR TANAMAN SENGON TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN SENGON (ALBAZIA)

Botani Sengon
Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut :
Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa).
Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore)
Klasifikasi Ilmiah Tanaman Sengon :
Divisi : SpermatophytaSub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Mimosoidae
Marga : Paraserianthes
Jenis : Paraserianthes falcataria
Sinonim : Albizia moluccana Miq. Albizia
falcataBacker; Albizia falcataria (L.) Fosberg.


Pertanaman sengon
Deskripsi botani tanaman sengon
Batang
Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 20 m. Tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Tajuk berbentuk perisai, jarang, selalu hijau.
Daun
Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 – 15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15 – 25 helai daun, dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.

Akar
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Bunga
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu muda berwarna hijau dan jika sudah tua biji akan berubah kuning sampai berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin
Benih
Pipih, lonjong, 3 – 4 x 6 – 7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat. Jumlah benih 40.000 butir/kg. Daya berkecambah rata-rata 80%. Berat 1.000 butir 16 – 26 gram.
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.
Prospek Budidaya Tanaman Kayu Sengon / Albazia / Albasia
Berebut Kayu Sengon

Penantian H Undang Syaefudin terbayar sudah. Mei 2008 ia memanen 3 ha sengon setelah menunggu 5 tahun. Populasi setiap hekar 600 pohon yang menjulang 16-20 m dan berdiameter 25 cm. Pekebun di Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, itu sumringah lantaran rekeningnya kian gemuk. Ia mengantongi Rp211.750.000 dari penjualan kayu sengon.
Nilai itu berasal dari penjualan 270 m3 kayu gelondongan berdiameter minimal 19 cm. Harganya Rp650.000 per m3 . Pekebun berusia 46 tahun itu juga menjual 50 m3 palet dengan harga Rp725.000 per m3 . Dengan biaya perawatan setiap tahun rata-rata Rp1.200.000 per ha, Undang menangguk laba bersih Rp193.750.000. Itulah sebabnya menjelang musim hujan ini, ia mempersiapkan lahan 12 ha untuk penanaman sengon.
Bila Undang memanen semua pohon alias tebang habis, Dian Hadiyanto memilih menjarangkan. Pekebun di Kawalu, Tasikmalaya, itu mengelola 4 ha masing-masing berpopulasi 600 pohon. Pada Juni 2008, ia menjarangkan 150 pohon per ha sehingga tersisa 450 pohon/ha. Pria 35 tahun itu memanen 250 m3 dari rata-rata tinggi pohon 19-20 m dan berdiameter 25 cm. Dengan harga jual Rp450.000 per m3 , Dian mengantongi Rp112.500.000.
Sisa pohon akan dipanen 2 tahun mendatang. Dian memprediksi memanen 300 m3 dari 450 pohon berumur 7 tahun pada 2010. Jika harga jual tetap, ia bakal memperoleh Rp135-juta atau Rp540-juta dari lahan 4 ha. Di sentra sengon Pandeglang, Provinsi Banten, ada Asep Halimi yang mewujudkan impian menghajikan 11 kerabatnya berangkat ke Mekah bersama. Pekebun di Citeureup, Kabupaten Pandeglang, itu mampu membiayai mereka lantaran baru saja memanen 10 ha sengon senilai Rp322-juta.
Populer
Dua tahun terakhir popularitas sengon memang meningkat. Padahal, ia dikenal sebagai kayu kelas 3. Penyebabnya? ‘Kerusakan hutan alam sangat parah. Laju degradasi 2,87-juta ha per tahun menyebabkan hutan tak mampu lagi menjadi pemasok kayu untuk bahan baku industri,’ kata Ridwan Achmad Pasaribu, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Menurut Dr Iskandar Zul Siregar, dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, pada 1990 tercatat 564 perusahaan hak pengusahaan hutan dengan produksi 28-juta ton. Jumlahnya tersisa 247 perusahaan yang menghasilkan 11-juta ton pada 2003. ‘Penebangan ilegal bisa 4 kali lipat dari total produksi itu,’ ujar Iskandar. Ketika luas hutan kian menyusut, di sisi lain justru, ‘Kebutuhan kayu sangat tinggi dan tak tergantikan,’ ujar doktor Genetika Kehutanan dan Pemuliaan Tanaman alumnus Georg-August University, Goettingen, Jerman, itu.
Ketika itulah masyarakat dan industri yang membutuhkan kayu melirik sengon. Kayu sengon memang tak sekeras jati. Namun, dengan perendaman dalam garam wolman, kayu sengon mampu bertahan 30-45 tahun. Garam wolman campuran 25% natrium fl uorida, 25% dinatrium hidrogen arsenat, 37,5% natrium kromat, 12,5% dinitro fenol. Teknologi lain untuk memperkuat sengon adalah biokomposit. Sengon yang tak sekuat jati dicampur dengan kayu lain sesuai dengan peruntukan.
Pantas bila sengon banyak dikebunkan di berbagai daerah seperti di Kabupaten Ciamis dan Kotamadya Banjar, Jawa Barat, Temanggung dan Banyumas (Jawa Tengah), serta Pasuruan dan Kediri (Jawa Timur). Masyarakat berbondong-bondong mengebunkan sengon lantaran masa tebang relatif singkat 5-10 tahun. Bandingkan dengan masa tebang jati Tectona grandis yang mencapai 25-35 tahun.
Selain itu, ‘Pengelolaan budidaya sengon mudah, kesesuaian tumbuh tak sulit, kayunya serbaguna, dan memperbaiki kualitas serta kesuburan tanah,’ ujar Yana Sumarna MS, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Itu juga disampaikan Sapari karyawan PT Waskita Karya-BUMN di bawah Departemen Pekerjaan Umum-yang mengebunkan sengon di Ngadirojo, Kecamatan Lorok, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
‘Budidaya sengon itu mudah, risikonya tak terlalu besar, dan pasarnya ada,’ kata Sapari yang sebulan sekali pulang ke Pacitan untuk menengok kebun sengon. Bagi Sapari mengebunkan sengon adalah tabungan untuk pensiun kelak. Saat ini 1.200 sengon di ketinggian 450 m dpl berumur 3 tahun. Dua tahun lagi ketika pria 53 tahun itu pensiun, Sapari juga memanennya.
Sengonisasi
Sebelum pekebun ramai-ramai membudidayakan anggota famili Mimosaceae itu, Departemen Kehutanan meluncurkan program sengonisasi pada 1989. Tujuannya untuk menyelamatkan dan melestarikan hutan serta lahan. Dari target 300.000 ha, realisasi penanaman hanya 35.039 ha. Pekebun yang mendapat benih gratis dalam program itu memanen sengon pada 1997-1998 ketika pohon berumur 7-8 tahun.
Ikin Sodikin, pekebun di Kotamadya Banjar, Jawa Barat, memanen 5.500 pohon pada 1997 hasil program sengonisasi. Ia memperoleh 2.000 m3 kayu senilai Rp250-juta. Omzet menjulang itulah yang mendorong pria kelahiran 11 Januari 1954 getol mengebunkan sengon di lahan 50 ha. Ia tak menyangka bakal meraup pendapatan besar.
Persis yang dialami Shandy Lazuardi, pekebun di Cimanggis, Kotamadya Depok, Jawa Barat. Sepuluh tahun silam ia ‘iseng-iseng’ menanam 40 bibit sengon di lahan kritis. Ia praktis tak memberikan perawatan berarti hingga Paraserianthes falcataria itu tumbuh besar. Seorang pengepul yang kebetulan lewat kebun sengon terpikat dan langsung menawar. Jadilah, pohon itu ditebang oleh sang pengepul dan Lazuardi mengantongi Rp24-juta. Kisah selanjutnya mudah ditebak, alumnus Institut Pertanian Bogor itu memperluas penanaman sengon hingga 110.000 bibit.
Tak semua pekebun menapaki jalan mulus seperti Undang Syaefudin, Dian Hadiyanto, dan Asep Halimi. Beragam rintangan menghadang pekebun sengon buat meraup laba. Peluang memetik laba besar bakal terhambat jika pekebun tak mengetahui informasi harga seperti dialami Zaenal Abidin. Mahasiswa pascasarjana Universitas Islam Negeri Gunungjati Bandung itu pada pertengahan Juli 2008 memanen 1.000 pohon.
Dengan tinggi rata-rata 20 m dan berdiameter 30 cm, pohon-pohon itu menghasilkan 800 m3 . Pengepul cuma membayar total Rp25-juta. Artinya, guru Madrasah Ibdidaiyah itu menerima harga Rp31.250 per m3 . Padahal saat ini harga kayu sengon di tingkat pekebun mencapai Rp450.000 per m3 . Meski demikian Zaenal Abidin tetap merasa untung. ‘Bibitnya tidak beli. Biaya produksi rendah, paling hanya mencabuti gulma yang saya lakukan sendiri,’ ujar pekebun di Buniwati, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, itu.
Pasokan langka
Pengguna sengon juga menemukan hambatan berupa langkanya ketersediaan bahan. Itu dialami oleh PT Daya Sempurna Cellulosatama, produsen kertas di Bekasi, Jawa Barat. Bertahun-tahun perusahaan yang berdiri pada 1976 itu memanfaatkan sengon sebagai bahan baku pulp. Kadar selulosa yang tinggi dan berserat panjang menyebabkan sengon bagus sebagai bahan baku kertas.
Menurut Gunawan Surya, direktur pabrik, saat ini sulit menerima pasokan sengon lantaran kayu itu banyak dibutuhkan beragam industri. Menurut Gunawan , Daya Sempurna Cellulosatama memerlukan 6.000 ton kayu sengon per bulan. Yang terpasok cuma 1.000 ton. Itulah sebabnya, ia menghentikan penggunaan sengon sebagai bahan baku. Dulu, pada 1983-1900-an, pasokan sengon ke Daya Sempurna Cellulosatama lancar lantaran industri perkayuan tak melirik sengon. Namun, ketika sengon kini menjadi primadona sulit memenuhi kebutuhan itu.
Kendala lain adalah terbatasnya benih berkualitas. Padahal, benih menentukan mutu kayu. Anggapan bahwa sengon dapat ‘tumbuh sendiri’ tak sepenuhnya benar. Sebab, jika dibiarkan tumbuh tanpa perawatan berarti sengon menjadi incaran hama dan penyakit. Awal 2007 uret alias larva kumbang itu meluluhlantakkan 190 pohon milik Muhdiyono. Serangannya serempak, hingga pekebun di Karangwuni, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, itu tak sempat menyelamatkan sengon-sengon berumur 2 bulan.
Tinggal telepon
Jika pekebun mampu melampaui berbagai aral, meraih laba besar sebuah keniscayaan. Pekebun tinggal menghubungi perusahaan penggergajian atau eksportir. ‘Menjadi pekebun sengon memang enak, cukup telepon kapan saja dan tinggal terima uang tanpa harus menebang,’ kata Amir Rosdiana.
Pemilik CV Hasil Bumi itu biasa ‘menjemput’ kayu di lahan. Begitu mendapat telepon, Amir langsung ke lahan, mengukur lingkar pohon, dan memanjat pohon hingga 10 meter untuk memperoleh volume kayu. ‘Pohon yang memiliki lingkar batang 1,2 meter biasanya mencapai 1 m3 ,’ kata Amir. Itu artinya ia mesti membayar Rp450.000. Jika kayunya sempurna, lurus, tak cacat akibat dimakan ulat, harganya melambung Rp800.000 per pohon.
Itu bersih diterima pekebun, tanpa potongan apa pun. Amir mengolah kayu sengon menjadi palet alias papan tipis berukuran 206 cm x 5,2 cm x 25 cm. Setiap pekan ia memproduksi 270 palet untuk memenuhi permintaan perusahaan di Jakarta dan Surabaya. Palet hanya salah satu bentuk pemanfaatan sengon. Sayang, Amir baru dapat menjemput kayu di kawasan Priangan Timur-Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut. Pekebun di luar tanah Priangan tak perlu khawatir. Masih banyak penampung sengon. Beberapa di antaranya adalah PT Bina Inti Lesatri, PT Bineatama Kayone Lestari, PT Dharma Satya Nusantara, PT Kutai Timber Indonesia, dan PT Sumber Graha Sejahtera.
