Selasa, 16 Maret 2010

Limbah Pisang Untuk Pengobatan?

Pisang bisa disebutkan sebagai buah kehidupan. Kandungan kalium yang cukup banyak terdapat dalam buah ini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Pisang telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia, terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai perlambang dalam berbagai upacara adat. Pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Dengan cara itulah pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk memberikan manfaatkan kepada manusia. Filosofi tersebutlah yang mendasari penggunaan pohon pisang sebagai simbol niat luhur pada upacara pernikahan.

Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.

Pisang mempunyai banyak manfaat yaitu dari mulai mengatasi masalah kecanduan rokok sampai untuk masalah kecantikan seperti masker wajah, mengatasi rambut yang rusak dan menghaluskan tangan.

Selain buahnya pisang jarang dimanfaatkan, seperti batang, bonggol, kulit dan jantungnya. Tetapi seiring dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka banyak yang bisa dimanfaatkan dari limbah-limbah yang jarang dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga akan meningkatkan kualitas dari limbah tersebut dan menambah nilai ekonomi dari limbah tersebut.

Reuse

Contoh penanganan limbah pisang dengan cara guna ulang (Reuse) ialah

a. Kulit Pisang Ambon Bisa Digunakan Untuk Pengobatan. `

Pisang ambon sangat bermanfaat bagi tubuh kita. Selain mengandung vitamin C, pisang ambon juga mengandung serat tinggi yang berfungsi melancarkan saluran pencernaaan, sehingga buang air besar pun jadi lancar. Ternyata, selain buahnya, kulit pisang ambon pun berguna untuk mengobati bercak-bercak hitam agak kasar ( misalnya bekas cacar) pada kulit. Caranya, gosokkan kulit pisang ambon bagian dalam pada kulit yang terdapat bekas cacar. Biarkan beberapa saat, setelah itu cuci dengan air hangat. Lakukan cara ini secara rutin dan penuh kesabaran. Hasilnya, kulit akan kembali mulus seperti sediakala

b. Bonggol pisang untuk obat dan makanan

Air bonggol pisang kepok dan klutuk juga diketahui dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk memperbaiki pertumbuhan dan menghitamkan rambut. Sedangkan untuk makanan, bonggol pisang dapat diolah menjadi penganan, seperti urap dan lalapan

c. Batang Pisang yang dijadikan pakan ternak

Batang pisang yang tidak dipakai biasanya langsung dibuang atau untuk menahan laju air tapi selain itu batang pisang juga bisa digunakan untuk pakan ternak karena kandungan yang terkandung di dalam batang pisang dapat meningkatkan gizi pada ternak tersebut sehingga akan meningkatkan kualitas dari ternak tersebut

Recycle

Contoh penanganan limbah pisang dengan cara daur ulang (recycle) ialah

a. Cuka Kulit Pisang

Mula-mula kumpulkan kulit pisang sebanyak 100 kg dan lakukan proses produksi selama 4-5 minggu. Kebutuhan bahan-bahan lain mencakup: 20 kg gula pasir, 120 gr ammonium sulfit (NH4)2S03, 0,5 kg ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dan 25 liter induk cuka (Acetobacter aceti).

Cara rnembuatnya, kulit pisang dipotong-potong atau dicacah, lalu direbus dengan air sebanyak 150 liter. Saring dengan kain dalam stoples. Berdasarkan uji lapangan, bahan awal kulit pisang yang direbus itu akan menghasilkan cairan kulit pisang kira-kira 135 liter, bagian yang hilang 7,5 kg, dan sisa bahan padat sekitar 112,5 kg. Setelah disaring ke stoples, cairan kulit pisang ini perlu ditambah ammonium sulfit dan gula pasir.

Langkah berikut, didinginkan dan tambahkan ragi roti. Biarkan fermentasi berlangsung satu minggu. Hasilnya disaring lagi. Dari 135 liter cairan kulit pisang setelah difermentasi dan disaring menjadi 130 liter larutan beralkohol, dan lima liter produk yang tidak terpakai. Pada larutan beralkohol itu ditambahkan induk cuka, dan biarkan fermentasi berlangsung selama tiga minggu.

Selanjutnya, hasil fermentasi larutan beralkohol dididihkan. Nah, dalam kondisi masih panas, cuka pisang dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu segera ditutup dan disimpan dalam temperatur kamar. Biasanya pemasaran cuka pisang dikemas dalam plastik berukuran 40 ml, 60 ml, atau 80 ml. Jika dihitung, dari 100 kg kulit pisang akan diperoleh sekitar 120 liter cuka pisang.

b. Nata dari Kulit Pisang

Potensi buah-buahan lokal Nusantara untuk dikembangkan sebagai bahan makanan sudah terbukti. Salah satu buah tersebut yakni pisang. Buah ini selain bisa dimakan saat segar juga bisa dibuat berbagai jenis makanan, seperti ceriping, dan sale.