Menurut Ir Himawan Rahardjo dari PT Dharma Satya Nusantara Temanggung, sengon kayu multiguna. Kayu sengon berfaedah sebagai bahan bangunan, lantai, dan pintu. Dharma Satya Nusantara Temanggung memproduksi 5.000 m3 kayulapis per bulan. Kebutuhan bahan baku mencapai 5.000 m3 log dan 10.000 m3 sawntimber. Perusahaan yang mempekerjakan 2.000 karyawan itu memerlukan 600.000 pohon berdiameter rata-rata 25-30 cm setara 600 ha per bulan.
Himawan Rahardjo bakal meningkatkan produksi 2 kali lipat pada 2009; meningkat 5 kali lipat, lima tahun ke depan. Artinya, kebutuhan bahan baku juga bakal melonjak. Kesinambungan produksi DSN tergantung antara lain kepada produksi pekebun di Magelang, Purworejo, Temanggung, dan Wonosobo. Maklum, perusahaan itu tak mengelola perkebunan sendiri. Perusahaan di Temanggung, Jawa Tengah, itu mengekspor hasil olahan sengon ke Taiwan, Singapura, Jepang, Inggris, Belanda, dan Australia.
Jika memperhitungkan kebutuhan kelompok Dharma Satya Nusantara yang terdiri atas 4 perusahaan-3 lainnya di Bekasi, Gresik, dan Surabaya-kebutuhan sengon bakal melonjak. Grup Dharma Satya Nusantara memproduksi total 250.000 m3 lumber core alias papan laminating berukuran 204 cm x 102 cm x 3-5 cm, 300.000 m3 papan blok, 100.000 m3 kayu lapis, 200.000 pintu, dan 500.000 m2 lantai per tahun-semua berbahan baku sengon. Perusahaan yang berdiri pada 29 September 1980 itu semula mengandalkan hutan alam di Kalimantan. Pada 1988 perusahaan itu pindah ke Jawa. ‘Tak bisa selamanya mengandalkan kayu alam,’ kata Suyono M Raharjo dari Dharma Satya Nusantara Surabaya.
Makin Luas
Yang berteriak kekurangan bahan baku bukan cuma grup DSN. PT Bu Jeon, produsen finger joint, juga kekurangan pasokan. Menurut Hendro Aluan, bagian ekspor Bu Jeon, finger joint lembaran kayu setebal 3 cm, bersambungan di ujung yang bergerigi, mirip jari. Faedahnya sebagai bahan baku meja, komponen pintu, dan kerajinan tangan. Di pasaran internasional harga finger joint US$400-US$415 per m3 . Dari kebutuhan 1.200-1.400 m3 balok kayu sengon per bulan, ‘Hanya 600 m3 yang dapat terpenuhi,’ ujar Hendro.
Permintaan pasar internasional terhadap sengon yang terus meningkat sebagai bentuk apresiasi terhadap kayu budidaya. Dunia mengharapkan hutan Indonesia tetap lestari sehingga kayu sengon hasil budidaya sebagai alternatif. Pantas permintaan kayu olahan sengon terus melambung.
Lihatlah PT Bineatama Kayone Lestari pada 1993-ketika awal berdiri-cuma mengekspor 5 kontainer barecore berbahan sengon sebulan. Kini, hampir 2 windu berselang, Taiwan meminta rutin 150 kontainer barecore per bulan. Itu di luar permintaan Timur Tengah 10 kontainer per bulan.
Di pasaran internasional harga barecore US$220 setara Rp1,98-juta per m3 . Barecore adalah papan berukuran 1,2 m x 2,4 m. Ketebalannya 10 mm dan 13 mm. Menurut Edo Wijaya dari PT Bineatama Kayone Lestari, kebutuhan bahan baku untuk memproduksi 150 kontainer barecore mencapai 14.000 m3 . Taiwan juga meminta 50.000 m3 sawntimber, tetapi baru terpasok 8.000 m3 .
Gegap gempita industri pengolahan sengon itu berimbas di hulu. Para pekebun beramai-ramai membudidayakan kerabat petai itu. Selain lantaran pangsa pasar besar, harga jual juga terus membaik. Menurut Heru Jhudiarto, direktur muda Penanaman dan Lingkungan PT Kutai Timber Indonesia, harga sengon 6 tahun lalu Rp180.000 sekarang Rp670.000 per m3 .
Menteri Kehutanan Malam Sambat Kaban memprediksi harga sengon bakal meningkat. ‘Harga sengon akan terus meningkat hingga harga rasional yaitu masih lebih murah dibandingkan harga kayu asal hutan alam. Sekitar 4-5 tahun lagi kira-kira Rp1- juta per kubik. Industri tak akan bermain-main dengan harga itu karena permintaan ekspor sangat tinggi,’ katanya.Pantas jika Habib Abdul Qodir Alhamid, pemilik pondok pesantren di Maron, Probolinggo, mengkoordinir penanaman sengon hingga 3.200 ha. Begitu juga dengan PT National Plantation yang mengebunkan 800 ha di Tulungagung, Jawa Timur.
Kutai Timber Indonesia (KTI) memilih bermitra dengan para pekebun. Setiap tahun KTI memperluas lahan rata-rata 1.000 ha. Hendri Setiawan juga bermitra dengan pekebun untuk mengembangkan 130 ha sengon di Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kemudahan memasarkan menjadi daya tarik bagi pekebun.
Jangankan menjual ratusan atau puluhan pohon, ketika memerlukan ‘dana segar’ untuk membayar SPP anaknya, Mukidi cuma menjual 2 pohon berumur 6 tahun berdiameter 20 cm. ‘Sengon seperti ATM (anjungan tunai mandiri, red) berjalan,’ kata pekebun di Temanggung, Jawa Tengah, kelahiran 26 Juni 1960 itu. Laba sengon di depan mata. Mau? (Sardi Duryatmo/Peliput: Andretha Helmina, Faiz Yajri, Nesia Artdiyasa, Niken Anggrek Wulan, Tri Susanti, & Vina Fitriani) [
Jutawan Karena Sengon
Jika harga cengkih tetap membaik dan pohon cengkih tak diterjang angin ribut, mereka mungkin tak pernah menjadi jutawan karena sengon.
Satu per satu pohon cengkih di lahan 11 ha itu tumbang di tangan Ikin Sodikin. Pekebun di Desa Banjaranyar, Kotamadya Banjar, Jawa Barat, itu geram ketika harga cengkih melorot tajam, cuma Rp1.600 per kg. Padahal, beberapa bulan sebelumnya harga Syzygium aromaticum itu melambung hingga Rp10.100 per kg. Namun, sejak Badan Pemasaran dan Penyangga Cengkih (BPPC) mengatur tataniaga si bunga harum itu, harga cengkih anjlok.
Maka pada 1990 ia mengganti cengkih dengan sengon. Total populasi cuma 800 bibit per ha. Rendahnya populasi itu lantaran kondisi lahan curam. Di lahan datar, pekebun dapat menanam hingga 1.200 bibit. Ikin memilih Paraserianthes falcataria lantaran di Kabupaten Ciamis dan Kotamadya Banjar bermunculan industri penggergajian yang membutuhkan banyak kayu.
Jutawan
Tujuh tahun berselang, Ikin membuktikan bahwa pilihannya tepat. Industri pengolahan kayu di Ciamis memborong sengon dengan harga Rp125.000 per m3 . Panen perdana, pria kelahiran 11 Januari 1954 itu menuai 2.000 m3 dari total 5.500 pohon. Rata-rata tinggi pohon 17 m dan berdiameter 30-40 cm. Di tengah badai krisis moneter itu Ikin mengantongi Rp250-juta hasil penjualan perdana kayu sengon.
Menurut pria 54 tahun itu biaya investasi sengon relatif rendah. Sebagai gambaran, Ikin memperoleh benih secara gratis. Ikin hanya bermodal lahan 11 ha yang ia beli pada 1988 senilai total Rp22-juta. Harga tanah cuma Rp200 per m2 lantaran lokasinya di punggung bukit dan berkapur.
Sedangkan biaya perawatan cuma Rp1.000 per pohon per 6 tahun. Ikin hanya membersihkan gulma berupa sisik naga yang merambati pohon. Selebihnya, pohon tumbuh sendiri tanpa perawatan berarti. Artinya laba bersih Ikin Rp245-juta. ‘Makanya tanam sengon, asal rajin pada 2 tahun pertama kita digaji oleh alam. Apalagi harga jual sengon terus meningkat,’ kata Ikin.
Ayah 4 anak itu memanfaatkan laba berkebun sengon untuk memperluas lahan hingga 30 ha. Lahan itu-11 ha di antaranya-ditanami sengon lagi pada 1998. Enam tahun kemudian, pada 2004 ia memanen kembali. Kakek 4 cucu itu menuai 400 pohon atau 200 m3 per ha. Total jenderal volume panen ke-2 mencapai 2.200 m3 dari lahan 11 ha. Dengan harga jual Rp320.000 per m3 , ia mengantongi Rp704-juta. Panen berikutnya, pada 2005 dari sengon yang tersisa pada penanaman 1990. Dengan harga Rp370.000 per m3 Ikin mendapat tambahan pendapatan Rp11.100.000 dari 50 pohon yang menghasilkan 30 m3 . Pendapatan Ikin Sodikin kian melambung lantaran ia juga menjadi pengepul sengon. Ia menerima sengon-sengon hasil perkebunan rakyat untuk memasok 4 perusahaan. Total pasokannya 1.500 m3 sawntimber atau balok panjang berukuran 130 cm x 5,2 cm x 6 cm dan 600 m3 log alias gelondongan per bulan. Ikin mengutip laba bersih Rp50.000 per m3 sawntimber dan Rp20.000 per m3 log. Itu berarti laba bersih sebagai pengepul balok panjang mencapai Rp75-juta dari sawntimber dan Rp12-juta dari log setiap bulan. Cucuran keringat berkebun sengon juga tampak dari 6 truk dan 8 mobil keluarga.
Meningkat
Nasib Mahrus Sholikhin mirip Ikin Sodikin. Pekebun di Gondosuli, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, itu menaruh harapan besar pada kayu anggota famili Fabaceae itu. Saat ini ia mengelola 3.600 pohon berumur 7 tahun. Dari jumlah itu 1.600 pohon di antaranya ditawar Rp250-juta oleh sebuah perusahaan perkayuan di Surabaya, Jawa Timur.
Mahrus menolak lantaran yakin harga kayu sengon pada Agustus 2008 bakal melonjak hingga Rp700.000; harga pada Juli 2008, Rp650.000 per m3 . Yang pasti, ia memanen sengon-sengon itu pada Agustus 2008. Jika prediksi harga meroket itu benar, Mahrus meraup omzet Rp840-juta. Dengan harga saat ini, Rp650.000, ia bakal mengantongi Rp780-juta. Sebab, 3.600 pohon menghasilkan 1.200 m3 . Pohon-pohon itu hasil penanaman di lahan 7 ha pada 2001.
Sebelumnya ayah 4 anak itu memanen sengon pada Juni 1996. Ketika itu pohon berumur 7 tahun dan berdiameter 20-40 cm. Dari 30 pohon yang ia panen, total volume kayu mencapai 5 m3 . Volume panen itu memang relatif kecil, idealnya 10 m3 . Dengan harga Rp100.000 per m3 total omzetnya Rp500.000.
Bukan hanya cerita manis yang dialami pekebun sengon seperti Mahrus. Berbagai hambatan juga dialami seperti saat panen pada April 2008. Dari 300 pohon berdiameter 20 cm ia menuai 27 m3 . Idealnya pria 61 tahun itu menuai 100 m3 . Rendahnya produksi itu lantaran perawatannya tak memadai. Mahrus seperti pekebun pada umumnya yang menganggap sengon dapat tumbuh sendiri tanpa perawatan berarti. Karena diameter batang kecil, pengepul hanya membeli Rp480.000 per m3 sehingga omzet Mahrus Rp11-juta.
Malahan pada 1994 sengon-sengonnya yang dipanen pada umur 5 tahun tak laku dijual. Sengon di lahan 2 ha ia habiskan untuk memperbaiki musola dan sekolahan yang rusak. Namun, kini ia dapat menikmati berkebun sengon. Mahrus semula menggantungkan hidup pada cengkih. Dari lahan 1,5 ha ia menuai rata-rata 6 ton cengkih per tahun. Pada 1990 angin puting beliung meluluhlantakkan ratusan pohon cengkih berumur 15 tahun.
Pekebun kelahiran 9 Februari 1954 itu menanam 2.000 bibit sengon di lahan bekas cengkih. Kebetulan saat itu-1991-pemerintah menggulirkan program sengonisasi. Laba berkebun sengon itulah yang ia manfaatkan untuk menyekolahkan ke-4 anaknya hingga meraih gelar sarjana. Jika pohon cengkih di lahannya dulu tak tumbang, boleh jadi Mahrus Sholikhin tak menjadi jutawan sengon. (Sardi Duryatmo/Peliput: Nesia Artdiyasa & Vina Fitriani )