Sebuah penelitian terhadap buah pisang dilakukan tiga dosen Universitas Negeri Yogyakarta. Sekali lagi untuk menjadikan pisang sebagai produk olahan yang disukai masyarakat dengan tetap memiliki kandungan gizi.

Yang menarik, penelitian yang dilakukan Das Salirawati MSi, Eddy Sulistyowati Apt MS, dan Retno Arianingrum MSi yang semuanya adalah dosen Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam adalah bukan dilakukan pada buahnya, tetapi pada kulitnya. Penelitian ini sukses menjadikan kulit pisang-yang selama ini lebih banyak dibuang-menjadi nata.

Nata adalah serat yang berbentuk seperti gel yang dibuat dengan memanfaatkan kerja bakteri Acetobacter xylinum. "Selama ini masyarakat telah mengenal produk nata de coco atau nata yang dibuat dari air kelapa. Nata dari kulit pisang sebenarnya sama dengan nata de coco, bedanya nata pisang dibuat dari bahan dasar kulit pisang," katanya, Rabu (8/3).

Ide membuat nata dari kulit pisang, karena terinspirasi dari penelitian sebelumnya yang bisa membuat nata dari buah pisang. "Kenapa kemudian memilih kulit pisang karena selama ini kulit pisang tidak termanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja. Padahal kulit pisang ini banyak ditemui di sekitar kita, antara lain di tempat-tempat orang jual gorengan," ucapnya.

Proses pembuatan nata kulit pisang yang pertama adalah mengerok kulit bagian dalam buah pisang. Hasil kerokan itu kemudian diblender dan dicampur air bersih dengan perbandingan 1 : 2, lalu disaring guna mendapatkan air perasan. Setelah itu ditambahkan asam cuka biasa dengan ukuran 4-5 persen dari volume air perasan. Jika menggunakan asam cuka absolut maka cukup 0,8 persen. Ditambahkan juga pupuk ZA sebanyak 0,8 persen dari larutan, dan gula pasir sebanyak 10 persen. Bahan-bahan tersebut dicampurkan untuk kemudian dipanaskan sampai mendidih.

"Asam cuka dan pupuk ZA berfungsi untuk media hidup bagi bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini membutuhkan nitrogen dari pupuk ZA dan keasaman dari cuka. Acetobacter xylinum inilah yang nanti akan membentuk nata," ujar Das.

Setelah mendidih lalu dituangkan dalam cetakan-cetakan. Dengan ketinggian cairan adonan lebih kurang 2-3 cm di setiap cetakan. Setelah dingin, dimasukkan bakteri Acetobacter xylinum-yang bisa dibeli dalam bentuk cairan-sebanyak 10 persen dari campuran. Sebelum memasukkan bakteri, adonan harus benar-benar dingin, sebab kalau masih panas bakteri akan mati. Setelah itu, cetakan ditutup dengan kertas koran. Ini supaya udara tetap bisa masuk melalui pori-pori kertas. Setelah dua minggu, cetakan baru boleh dibuka. Adonan pun akan berubah menjadi berbentuk gel.

Nata lalu diiris-iris, dicuci, dan diperas sampai kering. Untuk selanjutnya direbus lagi dengan air lebih kurang dua kali rebusan. Ini berfungsi untuk menghilangkan aroma asam cuka. Setelah selesai, nata bisa dicampur dengan sirop atau gula sesuai selera. Campuran rasa diperlukan karena nata berasa tawar. Nata dari kulit pisang pun siap disajikan untuk minuman, maupun makanan kecil lain. Diketahui dari 100 gram nata kulit pisang mengandung protein sebanyak 12 mg. Das Salirawati mengungkapkan, penelitian itu akan dilanjutkan untuk mencari ketebalan nata yang paling optimal. Dari percobaan awal, diketahui dari ketebalan cairan adonan dua cm diperoleh nata lebih kurang 1,5 cm. Masyarakat dipersilakan jika ingin mencoba membuat nata dari kulit pisang. "Ini bisa untuk usaha alternatif skala kecil," tuturnya. (RWN)

c. Roti dari Kulit Pisang

Kulit pisang kerap dibuang begitu saja di sembarang tempat. Jika dibuang sembarangan, kulit pisang bisa membuat orang tergelincir. Namun, tiga mahasiswa Biologi ITS, tak pernah menganggap remeh kulit pisang. Karena setelah diteliti terbukti kulit pisang memang tak bisa dianggap barang remeh.

"Kulit pisang yang sering dianggap barang tak berharga itu, ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup," kata Sulfahri, salah satu dari 3 peneliti itu. Melihat kandungannya yang cukup tinggi, ia bersama dua rekan mencoba membuat penganan dari bahan kulit pisang itu.

"Semula, kami hanya memproduksi keripik kulit pisang, namun lama-kelamaan timbul ide untuk membuat tepung dari kulit pisang," katanya. Mahasiswa angkatan 2007 itu mengatakan tepung pisang itu akhirnya digunakan sebagai bahan baku kue bolu. Meski berkali-kali gagal, namun akhirnya mereka menemukan formula yang pas untuk membuat bolu dari kulit pisang.

"Kalau dihitung lebih dari 50 kali, namun kami sekarang sudah puas dengan resep bolu yang kami miliki," katanya. Kulit pisang yang cocok dibuat tepung adalah jenis pisang raja, karena kulit pisang raja lebih tebal dibandingkan jenis pisang lainnya.

Karya Sulfahri dan dua rekannya itu merupakan salah satu karya inovatif yang terpilih dalam penyaringan untuk "Biological Opus Fair" yang digelar di Plaza dr Angka ITS Surabaya pada 17 dan 18 April 2008.

Delapan produk inovatif yang dipamerkan adalah karya bertajuk "Pemanfaatan Kulit Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca sapientum) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Kue Bolu" (karya Sulfahri dari Jurusan Biologi ITS Surabaya), dan "Water Electric Light Trap (WEL-T) sebagai Pengganti Pestisida dalam Upaya Peningatan Produksi Pangan yang Ramah Lingkungan" (karya Resti Afiandinie dari Jurusan Teknik Kimia ITS).

Karya lain adalah "Pendayagunaan Talok (Muntingia calabura Linn) sebagai Salah Satu Sumber Alternatif Baru dalam Dunia Pangan" (Fitri Linda Sari dari Universitas Muhammadiyah Malang), kemudian "Potensi Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl.) sebagai Alternatif Bahan Pangan (Upaya Menggali Potensi Pangan Lokal)" (Riana Dyah Suryaningrum dari Universitas Muhammadiyah Malang).

Disamping itu terdapat karya lain, seperti "Konversi Limbah Padat Menjadi Produk Ramah Lingkungan" (Sulistiono Ningsih dari Jurusan Biologi di Universitas Jember), "Pemanfaatan Mikroalga (Fitoplankton) sebagai Subtitusi Sumber Bahan Bakar Premium" (Abdul Azis Jaziri dari Jurusan Perikanan di Universitas Brawijaya Malang), "Diversifikasi Dioscorea Flour sebagai Sumber Alternatif Pangan" (Zainal Arifin dari Jurusan Biologi ITS Surabaya), kemudian "Pemanfaatan buah dan daun cersen/talok sebagai keripik dan dodol" (Ria Hayati dari Jurusan Biologi ITS Surabaya).

Tak berbeda dengan Sulfahri, Zaenal Arifin juga mencoba membuat diversifikasi pangan dari bahan umbi uwi. "Umbi yang bernama latin dioscorea alata itu ternyata dapat menjadi bahan pangan yang aman bagi penderita diabetes. Kadar gula uwi itu rendah, tapi karbohidratnya tinggi," kata mahasiswa jurusan Biologi ITS itu.

Pengolahan uwi menjadi tepung itu pun tidak memerlukan proses yang rumit, bahkan cukup menggunakan metode tradisional."Saya buat dari dua macam uwi, uwi putih dan juga uwi ungu yang sama-sama berkadar gula rendah. Uwi diparut kasar, kemudian direndam dengan air kapur untuk memisahkan parutan dengan getahnya. Air getah uwi itu bisa untuk pestisida yang ramah lingkungan," ucapnya.

Parutan yang sudah dikeringkan, katanya, dapat langsung diolah menjadi tepung. "Tepung dari uwi ini dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai macam penganan, seperti kue dan mie. Rasa tepungnya sendiri tawar, jadi gampang divariasikan," katanya.

d. Dendeng Jantung Pisang

Tanaman pisang tumbuh baik dan dibudidayakan di seluruh wilayah Indonesia. Jenis pohon mudah ditanam dan hampir setiap rumah di pedesaan memiliki pohon pisang ini.

Setiap petani dapat dipastikan menanam pisang, meskipun di antaranya hanya menanam pisang pada pekarangan.

Tak ada ruginya menanam pohon ini. Apalagi, seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga mulai dari daun, buah, sampai bonggol pohonnya.

Buah dan bagian tanaman pisang pun bisa diolah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Salah satu makanan olahan dari bagian tanaman pisang adalah dendeng jantung pisang.

Untuk membuat dendeng jantung pisang perlu disiapkan sejumlah bahan, meliputi empat buah jantung pisang, satu sendok makan ketumbar, 50 gr ikan teri, 10 siung bawang merah, dan empat siung bawang putih. Sedangkan kebutuhan peralatan terdiri atas pisau, kukusan, penumbuk, dan tampah.

Cara membuatnya, ambil jantung pisang yang masih segar. Buang kelopak bagian luar hingga tampak kelopak dalamnya berwarna putih kemerah-merahan. Jantung pisang tersebut direbus sampai lunak. Lalu ditumbuk sampai halus.

Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk lalu dimasak dalam wajan. Setelah itu, tumbukan jantung pisang dimasukkan ke dalam wajan berisi bumbu. Diaduk-aduk sampai merata, lalu tambahkan gula merah. Jika sudah masak, silakan diangkat dan segera dicetak di atas tampah. Jadilah dendeng jantung pisang yang telah dicetak. Dendeng tersebut dijemur selama 2-3 hari hingga kering. Lantas, digoreng hingga masak, dan akhirnya dikemas dalam kantong plastik.

e. Keripik Bonggol Pisang

Kebutuhan bahan untuk membuat keripik bonggol pisang terdiri atas bonggol pisang, natrium bisulfit, garam, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, merica, dan air. Sedangkan piranti yang mesti disiapkan adalah pisau, baskom, wajan, ember, kompor, talenan, dan alat penunjang lainnya.

Cara membuatnya, ambil bonggol pisang, lalu kupas kulit luarnya, dan dicuci dengan air bersih. Bonggol diiris menjadi irisan-irisan tipis sekitar 0,5 cm. Irisan bonggol direndam dalam larutan natrium bisulfit satu persen selama 2-3 menit (Pedomannya: 1 gram natrium bisulfit dicairkan ke dalam 1 liter air). Setelah direndam, irisan bonggol ditiriskan.

Selanjutnya, bumbu-bumbu ditumbuk sampai halus, lalu dimasukkan ke dalam baskom dan tambahkan sedikit air. Rendam irisan bonggol dalam baskom yang berisi bumbu, lalu diaduk sampai rata, dan biarkan sekitar 5-10 menit agar bumbunya meresap.

Irisan bonggol yang telah dibumbui itu digoreng, sambil dibolak-balik hingga kematangan merata. Angkat dan tiriskan. Akhirnya, jadilah keripik bonggol pisang yang dikemas dalam kantong plastik.

f. Batang Pisang Sebagai Bahan Dasar Kertas Daur Ulang

Batang pisang juga dapat di olah menjadi kertas, yaitu setelah mengalami proses pengeringan dan pengolahan lebih lanjut. proses pembuatan kertas dari bahan batang pisang pertama-tama yang harus dilakukan adalah, batang pisang tadi dipotong kecil-kecil dengan ukuran berkisar 25 cm, lalu di jemur di bawah terik matahari hingga kering. Setelah batang pisang tadi kering proses berikutnya adalah dengan cara direbus sampai menjadi lunak, namun pada saat proses perebusan sebaiknya di tambah dengan formalin atau kostik soda maksudnya adalah di samping untuk mempercepat proses pelunaan juga untuk menghilangkan getah-getah yang masih menempel pada batang pisang tadi, pada proses berikutnya batang pisang yang sudah lunak tadi disaring dan dibersihkan dari zat-zat kimia tadi baru kemudian di buat bubur ( pulp) dengan cara di blender. Baru kemudian dicetak menjadi lembaran-lembaran kertas.

Reduce

a. Kulit Pisang Menyimpan Tegangan Listrik

Siapa yang menyangka kulit pisang bisa dijadikan pengganti batu batterai. Cara pembuatannya pertama kulit pisang dan jeruk di buat jus, apabila tidak ada alat jus atau blender maka cukup dihancurkan atau di aduk hingga halus kemudian dicampur dengan air secukupnya. Setelah itu di buat sel elektrokimia dengan mengambil gelas kimia lalu larutan jus tadi ditaruh didalam gelas tersebut. Kemudian dibuat elektroda-elektroda yang terbuat dari Cu dan Zn. Tembaga dan seng disambung dengan kabel kemudian dibantu dengan tutup dari gabus dibuat variasi biar kelihatan menarik.

Satu sel adalah satu wadah atau satu gelas kimia yang berisi 2 elektroda dan 1 tutup. Kita ukur V dan I nya, V= Voltase, I= Amper setelah itu di aplikasikan atau dihubungkan kabel tersebut dengan benda percobaan. Aplikasi yang paling sederhana dan mudah diamati adalah kalkulator dan jam digital, begitu disambungkan ternyata kalkulator dan jam tersebut bisa hidup normal seperti dihubungkan pakai batu batterai

Dibandingkan dengan membeli batu batere, dengan menggunakan limbah kulit pisang sebagai pengganti batu batere akan mengurangi limbah dari pisang selain itu akan meningkatkan nilai jual dari kulit pisang itu sendiri dan akan mengurangi penggunaan batu batere yang kurang ramahh lingkungan

b. Daun pisang sebagai pembungkus makanan

Daun pisang digunakan untuk membungkus makanan karena dengan membungkus makanan dengan menggunakan daun pisang akan menambah cita rasa dalam makanan tersebut contoh bahan makanan yang sering menggunakan daun pisang sebagai pembungkus adalah tempe. Selain itu daun pisang juga oleh masyarakan (sekitar tahun 1945) biasa digunakan untuk membungkus rokok

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan akan mengurangi penggunaan plastic yang tidak ramah lingkungan karena yang sudah kita ketahui bahwa plastic tidak bisa terurai dan akan berdampak pada pemanasan global.

c. Kulit pisang untuk semir sepatu

Bagian dalam dari kulit pisang mengandung potassium yang merupakan bahan penting yang terdapat dalam semir sepatu yang ada di pasaran. Setelah menggunakan kulit pisang untuk menyemir sepatu, bersihkan sisa kulit buah yang mengandung vitamin C, B komplek dan B6 itu dengan menggunakan lap berbahan halus. Kandungan minyak yang terdapat dalam pisang akan melembutkan serta mengawetkan kulit sepatu

Dengan menggunakan kulit pisang kita dapat mengurangi pemakaian semir sepatu yang bahannya tidak alami yang lama kelamaan akan mengurangi kualitas dari sepatu itu dan selain itu dengan mengguanakan kulit pisang kita bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semir sepatu.