JENIS JENIS SENGON
Menurut pengetahuan kami jenis jenis sengon ada 3 jenis ( kami kesulitan menemukan jenis jenis tanaman sengon di internet dengan keyword : jenis jenis tanaman sengon ; jenis tanaman sengon dan varietas sengon ) yaitu :
  1. Sengon buto ( Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb. )
  2. Sengon tekek
  3. Sengon laut ( Paraserianthes falcataria (L) Nielsen), syn. Albizia falcata Backer, famili Mimosaceae )
Tiga jenis ini yang kami ketahui, andaikata ada rekan yang mengetahui jenis sengon lainnya mohon di konfirmasi kepada kami.
1. Sengon buto pada umumnya untuk kayu bakar;
2. Sengon tekek bentuknya mirip dengan sengon laut hanya saja sengon tekek pada ujung cabang / ranting pohon     berwarna merah kehitaman. Sengon tekek tidak cocok untuk mebel untuk itu sengon tekek setahu kami hanya untuk     kayu bakar atau untuk bahan dasar triplek atau kertas.
3. Sengon laut berwarna putih, pada bagian ujung pohon / ranting pohon cenderung berwarna hijau dan dari bawah     pohon warnanya cenderung hijau agak putih. Sengon laut lebih kuat dibandingkan sengon buto maupun sengon     tekek. Sengon laut bisa untuk bahan bangunan, mebel dan untuk bahan triplek atau kertas
Secara umum bentuk dari ketiga jenis sengon itu mirip ( bentuk daun ) tetapi jika diamati lebih mendalam lagi akan tampak perbedaanya
1. SENGON BUTO ( Sengon Merah)
Sengon Buto
Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb.
Nama umum
Indonesia: Sengon buto
Inggris: monkey soap, ear fruit, ear pod, orejoni
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Enterolobium
Spesies: Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb
Ciri- Ciri :
Pertumbuhan sengon boto paling cepat dibandingkan sengon tekek maupun sengon laut. Pada bagian kulit batang teksturnya lebih kasar ( lebih bersisik ) dibandingkan dengan kedua sengon lainnya. Kulit berwarna coklat kemerah merahan. Pada umumnya penampilan secara fisik sengon buto besar besar. Karena besar itulah maka di namakan sengon " buto" ( bahasa jawa ) yang artinya besar.
Jenis kayunya mudah patah dibandingkan dengan sengon tekek maupun sengon laut. Serat kayu lebih kasar dari sengon lainnya.
Sebaran alami dari daerah tropis Amerika, terutama di bagian utara, tengah dan selatan Mexico. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 m dpl dengan curah hujan 600 – 4800 mm/tahun. Tumbuh pada tanah berlapisan dalam, drainase baik. Toleran terhadap tanah berpasir dan asin tapi bukan pada tanah berlapisan dangkal. Tahan terhadap suhu dingin dan terpaan angin.
Buah sengon buto termasuk buah polong, dengan kulit keras. Bentuk polong mel ingkar dengan garis tengah 7 dan 5 cm sehingga pangkal buah dan ujungnya menempel. Benih masak ditandai dengan warna buah coklat tua dan berisi ± 13 benih. Benih sengon buto berukuran panjang 1,1 – 2 cm dan garis tengah 0,8 – 1,3 cm dan agak gemuk, berwarna coklat tua dengan garis coklat muda ditengahnya. Dalam 1 kg terdapat 900 – 1000 benih.
Gambar sengon buto
2. SENGON TEKEKCiri Ciri :
Secara fisik sengon tekek memiliki kedekatan dengan sengon laut, hanya saja yang membedakan adalah warna batang pada bagian ujung-ujungnya ( ranting ) berwarna coklat kemerahan-merahan. Bentuk dan ukuran batang serta pertumbuhannya sama dengan sengon laut. Kayunya lebih keras dari sengon buto dan mudah patah jika dibandingkan dengan sengon laut.
Sengon tekek " batang cenderung merah "
3. SENGON LAUT
Nama botanis: (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen), syn. Albizia falcata Backer, famili Mimosaceae. Nama daerah :Albizia, bae, bai, jeungjing, jeungjing laut, jing laut, rare, salawaku, salawaku merah, salawaku putih, salawoku, sekat,
sengon laut, sengon sabrang, sika, sika bot, sikas, tawa sela, wai, wahagom, wiekkie.Nama lain : Batai (Malaysia Barat, Sabah, Philipina, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Spanyol, Italia, Belanda, Jerman); kayu machis (Sarawak);
puah (Brunei)
Ciri-Ciri :
Ciri umum : Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda pucat (seperti daging) warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak mengkilap. Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering. Sifat kayu : Kayu sengon termasuk kelas awet IV/V dan
kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau memilin. (Martawijaya dan Kartasujana, 1977).Penyebaran : Seluruh Jawa, Maluku, Irian Jaya.
Sengon laut " Warna batang cenderung putih "
Umumnya petani pemula tidak dapat membedakan bibit sengon laut - maupun sengon tekek. Kami menyarankan sebaiknya benar-benar di pastikan bahwa yang kita tanam adalah sengon laut, jika yang kita harapkan untuk mebel maupun untuk bahan bangunan. Karena untuk sengon tekak tidak akan diterima di pabrik. Kecuali kalau itu untuk kayu bakar.