Dengan memanfaatkan limbah pisang sebagai bahan-bahan yang akan meningkatkan nilai tambah dari limbah tersebut maka kita juga akan mengefisienkan biaya dan energy. Contoh dari pengefisienan biaya adalah dengan menggunakan kulit pisang sebagai semir sepatu. Dengan menggunakan kulit pisang sebagai pemnggati dari semir sepatu kita bisa mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli semir sepatu, dengan membeli pisang kita bisa mendapatkan dua keuntungan yaitu buah pisang yang mengandung banyak vitamin dan kulit pisang yang bisa dibuat semir sepatu. Sedangkan contoh untuk pengefisienan energy adalah dengan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan, dengan menggunakan daun pisang kita bisa menghemat energy yang keluar dari plastic yang sering digunakan karena dengan menggunakan plastic sebagai pembungkus makanan akan mengakibatkan pemanasan global.

Dengan memanfaatkan limbah pisang sebagai produk baru maka akan meningkatkan nilai tambah dari limbah tersebut. Dan akan meningkatkan nilai jual dari limbah yang tadinya tidak berguna jadi berguna.

Potensi Bisnis Daur Ulang Sampah Plastik

Sampah plastik merupakan fenomena yang tidak dapat terhindarkan hampir disetiap penjuru lingkungan terdapat sampah plastik. Sampah plastik dari sektor pertanian saja setiap tahun mencapai 100 juta ton. Dengan jumlah sebanyak itu kita bisa membungkus bola bumi yang kita tinggali ini sepuluh kali lipat. benar-benar jumlah yang amat berlebihan mengingat angka di atas barulah sampah dari sektor pertanian saja.

Dan sampah plastik selama ini benar-benar hanya dilihat sebagai sampah semata. Hampir-hampir tidak ada yang bisa melihat sisi positif pada sampah plastik, bahkan pemulung pun enggan mengumpulkannya. Padahal sejatinya, sampah plastik ini bisa didaur ulang menjadi bahan baku pembuatan plastik. Permintaan terhadap bahan baku ini pun sangat besar sehingga pabrik pembuatan plastik sering kehabisan stok bahan baku.
Belum lagi kalau dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerjanya. Dalam bisnis ini banyak pihak yang bisa terlibat di dalamnya. Misalnya pemulung, penampung, bandar sampah plastik bekas, maupun pemasok ke perusahaan daur ulang sampah plastik.

Di dalam perusahaan/pabrik daur ulang sampah plastik sendiri banyak menampung tenaga kerja dari mulai:  tenaga sortir plastik, tenaga giling, tukang pres, tukang jemur, tenaga pengepakan/packing sampai staf administrasi dan keuangan, mereka semua mendapatkan upah yang cukup lumayan dan memadai untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.

Usaha daur ulang plastik, juga sangat berperan dalam membantu dan memelihara kebersihan lingkungan. Berbagai sampah plastik tersebut jika dibiarkan akan menjadi timbunan sampah, yang lama-kelamaan merupakan ancaman bencana yang berbahaya, seperti yang belum lama ini terjadi. Berbagai sampah plastik tersebut tidak dapat terurai  sehingga tidak ramah atau berbahaya bagi lingkungan.Perspektif bisnis, sosial dan lingkungan inilah yang mendasari  Ir Herman Sutirto, MSc mendirikan PLASSBEK, akronim dari dari PLAS-tik BEK-as.

Kegiatan bisnisnya dimulai 8 Mei 2004. Awalnya PLASSBEK hanya melakukan usaha jual-beli plastik daun (plastik lembaran bersih saja). Plastik daun yang kotor dicuci, kemudian dijemur dan langsung dijual, belum menggunakan mesin giling/crusher.
Awal Februari 2005, PLASSBEK mulai memproduksi (menggiling plastik daun/lembaran). Bahkan PLASSBEK bergerak lebih jauh lagi dengan menggandeng BE B.O.S.S. untuk pengembangan usaha ini melalui skema franchise. Saat ini perusahaan hanya memproduksi/menggiling plastik kelompok film grade yaitu plastik daun/plastik lembaran saja.

Jenis usaha daur ulang sampah plastik  merupakan salah satu usaha yang handal dan fleksibel, di mana d permintaan  pasar terus meningkat, mengingat hampir semua perusahaan/pabrik biji/pellet plastik daur ulang plastik maupun produk – jadi (End Product) membutuhkan bahan baku plastik daur ulang yang cukup tinggi .
Bahkan pasar dari hasil daur ulang plastik ini bukan hanya di dalam negeri, karena pasar mancanegara justru banyak mencari bahan baku ini. Di pasar Internasional PET daur ulang memiliki nama PET Flakes/PET Regrind dengan size 10 mm. Pasar ekspor menyerap jauh lebih besar daripada pasar domestik. Negara yang banyak memanfaatkan PET Flakes adalah: Taiwan, India, Vietnam, Pakistan, RRC.

Tetapi pasar dalam negeri sendiri pun sampai saat ini masih kekurangan pasokan. Untuk pasar domestik, pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok plastik daur ulang, yaitu: kelompok film grade dan non-film grade seperti sampah plastik  lembaran kemasan makanan (kantong gula, tepung, dan lain-lain), kantong belanja (kresek), kantong sampah, pembungkus tekstil, tas, garmen, pembungkus rokok, pembungkus baju/kaos, karung plastik, dan lain-lain. Untuk non-film grade ada botol air mineral, juice, saos, minyak goreng, kosmetik, shampoo, oli, tutup botol, krat botol, ember, mainan, tong sampah, container, pipa PVC, kabel listrik, selang air, plastik gelombang, dan lain-lain.

Semua pabrik plastik daur ulang (recycling) membutuhkan plastik-plastik bekas (sampah plastik) baik dari kelompok film grade (plastik daun) maupun dari non-film grade. Plastik-plastik  tersebut sebagai  bahan utama/campuran untuk diproses daur ulang menjadi biji/pellet plastik, sehingga dikenal dengan nama biji/pellet plastik daur ulang. Hal ini hanya untuk membedakan dengan biji plastik original (asli).
Karena biji plastik asli sebagian besar masih impor, sehingga harganya cukup mahal (tergantung dolar dan harga minyak dunia). Maka biji/pellet plastik daur ulang dapat menjadi suatu alternatif, dengan harga yang sangat kompetitif. Dan tentu saja bisnis ini sangat prospektif.

Ecological Agroecotourisme

Selain pada pengelolaan pertanian organik dan habitat melalui praktek-praktek tambahan, keberhasilan konservasi keanekaragaman hayati di kawasan lindung akan tergantung pada seberapa baik pertanian individu diintegrasikan ke dalam lanskap yang lebih luas. Melalui perencanaan yang tepat pada tingkat lanskap, alami dan dikelola sesuai daerah dapat diintegrasikan ke dalam lanskap dalam rangka kegiatan untuk mendamaikan manusia dengan tujuan konservasi keanekaragaman hayati. Dalam rangka mengintegrasikan terbaik keanekaragaman tujuan dalam kawasan lindung, pengaturan tanah membutuhkan alat untuk perencanaan yang efektif dengan benar mengelola area multiguna untuk kepentingan semua kepentingan.


Lansekap ekologi adalah studi tentang faktor-faktor lingkungan dan interaksi pada skala yang meliputi lebih dari satu ekosistem pada suatu waktu. Karena lanskap ekologi membantu untuk memahami bagaimana berbagai bagian dari mosaik lanskap terbentuk dan bagaimana mereka berinteraksi, hal itu mungkin memberikan dasar bagi pengelolaan yang efektif lanskap pertanian dalam kawasan lindung.
Perencanaan lansekap menyediakan alat untuk integrasi agro-ekosistem dengan pemandangan yang lebih luas dengan cara yang meminimalkan fragmentasi habitat dan yang menganugerahkan aspek menguntungkan keanekaragaman hayati untuk agro-ekosistem. (Gliessman, 1999). (Gliessman, 1999).
Alat-alat yang biasa digunakan dalam perencanaan lanskap pemetaan, dan jika tersedia, fotografi udara dan analisis sistem informasi geografis. Alat seperti menyediakan sarana yang melaluinya historis, saat ini dan mengusulkan fitur-fitur lanskap dan kegiatan penggunaan lahan dapat berlawanan dengan tujuan konservasi yang spesifik. Dengan informasi ini, rekomendasi untuk perubahan dalam praktek-praktek penggunaan lahan dan agro-ekosistem dapat dilakukan desain yang berfungsi mengintegrasikan terbaik ekosistem pertanian dan penggunaan lahan manusia lainnya ke dalam lanskap yang lebih luas. Dalam melakukannya, dampak habitat kritis dan daerah-daerah sensitif dapat mengurangi atau diminimalkan dan koherensi yang lebih besar pada pertanian antara habitat dan lansekap di sekitarnya dapat dilakukan (Smeding, 2000). Alat pengelolaan tersebut juga dapat melayani dalam memantau efek dari penggunaan lahan yang spesifik praktek dalam rangka untuk mengukur efektivitas intervensi (lihat Contoh 5 dalam Lampiran).
Lansekap ekologi dan perencanaan dapat digunakan pada berbagai skala. Pada skala analisis yang lebih besar , perencanaan lanskap dapat digunakan untuk menentukan penempatan yang paling disesuaikan pertanian dan penggunaan lahan lainnya kegiatan saat mencoba untuk mendamaikan manusia kebutuhan mata pencaharian dan habitat bagi konservasi keanekaragaman hayati.
Dengan melihat pada lanskap pertanian dimana individu merupakan bagian ekosistem, ekologi tombol fitur (misalnya tanaman sekitarnya asosiasi / pola vegetasi) dapat diidentifikasi untuk digunakan untuk menentukan pertanian yang sesuai pada upaya restorasi habitat yang mungkin paling baik melayani untuk membangun kembali kontinuitas jenis habitat dan dengan demikian mengurangi fragmentasi habitat. Jika fitur ekologi seperti berhasil dikelola antara sejumlah peternakan dan liar bersebelahan sekitarnya, pemandangan yang lebih sesuai dengan kebutuhan yang lebih beragam jumlah tanaman dan hewan dapat dihasilkan. (Smeding, 2000).
Beberapa referensi menyebutkan hubungan antara ekowisata dan pertanian:

"ekowisata menyediakan bagi partisipasi penuh dan efektif dan layak peluang menghasilkan pendapatan bagi masyarakat adat dan komunitas lokal" (Keputusan V/25, 4a). Dalam rangka memberikan kontribusi terhadap penggunaan berkelanjutan keanekaragaman melalui pariwisata, ada kebutuhan untuk menerapkan campuran instrumen fleksibel seperti perencanaan terpadu … ecolabelling …" Keputusan V/25, 4g). "

"Di beberapa daerah, input rendah skala kecil dan kegiatan pertanian yang mengakibatkan kedua lingkungan yang menarik dan pemeliharaan tingkat tinggi keanekaragaman hayati dapat menawarkan kesempatan bagi pariwisata. Penjualan produk-produk yang berasal dari sumber daya alam secara lestari dipanen juga menyediakan berbagai kesempatan bagi generasi pendapatan dan kesempatan kerja "

Ecotourism ( Ekowisata). Dalam situasi yang tepat, ekowisata telah terbukti menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk membiayai konservasi keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati paling kaya di daerah, arus pendapatan aktual untuk ekowisata yang lebih baik daripada non-kayu hasil hutan dan biopharmacy, dan sebanding hanya untuk agroforestry (Konferensi Eropa 2002). Karena mendominasi pemanfaatan lahan di kawasan lindung dan zona penyangga pertanian dan kehutanan, ekowisata adalah kesempatan bagi penciptaan pendapatan tambahan bagi petani / rimbawan dan untuk menghasilkan finansial untuk pengelolaan kawasan lindung, terutama di mana pemerintah lembaga pengelolaan taman nasional memiliki sedikit daya.
Agrotourism (Agrowisata). Para hubungan simbiosis antara pariwisata dan pertanian yang dapat ditemukan di agrowisata (yaitu liburan di tanah pertanian) adalah elemen kunci dari suatu lingkungan dan tanggung jawab sosial pariwisata di daerah pedesaan. Pedesaan perhotelan menawarkan pekerjaan baru dan peluang menghasilkan pendapatan bagi penduduk pedesaan, termasuk agrowisata sebagai ekspresi dan pertukaran budaya dari praktek-praktek pertanian, artistik dan pengerjaan terbaik sehingga warisan tradisi kuliner. Agro dapat mengambil beberapa bentuk: liburan peternakan, rumah pertanian tempat tidur-dan-sarapan, pertanian berkemah, gunung resort, berkuda pusat dan bentuk lain dari akomodasi pedesaan. Fasilitas seperti yang inovatif sistem pembayaran jasa lingkungan yang dihasilkan di dan di sekitar lahan pertanian.
Agro-ecotourism ( Agro-ekowisata). Sementara ekowisata adalah berbasis alam dan agrowisata adalah berbasis pertanian, agro-ekowisata adalah kombinasi keduanya.

The rural landscape, usually a combination of wild and agro-ecosystems, is the most important resource for tourism development.