BUDIDAYA TANAMAN SENGON
Habitat Sengon
Tanah
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
Iklim
Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.
Curah Hujan
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.
Kelembaban
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon
Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
Kayu
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.
Pembibitan Sengon
a) Benih

Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
  1. Kulit bersih berwarna coklat tua
  2. Ukuran benih maksimum
  3. Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
  4. Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
Perlakuan benih
Dormansi dan perlakuan pendahuluan Kulit luar benih sedikit keras. Bila tanpa perlakuan pendahuluan perkecambahan tidak akan serempak. Benih akan berkecambah setelah 5 – 10 hari, bahkan bisa sampai 4 minggu setelah penaburan
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.

b) Kebutuhan Benih
Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
  • Jarak tanam 3 x 2 meter
  • Satu lubang satu benih sengon
  • Rata rata satu kilogram benih berisi 40.000 butir
  • Daya tumbuh 60 %
  • Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
c) Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
d) Pemilihan Lokasi Persemaian

Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
  1. Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
  2. Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
  3. Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
  4. Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.
Langkah-Langkah Penyemaian Benih Sengon
Terlepas dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung maka langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap – tahap kegiatan sebagai berikut:
a) Penaburan
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :
  1. Benih
  2. Bedeng tabur/bedeng kecambah
  3. Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1
  4. Peralatan penyiraman
  5. Tersedianya air yang cukup
  6. dan sebagainya.
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.
Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.
b )Penyapihan Bibit
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :
  • Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada bagian sisi-sisinya.
  • Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
  • Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.
  • Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.
c) Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :
Penyiraman
Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan "gir: sebagai berikut : Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan.
Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
Penyiangan
Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.
Pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman sengon
Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.
Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;
  1. Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman.
  2. Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).
Penanaman
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :
Pembuatan dan pemasangan ajir tanam
Ajir dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan
Pembuatan lobang tanam, lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.
Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.
Penanaman bibit, pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati – hati agar bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan
  1. Penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.
  2. Penyiangan. Pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya.Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.
  3. Pendangiran. Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
  4. Pemangkasan. Melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).
  5. Penjarangan. Penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur. Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu walang" (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.
Hama dan Penyakit tanaman Sengon
Anakan di persemaian sering terkena lodoh yang disebabkan oleh Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Pythium dan Phitophthora. Untuk mengatasinya, tanah disterilkan dan diberi fungisida sebelum benih ditabur.
Mudahnya Jual Kayu Sengon
Haji Sofyan kelimpungan menjual 1.500 sengon berumur 6 tahun di lahan 3 ha. Pekebun di Desa Caringinnunggal, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu membiarkan pohon-pohon sengon tumbuh tak terurus. Padahal, banyak perusahaan siap menampung. Sofyan tinggal menekan nomor telepon, para penampung menjemput hasil panen.
Amir Rosdiana salah satu penampung yang siap dihubungi kapan pun. Pemilik CV Hasil Bumi di Desa Sagalaherang, Kecamatan Panawangan, Ciamis, itu mengatakan, ‘Satu batang sengon pun yang akan dijual saya pasti datang.’ Di mana pun lokasinya pria 30 tahun itu bakal menjemput dengan truknya. Penampung-penampung kayu sengon lainnya adalah PT Sumber Graha Sejati, PT Dharma Setya Nusantara, Bineatama Kayone Lestari, dan Kutai Timber Indonesia.
Yang penting kayu memenuhi spesifikasi. Spesifikasi antarpenampung, kriterianya hampir sama, cuma patokannya yang berbeda. Kriteria itu antara lain panjang, diameter, pecah ujung, bengkok, keberadaan lubang atau busuk, cacat hati, letak hati, dan kayu pecah. Selain itu ada juga mata kayu mati dan mata kayu hidup. Mata kayu mati berarti mata kayu ketika pohon ditebang sudah mati sehingga membusuk atau kering. (Vina Fitriani/Peliput: Faiz Yajri dan Nesia Artdiyasa ). Trubus OnLine

Fenomena Kerusakan Hutan Indonesia

Fenomena  yang terjadi kebakaran hutan di Indonesia, tidak hanya membahayakan untuk mahluk sekitarnya, tapi juga mendatangkan kerugian yang tidak sedikit. "Pada kejadian kebakaran berskala besar di tahun 1997-98, diestimasikan sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global."....Penyebab utama dari kebakaran hutan dan lahan adalah ulah manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman industri/HTI, perkebunan, pertanian, dan lain-lain.

Kebakaran Hutan dan Lahan
 
Kebakaran hutan dan lahan seakan sudah menjadi "tradisi" tahunan di Indonesia terutama setiap kali musim kemarau datang. Pada kejadian kebakaran berskala besar di tahun 1997-98, diestimasikan sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.

Dampak penting dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran. Tercatat sekitar 70 juta orang di enam Negara di lingkup ASEAN terganggu kesehatannya karena menghirup asap yang diekspor dari kebakaran di Indonesia pada tahun 1997-98.

Penyebab utama dari kebakaran hutan dan lahan adalah ulah manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman industri/HTI, perkebunan, pertanian, dll (lihat Gambar 1). Selain itu, kebakaran diperparah akibat meningkatnya pemanasan global itu - kemarau ekstrim, yang seringkali dikaitkan dengan pengaruh iklim El Niño, memberikan kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Setiap tahunnya dalam musim kemarau, hampir berturut-turut, kejadian kebakaran hutan dan lahan berulang dengan berbagai tingkatan. Pada tahun 2002 dan 2005, kebakaran hutan dan lahan terjadi kembali dengan skala yang cukup besar terutama diakibatkan oleh konversi hutan di lahan gambut.

Dari data yang terkumpul terhitung sejak 1997-98, rata-rata 80% kebakaran hutan dan lahan terjadi di lahan gambut. Data yang dianalisis WWF-Indonesia menunjukkan bahwa di Provinsi Kalimantan Tengah mayoritas kejadian kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2002-2003 terjadi di lahan gambut sedangkan di Provinsi Riau dalam periode tahun 2001-2006, sekitar 67% hotspots (titik panas) terjadi di lahan gambut. Data terakhir berdasarkan pantauan koalisi LSM di Riau, Eyes on the Forest, antara 1-31 Juli 2006, terdapat 56% titik panas yang ditemukan di Provinsi Riau, terdapat pada lahan gambut. Pada periode yang sama, hampir 30% dari titik panas yang terdeteksi di Kalimantan Barat juga terdapat pada tanah gambut.

Hutan pada lahan gambut mempunyai peranan penting dalam penyimpanan karbon (30% kapasitas penyimpanan karbon global dalam tanah) dan moderasi iklim sekaligus memberikan manfaat keanekaragaman hayati, pengatur tata air, dan pendukung kehidupan masyarakat. Indonesia memiliki 20 juta ha lahan gambut yang terutama terletak di Sumatera (Riau memiliki 4 juta ha) dan Kalimantan. Pondasi utama dari lahan gambut yang baik adalah air. Bila terjadi pembukaan hutan gambut maka hal ini akan mempengaruhi unit hidrologinya. Dengan sifat gambut yang seperti spons (menyerapair), maka pada saat pohon ditebang dan lahannya dibuka, akan terjadi subsidensi sehingga tanah gambut yang sifatnya hidropobik tidak akan dapat lagi menyerap air dan kemudian mengering. Dalam proses ini, terjadilah pelepasan karbon dan sekaligus mengakibatkan lahan gambut rentan terhadap kebakaran yang pada gilirannya dapat menyumbangkan pelepasan emisi karbon lebih lanjut.

Menurut Data Kementerian Lingkungan Hidup, diperkirakan lahan gambut di Riau saja menyimpan kandungan karbon sebesar 14.605 juta ton. Bila pembukaan lahan gambut dibiarkan apalagi diikuti dengan pembakaran hutan dan lahan, maka dapat dibayangkan berapa banyak karbon yang terlepas ke atmosfer dan pemanasan global ataupun perubahan iklim menjadi lebih cepat terjadi sekaligus dampak ikutan seperti asap dan lainnya akan terus dirasakan oleh masyarakat setiap tahunnya.

Untuk itu, WWF-Indonesia menghimbau pihak pemerintah, swasta dan masyarakat luas untuk bersama-sama berbuat mencegah kejadian kebakaran hutan dan lahan terutama:

* Pembukaan lahan gambut harus dihentikan dan semua lahan gambut harus dilindungi dan dikelola secara seksama dengan memperhatikan tata hidrologi secara makro dan potensi lepasnya emisi karbon ke atmosfer.

* Sektor swasta harus menerapkan praktek pengelolaan lestari dan bertanggung jawab, termasuk meniadakan pembakaran lahan dan melindungi daerah-daerah yang memiliki keanekaragaman hayati disekitar konsesi mereka.

* Harus ada mekanisme terpadu untuk mengkoordinasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, mensinergikan dan menerapkan peraturan terutama terkait perlindungan lingkungan.
* Masyarakat setempat harus diberdayakan oleh pemerintah dan sektor swasta dalam pengelolaan lahan yang lestari, terutama membantu petani/pekebun skala kecil dalam proses transfer ilmu dan teknologi untuk menerapkan pembukaan lahan tanpa bakar.

Catatan :
"Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003]. "

"....Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor" Hutan Indonesia Menjelang Kepunahan Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian dianataranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut.

Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].

Pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawa diperkirakan masih sekitar 9 juta hektar. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutan alam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektar atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa. Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejak tahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiap tahunnya.

Dampak Kerusakan Hutan

Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan [Bakornas penanggulangan Bencana, 2003].

Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia, dan sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan.

Apa hanya itu?

Hutan Indonesia juga merupakan paru-paru dunia, yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat.

Mengapa Hutan Kita Rusak?

Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan.
Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Dan hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

Bagaimana itu terjadi?

Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak akhir tahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan penebangan kayu secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya ijin-ijin pengusahaan hutan tanaman industri di tahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain itu, areal hutan juga dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan juga menjadi kawasan pengembangan perkotaan.

Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah membagi-bagikan kawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak pengusahaan skala kecil. Di saat yang sama juga terjadi peningkatan aktivitas penebangan hutan tanpa ijin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat yang dibiayai pemodal (cukong) yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Indonesia melalui keputusan bersama Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan sejak tahun 2001 telah mengeluarkan larangan ekspor kayu bulat (log) dan bahan

baku serpih. Dan di tahun 2003, Departemen Kehutanan telah menurunkan jatah tebang tahunan (jumlah yang boleh ditebang oleh pengusaha hutan) menjadi 6,8 juta meter kubik setahun dan akan diturunkan lagi di tahun 2004 menjadi 5,7 juta meter kubik setahun. Pemerintah juga telah membentuk Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) yang bertugas untuk melakukan penyesuaian produksi industri kehutanan dengan ketersediaan bahan baku dari hutan. Selain itu, Pemerintah juga telah berkomitmen untuk melakukan pemberantasan illegal logging dan juga melakukan rehabilitasi hutan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL)
yang diharapkan di tahun 2008 akan dihutankan kembali areal seluas tiga juta hektar.

Hasil Yang Diperoleh apakah maksimal ?
Sayangnya Pemerintah masih menjalankan itu semua sebagai sebuah ucapan belaka tanpa adanya sebuah realisasi di lapangan. Hingga tahun 2002 masih dilakukan ekspor kayu bulat yang menunjukkan adanya pelanggaran dari kebijakan pemerintah sendiri. Dan pemerintah masih akan memberikan ijin pengusahaan hutan alam dan hutan tanaman seluas 900-an ribu hektar kepada pengusaha melalui pelelangan. Pemerintah juga belum memiliki perencanaan menyeluruh untuk memperbaiki kerusakan hutan melalui rehabilitasi, namun kegiatan tersebut dipaksakan untuk dilaksanakan, yang tentunya
akan mengakibatkan terjadinya salah sasaran dan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan.

Hal yang terpenting dan belum dilakukan pemerintah saat ini adalah menutup industri perkayuan Indonesia yang memiliki banyak utang. Pemerintah juga belum menyesuaikan produksi industri dengan
kemampuan penyediaan bahan baku kayu bagi industri oleh hutan. Hal ini dapat mengakibatkan kegiatan penebangan hutan tanpa ijin akan terus berlangsung.

Dan dengan hanya menurunkan jatah tebang tahunan, maka kita masih belum bisa membedakan mana kayu yang sah dan yang tidak sah. Bila saja pemerintah untuk sementara waktu menghentikan pemberian
jatah tebang, maka dapat dipastikan bahwa semua kayu yang keluar dari hutan adalah kayu yang tidak sah atau illegal, sehingga penegakan hukum bisa dilakukan.

Apa yang seharusnya dilakukan?


Untuk menghentikan kerusakan hutan di Indonesia, maka pemerintah harus mulai serius untuk tidak lagi mengeluarkan ijin-ijin baru pengusahaan hutan, pemanfaatan kayu maupun perkebunan, serta melakukan penegakan hukum terhadap pelaku ekspor kayu bulat dan bahan baku serpih. Pemerintah juga harus melakukan uji menyeluruh terhadap kinerja industri kehutanan dan melakukan penegakan hukum bagi industri yang bermasalah. Setelah tahapan ini, perlu dilakukan penataan kembali kawasan hutan yang rusak dan juga menangani dampak sosial akibat penghentian penebangan hutan, misalkan dengan mempekerjakan pekerja industri kehutanan dalam proyek penanaman pohon.

Kemudian, bila telah tertata kembali sistem pengelolaan hutan, maka pemberian ijin penebangan kayu hanya pada hutan tanaman atau hutan yang dikelola berbasiskan masyarakat lokal. Selama penghentian sementara [moratorium] dijalankan, industri-industri kayu tetap dapat jalan dengan cara mengimpor bahan baku kayu. Untuk memudahkan pengawasan tersebut, maka jenis kayu yang diimpor haruslah berbeda dengan jenis kayu yang ada di Indonesia. Dan yang terpenting adalah mengembalikan kedaulatan rakyat dalam pengelolaan hutan, karena rakyat Indonesia sejak lama telah mampu mengelola hutan Indonesia.

Dapatkah individu membantu?
Ya, dengan melakukan lobby, menulis surat ataupun melakukan tekanan kepada pemerintah agar serius menjaga hutan Indonesia yang tersisa. Selain itu, lakukan pengawasan terhadap peredaran kayu di wilayah terdekat, dan berikan laporan kepada Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) terdekat ataupun lembaga non pemerintah lainnya dan kepada instansi penegak hukum, serta media massa, bila menemukan terjadinya peredaran kayu tanpa ijin maupun kegiatan pengrusakan hutan. Dan mulailah menanam pohon untuk kebutuhan kayu keluarga di masa datang, memanfaatkan kayu dengan bijak dan tidak lagi membeli kayu-kayu hasil penebangan yang merusak hutan.

Kebakaran Hutan Terbesar di Dunia

BELUM pernah ada polusi asap di sepanjang sejarah dunia sebesar yang dihasilkan kebakaran hutan di Indonesia tahun 1997/1998. Kebakaran hutan tahun 1997/ 1998 memang paling besar jika dibandingkan dengan peristiwa kebakaran yang pernah terjadi sebelumnya.

Tahun 1997, kebakaran hanya 263.992 hektar hutan di 25 provinsi, terdiri dari hutan tanaman industri (HTI), hutan sekunder, dan padang alang-alang. Tahun 1998 ini kebakaran hutan seluas 520.000 hektar melanda Kaltim, Aceh, Sumut, Sumsel, Riau, Sulut, Kalteng, dan Maluku. Kebakaran di Kaltim terbesar pada areal HPH (315.132 hektar) dan HTI seluas 95.593 hektar.

Dari beberapa faktor dominan yang mempengaruhi kebakaran, seperti sumber api, kegiatan pembukaan lahan, faktor sosial, budaya dan ekonomi, curah hujan, dan keterjangkauan wilayah daerah rawan kebakaran menjadi I hingga IV. Kebakaran terbesar tahun 1998 yang terjadi di Kalimantan Timur menimbulkan kerugian sekitar Rp 10 trilyun.

Data dari Ringkasan Eksekutif Kantor Menteri Lingkungan Hidup menggambarkan, dilihat dari jenis hutan dan lahan yang terbakar tahun 1998, memperkuat asumsi bahwa penyebab utama kebakaran adalah pembukaan lahan secara besar-besaran. Dari 507.239,5 hektar hutan dan lahan yang terbakar tahun 1998, sebagian besar yaitu 315.132 hektar adalah lahan HPH. Lahan/ladang masyarakat yang terbakar hanya 1.857 hektar dan kebun masyarakat 10.758 hektar. Sisanya adalah lahan hutan, terutama hutan Taman Nasional Kutai.

Kebakaran tahun 1998 di Kaltim tidak hanya akibat kemarau panjang (El Nino), tetapi juga karena sikap dan kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi cuaca masih rendah. Akibat El Nino yang masih kuat, sebagian Kaltim, terutama kawasan Kabupaten Kutai, belum mendapatkan hujan sejak Desember tahun 1997. Mengetahui bahwa hujan telah jatuh di provinsi lain, masyarakat Kaltim mulai membakar lahan untuk berbagai aktivitas, tanpa menyadari bahwa El Nino di daerah mereka belum berakhir.

Berdasarkan data kebakaran hutan dari tahun 1984 sampai dengan 1997, serta analisis kebakaran hutan dan lahan tahun 1998, terlihat bahwa Pulau Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya tidak mengalami kebakaran sesering Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.

Kemungkinan besar tingkat konversi lahan di Indonesia bagian timur tidak setinggi di Indonesia bagian barat. Perubahan ekologi di Indonesia bagian timur belum seserius seperti di Indonesia bagian barat. Kecuali data statistik daerah Riau menunjukkan, provinsi itu tidak mengalami kebakaran, hanya tahun 1984, 1993, dan 1995.

PENGAMAT pembangunan kehutanan Ir Titus Sarijanto melihat, selama taraf hidup petani masih seperti sekarang ini, sementara lahan yang tersedia cukup luas, maka pembakaran dalam penyiapan lahan yang menghasilkan asap masih tetap akan terjadi. Karena itu, petani harus didorong agar mampu atau sejahtera sehingga mereka mampu melaksanakan pertanian sepanjang tahun dengan cara intensif.

Bila petani lahan kering ini mampu melaksanakan pertanian sepanjang tahun dengan cara intensif, di mana lahan tidak sempat ditumbuhi semak belukar, maka tidak perlu lagi membakar semak-semak dalam mempersiapkan penanaman.

Pertanian intensif berarti pengolahan lahannya juga intensif dengan pemupukan. Hal itu berarti petani harus mampu membeli pupuk dan mampu mengolah lahan dengan baik. Bila lahannya lebih dari dua hektar, berarti harus mampu memakai mesin. Oleh karena itu, petani harus didorong agar mampu atau sejahtera supaya bisa melaksanakan pengolahan lahan secara intensif.

Titus Sarijanto yang juga alumnus Fakultas Hutan Institut Pertanian Bogor itu menjelaskan, jika petani telah memiliki kebun atau hutan tanaman cukup luas, sehari-hari mereka akan sibuk mengurus kebun atau hutan tanamannya.

Di Malaysia Timur, Sarawak dan Sabah, ungkap Titus, ada juga asap, tetapi petani tradisional di sana tidak banyak. Mereka sudah banyak yang dapat mempraktikkan pertanian modern tanpa bakar, karena sebagian besar mereka telah mampu membiayai penyiapan tanaman dengan mesin atau mekanis. Kalaupun ada pembakaran, sebagian besar sudah mampu melaksanakan pembakaran terkendali sehingga tidak merembet ke luar lahannya.

Untuk membuat petani di luar Jawa menjadi petani modern, pemerintah sebenarnya dapat memanfaatkan peran swasta. "Swasta dapat menjalin kerja sama dengan petani, misalnya dalam pembuatan/pembangunan hutan tanaman industri atau hutan rakyat," kata Titus. Sebab, swasta berkepentingan memperoleh bahan baku bagi industrinya, sedangkan petani berkepentingan memperoleh penghasilan dari produksi kayu secara terus-menerus.

"Pemerintah sebenarnya cukup menyediakan lahan atau kawasan hutan yang rusak, sementara modalnya dapat dibantu oleh swasta atau pemerintah dengan dana reboisasi," ujarnya seraya menunjuk contoh-contoh perusahaan yang telah melaksanakan program itu di Kalimantan.

Begitu juga di bidang perkebunan, kredit dapat disediakan untuk petani dengan jaminan dari swasta yang menjadi "bapak angkatnya". Yang harus dilakukan pemerintah adalah menciptakan sistem yang bersifat saling menguntungkan, terutama menyangkut perhitungan persentase harga komoditas bahan baku terhadap harga komoditas setelah diolah.

Titus menambahkan, swasta juga harus mampu memanfaatkan kayu-kayu kecil hasil pembersihan lahan, agar menghindari kecenderungan pembakaran. Perusahaan-perusahaan yang dapat memanfaatkan kayu-kayu kecil ini adalah perusahaan industri pulp atau chip (potongan kayu).

Tentunya masing-masing organisasi diatas memiliki KEPENTINGAN tersendiri (ekonomi, politik,..),
terlepas dari berbagai kepentingan tersebut , saya mencoba membahas tentang masalah ini dari segi TEKNIK!!

Menurut saya, yang lebih penting sekarang adalah, bagaimana caranya memadamkan kebakaran yang terjadi, sehingga tidak sampai berlarut-larut dan memakan kerugian jiwa maupun materi yang besar!!

Apa itu kebakaran hutan dan lahan?

Kebakaran hutan dan lahan adalah sebuah kejadian terbakarnya kawasan hutan/lahan baik dalam luasan yang besar maupun kecil. Kebakaran hutan dan lahan seringkali tidak terkendali dan bila ini terjadi maka api akan melahap apa saja dihadapannya mengikuti arah angin. Kebalikannya, penyebaran api kebakaran di lahan gambut justru tidak mengikuti arah angin. Titik api justru berada dikedalaman lebih dari 2 meter. Pada kawasan gambut rembetan api akan meluas kesegala arah dan sulit untuk diperkirakan penyebarannya.

Mengapa terjadi kebakaran hutan/lahan ?

Kebakaran terjadi karena dua hal: karena ulah manusia baik disengaja maupun tidak disengaja dan karena terbakar dengan sendirinya. Kebakaran dengan sendirinya juga tidak disembarang tempat. Kebakaran dengan sendirinya hanya terjadi pada daerah yang tanahnya mengandung batubara. Pada daerah lain mustahil terjadi kebakaran dengan sendirinya. Hal ini disebabkan jenis hutan alam di Indonesia yang masuk dalam kategori Hutan Tropis (tropical Forest) atau Hutan Hujan Basah (Rain Forest) sehingga lantai hutan selalu dalam keadaan basah/lembab.

Untuk unsur kesengajaan, manusia sengaja melakukannya untuk membuka dan membersihkan lahan. Pembakaran hutan dalam waktu singkat juga diyakini dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pada beberapa kelompok masyarakat yang masih memiliki kearifan tradisional, pembakaran hutan dilakukan sebulan sebelum musim penghujan. Hal ini diperlukan karena hutan/lahan yang terbakar dalam waktu yang lama malah justru menghilangkan kesuburan tanah.

Untuk unsur ketidak sengajaan biasanya terjadi pada musim kemarau panjang. Dalam musim kemarau, sebatang rokok yang dibuang kesemak yang kering akan mampu menimbulkan api apabila angin bertiup perlahan. Bekas api unggun yang tidak mati dengan sempurna juga mampu memicu terjadinya kebakaran hutan/lahan.

Yang dihasilkan dari kebakaran hutan dan lahan !

Untuk setiap hektar kebakaran hutan/lahan maka akan dihasilkan:

- 18,9 hingga 702 Karbon dioksida
- 1,5 sampai 11,5 Karbon monoksida
- 0,000009 sampai 0,000035 ton Bahan-bahan partikulat
- 0,4 sampai 2,6 juta ton ozon
- 0,0000009 ton amonia
- 0,33 juta ton oksida nitrogen

Benda-benda tersebut diatas sangat berbahaya apabila dihirup oleh manusia. Penyakit yang bisa ditimbulkan diantaranya Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Bronchitis dan Diare.

Dampak kebakaran hutan/lahan

Dampak terhadap sosial budaya dan ekonomi:
a. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat dan terganggunya aktivitas sehari-hari.
b. Peningkatan jumlah hama.
c. Terganggunya kesehatan: Brochitis, ISPA, diare dll.

Dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan

a. Hilangnya sejumlah spesies flora dan fauna
b. Terjadinya banjir di daerah yang hutan gambutnya terbakar
c. Polusi udara dan air
d. Pada jangka panjang dapat menurunkan kesuburan tanah

Secara fisik

a. Tanah menjadi rusak dan terbuka sehingga ketika terjadi hujan maka lapisan tanah teratas akan terbawa ke sungai dan mengendap disana (sedimentasi). Lama kelamaan sungai menjadi dangkal sehingga ketika musim hujan yang panjang akan menyebabkan banir

b. Mempercepat proses penggerusan lapisan hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh subur

Secara Kimia
Terjadinya peningkatan keasaman tanah

Secara Biologi
Membunuh organisme tanah yang bermanfaat bagi upaya peningkatan kesuburan tanah
Kerugian dari kebakaran hutan/lahan

a. Hilangnya tegakan kayu hutan di hutan
b. Hilangnya hasil hutan non kayu sperti karet, damar, rotan dll
c. Hilangnya tumbuhan maupun bibit yang bermanfaat bagi manusia, misalnya tanaman obat dll.
d. Hilangnya tempat berekreasi
e. Hilangnya fungsi penyediaan air bagi pertanian
f. Hilangnya flora dan fauna yang memperkaya pengetahuan manusia
g. Mempercepat terjadinya perubahan iklim (climate change). Pada ketinggian 10 km diatas bumi terdapat lapisan ozon yang tugasnya melindungi bumi dari beberapa unsur cahaya matahari yang merusak. Ketiadaan lapisan ozon akan membuat matahari menyinari bumi secara langsung dan mengakibatkan kanker kulit pada manusia. Karbon yang terlepas ke udara dari hasil kebakaran hutan/lahan akan menyebabkan lapisan ozon rusak sehingga bahan berbahaya dari matahari akan sampai ke bumi tanpa halangan. Disamping itu, karbon tersebut juga akan terperangkap di atas awan pada ketinggian 5 – 7 km. Akibatnya, panas dari sinar matahari tidak dapat keluar dari bumi sehingga suhu udara akan semakin bertambah. Suhu udara di bumi rata-rata bertambah 2 derajad celcius setiap 10 tahun sejak 1980. hal ini terjadi salah satunya akibat hilangnya hutan dan kebakaran hutan.

Mencegah kebakaran hutan dan lahan

1. Jangan melakukan pembakaran untuk melakukan pembukaan lahan
2. Mintalah petunjuk kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan maupun Dinas Pertanian setempat tentang tatacara pembukaan lahan tanpa bakar. Bila dinas setempat tidak memilikinya, lakukan cara berikut ini:
a) Tebanglah pohon dan semak belukar pada lahan yang ingin anda gunakan untuk berkebun,
b) Potong-potong/cacah pohon/ranting/semak tersebut dan sebarkan kesekeliling lahan anda
c) Jangan gunakan bahan kimia untuk mematikan pohon/.semak. Dalam jangka panjang, penggunaan bahan kimia terus menerus akan membuat tanah kehilangan kemampuan untuk beregenerasi (mengembalikan kesuburan), akibatnya kebutuhan anda untuk pupuk dimasa mendatang akan semakin bertambah.
d) Biarkan sisa semak dan pepohonan yang telah anda cacah tersebut mengering selama lebih kurang sebulan. Bila memungkinkan siramlah air kesegala penjuru lahan anda untuk membantu mempercepat proses pembusukan.
e) Tanamlah bibit anda disela-sela batang pohon/potongan ranting/ semak tersebut. Hal tersebut sangat berguna sebagai pupuk bagi tanaman anda.

3. Bangunlah sumur di lahan anda sehingga anda tidak akan kesulitan mencari air seandainya terjadi kebakaran yang tidak terkendali di lahan ataupun diluar lahan anda. Jangan lupa agar kampung anda menyediakan setidaknya dua buah mesin robin untuk menyedot dan menyemprotkan air ditambah selang sepanjang minimal 50 meter, dua buah.

4. Bila memungkinkan, galilah parit disekeliling lahan anda, minimal disekeliling rumah anda dengan dalam/lebar minimal 30/30 centimeter. Periksalah menjelang musim kemarau agar tidak terjadi pendangkalan. Parit ini sangat berguna untuk mencegah api memasuki lahan/daerah rumah anda.

5. Ajak tetangga dan warga kampung anda untuk membuat sistem peringatan sederhana apabila terjadi kebakaran. Kentongan merupakan sarana yang paling murah untuk sebuah sistem peringatan. Pukulah kentongan sebanyak mungkin apabila terjadi kebakaran hutan/lahan untuk memperingatkan tetangga-tetangga anda.
Yang sebaiknya dilakukan jika terjadi kebakaran hutan dan lahan

1. Pukulah kentongan untuk memberitahu tetangga dan atau warga kampung anda dan pemerintah daerah setempat.

2. Buatlah team kecil 4 – 5 orang dan masing-masing menggunakan mesin robin dan selang yang tersedia untuk melakukan pemadaman. Bawalah parang dan cangkul.

3. Bila dirasa air tidak akan mampu untuk menghentikan kebakaran, lakukan cara ini:
a) Tebang pohon yang ada didaerah tersebut sebanyak-banyaknya, tumpuklah di mana api akan datang. Ingat, api datang berdasarkan arah angin. Basahi telunjuk anda dan acungkan keatas untuk merasakan dari mana arah angin datang.
b) Mulailah menggali dengan jarak lebih kurang 10 meter dari tumpukan pohon. Gali dengan kedalaman dan luas 30/30 centimeter lalu dengan mesin robin anda tuangkan air sebanyak2nya kedalam saluran tersebut.
c) Pada lahan gambut, anda hanya cukup membelah tanah gambut dengan parang yang tajam sedalam mungkin pada dua sisi yang berbeda dengan jarak antar sisi 30 centimeter. Bila persediaan air dalam gambut masih cukup banyak maka tanah hasil tebasan parang anda akan tenggelam dengan sendirinya dan membentuk parit.
d) Bersiap-siaplah untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan diri dan keluarga anda.
Yang dilakukan bila kebakaran hutan dan lahan mengurung anda

1. Jangan panik!

2. Basahi telunjuk anda dan ancungkan untuk mengetahui arah angin!

3. Kumpulkan keluarga anda, mintakan mereka untuk menggunakan sepatu yang bukan terbuat dari karet dan celana panjang dari bahan yang cukup tebal!

4. Ambil selimut/seprai tebal atau kain sarung berlapis-lapis dan tutuplah sekujur tubuh anda kecuali mata!

5. Siramlah air sebanyak-banyaknya sehingga selimut/seprai/sarung dan tubuh anda menjadi basah kuyup!

6. Teroboslah api sambil berlari mengikuti arah angin sampai ketempat yang benar-benar aman. Jangan lari melawan arah angin!


Famous Bitterroot Valley Wildfire Photo
John McColgan, BLM
Berikut adalah beberapa foto kebakaran hutan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Hutan ! Siapa lagi kalau bukan kita yang pelihara. Lihat betapa mengerikan..

Memang mengerikan Kang Evoel, apalagi kalau kita lihat berita kebakaran di Australia baru-baru ini yang memakan korban nyawa sampai mencapai 200 orang. Mudah-mudahan itu peringatan untuk selalu waspada dan mengingatkan kita agar selalu menjaga kelestarian hutan-hutan kita

Photograph of forest fire in Indonesia
Above: Uncontrolled forest fires sprang up all over Indonesia in late 1997 and early 1998, especially on the islands of Sumatra and Borneo. This smoky fire occured in Borneo's East Kalimantan province. Credit: Global Fire Monitoring Center.

Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, kebakaran rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi dapat juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya pertanian. Penyebab umum:termasuk petir sekecerobohan mansusia dan pembakaran lahan

Berbagai organisasi lingkungan sedunia meminta Pemerintah Indonesia menyelamatkan hutan rawa gambut di Sumatera. Pembalakan liar dan alih fungi lahan menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) menjadi ancamannya.

Penegasan itu disampaikan bersama oleh NGO Internasional, CAPPA, Robin Wood dan Friends of Earth, Jikalahari dari Indonesia dalam siaran pers yang diterima detikcom, Kamis (20/04/2006). Mereka menyatakan, salah satu hutan gambut tropis terbesar di dunia berada di Sumatera.

Hutan bergambut itu diperkirakan akan segera hilang akibat penebangan liar dan alih fungsi menjadi tanaman industri oleh perusahaan kertas APRIL dan APP. Aktivis Jikalahari, Zulfahmi menjelaskan, semenanjung Kampar Provinsi Riau masih memiliki lebih dari 400,000 hektar hutan rawa gambut.

Itu adalah salah satu hutan dataran rendah terbesar di Sumatera. Kawasan ini merupakan habitat bagi Harimau Sumatera dan beberapa species yang terancam punah. Karbon yang dikeluarkan akibat Kerusakan pada kawasan hutan rawa berpengaruh terhadap perubahan iklim global.

“Hutan di Riau terus dirusak untuk memenuhi permintaan bubur kayu dan perusahaan kertas APP dan APRIL,” kata Zulfahmi. Kedua perusahaan kertas mengalihfungsikan lebih dari satu juta hektar hutan untuk pemenuhan bahan baku.

Dalam dua tahun terakhir APRIL telah menghabiskan 50,000 hektar hutan rawa gambut di Kabupaten Pelalawan dan pembangunan jalan untuk mengakses semenanjung Kampar. Studi dilakukan ProForest, selaku konsultan APRIL, menyatakan perusahaan itu merusak keseimbangan “water level” dari rawa gambut semenanjung Kampar.

Jalan yang membelah hutan bergambut itu, bisa merusak keseluruhan ekosistem rawa. Padahal sejak pertengahan tahun lalu, berbagai organisasi lingkungan sudah meminta pemerintah agar kawasan tersebut dijadikan Taman Nasional.

“Hal itu penting untuk menghentikan beberapa aktifitas penebang liar yang dilakukan masyarakat atau industri,” kata Rully Syumanda, forests campaigner dari Friends of the Earth Indonesia.

Organisasi lingkungan ini menuntut pemerintah menghentikan segala aktivitas penebangan kayu untuk kepentingan dua pabrik kertas di Riau. “Sepanjang APRIL dan APP mengkonversi hutan alam, rekanan bisnis, pemerintah dan NGO perlu membekukan hubungan mereka dengan perusahaan ini,” kata Jans Witing dari RobinWood.



Perluasan industri harus dihentikan

Kerusakan Hutan

Pekanbaru, Kompas - Pemerintah Provinsi Riau harus menghentikan perluasan industri yang berbasis konversi hutan. Hilangnya hutan alam seluas 3,7 juta hektar antara 1982-2005 menyebabkan alam berada pada titik jenuh dan tidak sanggup lagi mendukung sektor industri itu. Salah satu dampak yang paling nyata dirasakan masyarakat adalah banjir yang setiap tahun semakin parah.
 
Demikian pernyataan bersama Walhi Riau, Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), dan Yayasan Elang, Kamis (11/1), di Pekanbaru.

Raflis dari Jikalahari mengatakan, dari citra satelit 2005, hutan alam lahan kering diperkirakan tersisa 1,057 hektar. Sedang hutan alam lahan basah atau hutan gambut yang tersisa sekitar 1,937 hektar. Sampai tahun 2000, terdapat 312 unit industri kehutanan dengan kapasitas produksi mencapai 4,9 juta ton per tahun. Kayu yang dibutuhkan untuk seluruh industri itu tidak kurang dari 15,8 juta meter kubik per tahun. "Padahal, kemampuan produksi hutan alam saat itu hanya sekitar 1,1 juta meter kubik per tahun," tuturnya.

Direktur Eksekutif Walhi Riau, Johny Mundung, mengatakan, pemerintah harus mengeluarkan moratorium penebangan hutan alam yang tersisa. "Biarkan hutan bernapas dulu sekitar 35 tahun, dengan menghentikan perambahan hutan," tuturnya.

Susanto Kurniawan dari Yayasan Elang menambahkan, pada tahun 2004 hutan yang masih tersisa di tiap daerah aliran sungai rata-rata sekitar 30 persen. Dia mencontohkan, di Sungai Indragiri, hanya 807.556 hektar hutan yang tersisa atau 32,6 persen dari luas hutan yang ada. (ART)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0701/12/sumbagut/3234585.html

Hutan Riau Tidak Memadai untuk Industri

Laporan Wartawan Kompas Agnes Rita Sulistyawaty

PEKANBARU, KOMPAS - Tiga LSM yakni Walhi Riau, Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), dan Yayasan Elang, Kamis (11/1), mendesak pemerintah untuk menghentikan industri yang berbasis lahan.

Raflis dari Jikalahari mengatakan dari citra satelit 2005, hutan alam lahan kering di Riau diperkirakan tersisa 1,057 hektar saja. Sedangkan, hutan alam lahan basah atau hutan gambut yang tersisa sekitar 1,937 hektar.

Sampai tahun 2000, terdapat 312 unit industri kehutanan yang beroperasi di Riau. Kapasitas produksi seluruhnya 4,9 juta ton per tahun. Kayu yang dibutuhkan untuk seluruh industri itu tidak kurang dari 15,8 juta meter kubik per tahun. “Padahal, kemampuan produksi hutan alam saat itu hanya sekitar 1,1 juta meter kubik per tahun,” tuturnya.

Johny Mundung, Direktur Eksekutif Walhi Riau, mengatakan pemerintah perlu bersikap tegas dengan mengeluarkan moratorium penebangan hutan alam yang tersisa. “Biarkan hutan bernafas dulu sekitar 35 tahun, dengan menghentikan perambahan hutan,” tuturnya.

Susanto Kurniawan dari Yayasan Elang menambahkan, hutan yang masih tersisa di setiap daerah aliran sungai rata-rata sekitar 30 persen, pada tahun 2004. Di Sungai indragiri, hutan yang tersisa 807.556 hektar atau 32,6 persen dari luas hutan di sepanjang aliran sungai ini.

Kondisi serupa terjadi di Sungai kampar yang menyisakan 934.336 hektar hutan atau 37,9 persen dari total hutan. Di sungai rokan, hutan yang tersisa 621.448 hektar atau 36,9 persen, dan 913.628 hektar atau 40,8 persen di sungai siak. Di keempat sungai itulah, banjir terjadi di Provinsi Riau.


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Rum 41)

Akhir akhir ini sering terjadi bencana alam yang melanda kota, desa dan kampung, merusak bangunan, harta benda bahkan meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Tanah longsor, banjir bandang, sungai meluap, kebakaran hutan, kekeringan dan lain sebagainya. Jika diteliti ternyata semua bencana itu bersumber dari ulah segelintir orang yang tidak bertanggung jawab.
Penebangan pohon dihutan yang semena mena mengakibatkan hutan jadi gundul dan gersang. Ketika hujan turun tidak ada lagi pohon yang menahan air hujan. Dahulu semua air yang turun ditahan oleh pepohonan, kemudian meresap dan disimpan didalam tanah. Sekarang tidak ada lagi pepohonan yang menahan air hujan, air terus meluncur kesungai mengalir deras menuju laut. Sungai yang ada tidak mampu menampung luapan air , akibatnya terjadilah banjir di mana mana. Penebangan pohon dengan semena mena oleh segelintir orang telah menimbulkan kerusakan dan bencana berkepanjangan. Musim hujan terjadi banjir dimana mana. Musim panas terjadi kekeringan dan kesulitan mendapatkan air bersih.

Kebakaran hutan Indonesia menjadi ancaman global Greenpeace menuntut pemerintah Indonesia untuk segera menghentikan konversi hutan gambut Indoneisa terbakar lagi. Asap dari api yang dinyalakan untuk membuka lahan di Kalimantan Selatan (Borneo) dan Sumatera menyebabkan tingkat polusi di Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok meningkat, menyebabkan munculnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan asap, kecelakaan lalu lintas, dan biaya ekonomi yang menyertainya. Negara-negara tetangga pun kembali menuntut adanya tindakan namun pada akhirnya tetap saja kebakaran akan berlangsung hingga datangnya musim hujan. Kebakaran ini - dan asap yang mencekik - telah menjadi peristiwa tahunan di Indonesia. Beberapa tahun lebih buruk dari tahun-tahun yang lain - terutama saat kondisi el Nino yang kering mengubah hutan kawasan ini menjadi sangat mudah terbakar - tapi keseluruhan trend ini tidaklah baik.

Kesalahan seharusnya ditimpakan pertama kali pada pemerintah Indonesia atas kegagalan sistematis untuk menggalakkan hukum yang didesain untuk mengurangi tingkat penggundulan hutan yang mengejutkan di negara ini. Sejak 1990, angka-angka resmi telah menunjukkan bahwa Indonesia telah kehilangan seperempat dari keseluruhan luas hutannya. Berkurangnya hutan-hutan primer itu menjadi lebih buruk: hampir 31 persen dari hutan tua kepulauan ini telah jatuh ke tangan penambang dan pengembang lahan pada periode yang sama. Bahkan, tingkat penggundulan hutan ini tidak melambat. Berkurangnya hutan dalam satu tahun telah meningkat hingga 19 persen sejak akhir 1990an, sementara setiap tahunnya berkurangnya hutan primer telah meluas hingga 26 persen. Statistik ini seharusnya menjadi sesuatu yang memalukan bagi Indonesia dan bukti ketidakmampuan pemerintah mengatasi berkurangnya hutan dan ketidakmampuan dalam menanggulangi kroni dan korupsi.

Berkurangnya hutan di Indonesia

Penyebab langsung berkurangnya hutan di Indonesia tidaklah kompleks. Kebanyakan penggundulan hutan adalah akibat dari penebangan hutan dan pengubahan hutan menjadi pertanian. Saat ini Indonesia menjadi eksportir kayu tropis terbesar di dunia - suatu komoditas yang menghasilkan hingga 5 milyar USD tiap tahunnya - dan produsen minyak kelapa terbesar kedua, salah satu dari minyak sayur paling produktif di dunia, digunakan di apa pun mulai dari biskuit hingga biofuel.

Penebangan kayu secara legal berdampak pada 700.000-850.000 hektar hutan setiap tahunnya di Indonesia, namun penebangan hutan ilegal yang telah menyebar meningkatkan secara drastis keseluruhan daerah yang ditebang hingga 1,2-1,4 juta hektar, dan mungkin lebih tinggi - di tahun 2004, Menteri Lingkungan Hidup Nabiel Makarim mengatakan bahwa 75 persen dari penebangan hutan di Indonesia ilegal. Meskipun ada larangan resmi untuk mengekspor kayu dari Indonesia, kayu tersebut biasanya diselundupkan ke Malaysia, Singapura, dan negara-negara Asia lain. Dari beberapa perkiraan, Indonesia kehilangan pemasukan sekitar 1 milyar dollar pertahun dari pajak akibat perdagangan gelap ini. Penambangan ilegal ini juga merugikan bisnis kayu yang resmi dengan mengurangi suplai kayu yang bisa diproses, serta menurunkan harga internasional untuk kayu dan produk kayu. Penebangan hutan di Indonesia telah membuka beberapa daerah yang paling terpencil, dan terlarang, di dunia pada pembangunan. Setelah berhasil menebangi banyak hutan di daerah yang tidak terlalu terpencil, perusahaan-perusahaan kayu ini lantas memperluas praktek mereka ke pulau Kalimantan dan Irian Jaya, dimana beberapa tahun terakhir ini banyak petak-petak hutan telah dihabisi. Sebagai contoh, lebih dari 20 persen ijin penebangan di Indonesia berada di Papua, naik dari 7 persen di tahun 1990an.

Selain penebangan, pengubahan hutan untuk pertanian ukuran besar, terutama perkebunan kelapa sawit, telah menjadi kontributor penting bagi berkurangnya hutan di Indonesia. Kawasan kelapa sawit meluas dari 600.000 hektar di tahun 1985 menjadi lebih dari 5,3 juta hektar di tahun 2004. Pemerintah berharap kondisi ini akan berlipat ganda dalam waktu satu dekade dan, melalui program transmigrasi, telah mendorong para petani untuk mengubah lahan hutan liar menjadi perkebunan. Karena cara termurah dan tercepat untuk membuka lahan perkebunan adalah dengan membakar, upaya ini justru memperburuk kondisi: setiap tahun ratusan dari ribuan hektar are berubah menjadi asap saat pengembang dan agrikulturalis membakar kawasan pedalaman sebelum musim hujan datang di bulan Oktober atau November.
Kegagalan pemerintah

Walau Indonesia memiliki hukum untuk melindungi hutan dan membatasi pembakaran pertanian, mereka diterapkan dengan sangat buruk. Manajemen hutan di Indonesia telah lama dijangkiti oleh korupsi. Petugas pemerintahan yang dibayar rendah dikombinasikan dengan lazimnya usahawan tanpa reputasi baik dan politisi licik, ini berarti larangan penebangan hutan liar yang tak dijalankan, penjualan spesies terancam yang terlupakan, peraturan lingkungan hidup yang tak dipedulikan, taman nasional yang dijadikan lahan penebangan pohon, serta denda dan hukuman penjara yang tak pernah ditimpakan. Korupsi, dikombinasikan dengan kroniism yang muncul pada masa mantan Presiden Jendral Soeharto (Suharto), telah beberapa kali merusak upaya mengendalikan kebakaran hutan: 1997, negara ini tak dapat menggunakan dana spesial reboisasi non-bujeter mereka untuk melawan kebakaran karena dana tersebut telah dialokasikan untuk proyek mobil yang gagal milik anak diktator tersebut. Saat ini pemerintah masih menolak untuk menghukum mereka yang melanggar hukum yang melarang menggunakan api untuk membuka lahan. Ini waktunya bagi pemerintah Indonesia untuk mulai serius menangani penggundulan hutan dan kebakaran yang kerap terulang. Komitmen politis adalah kuncinya - tanpanya, sumbangan-sumbangan uang dalam jumlah besar akan terus dihamburkan tanpa menghentikan penebangan hutan ilegal dan berkurangnya hutan.

Pemerintah sebaiknya meratifikasi Perjanjian ASEAN mengenai Polusi Asap Antar Negara, konvensi yang ditandatangani pada tahun 2002 menindaklanjuti kebakaran hutan tahun 1997-1998. PErjanjuan ini membutuhkan kerjasama multinasional untuk melawan kebakaran di kawasan tersebut. Meratifikasi perjanjian itu akan menjadi sinyal awal komitmen politis terhadap permasalahan yang ada, namun pemerintah kemudian harus melanjutkannya dengan implementasi dan inisiatif 'good governance', seperti menerapkan larangan pembakaran lahan dengan ketat. Tanpa penerapan ini, hukum tak akan ada gunanya. Indonesia tak akan lagi dapat mengabaikan aktifitas kriminal dengan kepentingan kuat. Sebagai contoh, Indonesia perlu untuk menindaklanjuti permintaan Malaysia untuk menuntut perusahaan-perusahaan Malaysia yang terlibat dalam pembakaran hutan di Kalimantan Selatan dan Sumatera. Perusahaan yang terbukti bertanggungjawab atas pembakaran ilegal, tak peduli dimana mereka berada, akan kehilangan ijin usahanya dan petugas-petugasnya di penjara.

Saat kebakaran berkurang musim dingin ini, Indonesia seharusnya menyelidiki kemungkinan yang ditawarkan oleh pasar karbon yang muncul ini yang dapat memberikan pemasukan bagi negara dengan melindungi hutan dari pengembangan. Inovasi strategis lain - dari sertifikasi agrikultural dan kayu yang komprehensif hingga sponsor oleh pihak swasta untuk konservasi hutan - seharusnya juga tidak dilupakan. Tim Greenpeace baru-baru ini menyaksikan dampak kebakaran hutan yang berkobar lagi di Propinsi Riau walau sudah ada janji-janji dari pihak pemerintah untuk menghentikan bencana tahunan tersebut agar tidak terulang kembali. Indonesia merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan Amerika Serikat (1) dan hal ini sebagian besar disebabkan oleh deforestasi, konversi lahan dan kebakaran hutan.

"Siklus terjadinya kebakaran hutan terus menerus serta pengrusakan hutan di Indonesia harus mulai dianggap sebagai masalah global karena negara kita merupakan penyumbang besar terhadap perubahan iklim dunia. Pemerintah harus mengambil langkah lebih berani untuk mencegah masalah ini dengan pertama-tama mendeklarasikan moratorium atas penghancuran dan konversi hutan gambut secara nasional,” kata Hapsoro, Juru Kampanye Greenpeace Asia Tenggara. Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) telah menyoroti Indonesia, setelah mengungkapkan bahwa 50 persen dari potensi mitigasi perubahan iklim dunia dapat dicapai dengan mengurangi emisi yang disebabkan oleh deforestasi (2). Indonesia memiliki kawasan hutan alam asli (intact ancient forests) terbesar di Asia namun kawasan tersebut mengalami laju kehancuran lebih cepat dari wilayah lain di dunia.

Hasil dokumentasi lapangan Greenpeace di Riau menemukan hubungan erat antara kebakaran hutan dan konversi lahan hutan gambut oleh perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di propinsi tersebut. Data satelit juga mengungkapkan korelasi yang kuat antara kebakaran hutan dan perkebunan-perkebunan yang beroperasi di wilayah itu. Kombinasi antara konversi lahan gambut dan kebakaran hutan mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup secara global akibat besarnya jumlah karbon dioksida (CO2) yang terlepas ke atmosfir sehingga makin memperburuk iklim.

“Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan antar-pemerintah terpenting di Bali Desember nanti yang akan membahas isu perubahan iklim. Kami berharap pemerintah akan mengambil kesempatan ini untuk menunjukkan perannya dalam usaha dunia mencegah krisis global ini. Selain mencari dukungan komunitas internasional, pemerintah juga harus menunjukkan itikad baiknya dengan cara menghentikan kehancuran hutan gambut lebih jauh. Pemerintah juga harus menegakkan hukum yang berlaku terhadap perusahaan dan perkebunan kelapa sawit yang melanggar dan secara sengaja menyulut api untuk membuka lahannya,” tambah Hapsoro. disadur dari http://duniaberkarya.blogspot.com/



Nah AFC Indonesia adalah LSM Independen yang senantiasa membangun kembali alam yang rusak dengan penanaman lahan kritis, penanaman hutan gundul, Daerah aliran sungai, pembangunan hutan rakyat dan pelatihan pengolahan sampah bagi masyarakat perkotaan dan pedesaan. Mari bergabung bersama kami untuk menyelamatkan alam ini...

EASYHITS4U

Link akun paypal Untuk transaksi bisnis anda yang lebih mudah

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PINGLER.COM