Lanskap pedesaan biasanya kombinasi antara hutan dan agro-ekosistem, yang merupakan sumber daya yang paling penting bagi pengembangan pariwisata. Jelas bahwa lanskap pertanian yang terdiversifikasi, dengan semi-habitat alam, memiliki estetika dan rekreasi yang lebih besar potensi atas seragam, rusak dan / atau daerah-daerah pertanian tercemar. Di Eropa, kebijakan lingkungan agribisnis sering mempromosikan kegiatan pertanian organik sebagai sarana paling efektif bagi konservasi lansekap: misalnya, Uni Eropa Lingkungan Hidup proyek yang dijalankan oleh Federasi Perancis dan Cadangan diadopsi Taman peternakan luas untuk mencegah dampak negatif dari unmanaged hutan pada beberapa spesies padang rumput botani dan untuk mempromosikan kualitas pemandangan menarik bagi wisatawan.
Eco-organic tourism (Eko-pariwisata organik). Ketika agro-ekowisata berkembang di sekitar pertanian organik, ini disebut sebagai organik eko-pariwisata. Kenaikan harga unsur-unsur spesifik agro-ekosistem lanskap menawarkan sumber daya ekonomi tambahan untuk perlindungan lingkungan hidup. Konversi pengelolaan organik di daerah-daerah pertanian dan pengembangan kegiatan terkait seperti pariwisata meningkat. Ketika peternakan yang dikelola secara organik, mereka meningkatkan motivasi untuk wisatawan 'kunjungan. Harapan turis baru telah meningkatkan kualitas pasokan pertanian seperti diversifikasi lansekap, lingkungan suara-rumah peternakan arsitektur dan keahlian memasak khan lokal.
Di banyak negara-negara industri, kawasan lindung pengalaman lanskap termasuk tanah pertanian ditinggalkan. Dalam konteks ini, pertanian skala kecil dapat menjadi ekonomis jika produk-produk berkualitas dapat dipasarkan dan pendapatan yang dilengkapi dengan kegiatan pariwisata, khususnya di daerah yang kaya keanekaragaman hayati dan sejarah . Sementara pembentukan, oleh otoritas lokal, sistem perlindungan tanah secara historis ditentang oleh serikat-serikat petani, ada kesadaran yang tumbuh baru-baru ini bahwa cadangan taman meningkat "hijau" peluang pariwisata dan bahwa pengunjung semakin sensitif terhadap kualitas, baik dalam ekologi dan gastronomik ketentuan. Tren ini menguntungkan petani organik karena mereka dapat dengan mudah memenuhi tuntutan wisatawan baru.
Studi yang berbeda di Uni Eropa menunjukkan kemampuan pertanian organik untuk menciptakan pemandangan menarik. Eco-praktek pertanian organik dan kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan, sementara menguntungkan petani termasuk: akomodasi di gedung direnovasi/dibangun sesuai arsitektur ekologi (bahan-bahan alami, bioclimatic kriteria, perencanaan lansekap); di konsumsi pertanian organik atau menjual makanan dan minuman; pendidikan program dan pelatihan (misalnya berkebun organik, pembuatan kompos, koleksi tanaman liar dan pengeringan, makanan tradisional dan minuman pengolahan), dan rasional sensitising tamu pada pemanfaatan sumber daya alam (misalnya di rumah-energi matahari, tetapi juga di rumah kaca atau untuk pengolahan, kayu untuk pemanas, air digunakan kembali dan re-cycling). Sebuah survei di Italia 1999 melaporkan bahwa eko-hari libur pertanian organik dilakukan kegiatan-kegiatan berikut: 35 persen mengatur kunjungan ke tempat-tempat kawasan lindung; 30 persen naturalistik didactical rencana kegiatan; 24 persen mendirikan laboratorium didactical dan demonstratif pertanian organik dan lingkungan hidup; dan 11 persen pengunjung menawarkan instrumen dan peralatan untuk observasi fauna dan flora (AIAB, 2001).
Ecolabels merupakan alat pemasaran penting untuk agro-ekowisata secara umum, karena premi harga mendorong petani 'komitmen untuk konservasi dan pemeliharaan keanekaragaman hayati. Yang paling terkenal bentuk sertifikasi operasi meliputi pertanian organik, organik dan makanan khusus (yaitu denominasi geografis asal) dan produk-produk pelayanan hutan. Persyaratan untuk pertanian tersebut meliputi: pertanian organik produksi; naturalistik dan kegiatan didaktik; pembimbing sumber daya alam (misalnya, setidaknya 5 persen dari pertanian harus ditujukan untuk ekologi infrastruktur dan setidaknya 40 botani spesies lokal harus ada dalam infrastruktur); rekreasi hijau daerah; ekologis bangunan (terhadap bahan-bahan bangunan dan agen pembersih yang digunakan, hemat energi dan pengelolaan sampah, dan pencegahan polusi udara); turis menawarkan (baik di-pertanian dan di negara tetangga cagar alam); gastronomik menawarkan (organik, musiman dan lokal ); dan sarana transportasi berkelanjutan.
Ketergantungan petani organik di kawasan lindung tetangga untuk menarik wisatawan ke perusahaan pertanian dan pedesaan perhotelan memenuhi syarat mereka sebagai sekutu terbaik untuk pengelolaan kawasan lindung dan zona penyangga. Selanjutnya, eko-pariwisata organik menawarkan kesempatan bagi ekonomi pedesaan dan pariwisata berkelanjutan.

Minggu, 14 Maret 2010

Indonesia memiliki luas hutan sebanyak 100 juta hektare sebuah potensi yag sangat luar biasa, sebagai ilusrasi sederhana akan dihitung pendapatan negara dengan potensi hutan selama waktu 20 tahun dengan tetap menjaga kelestariannya. Bila diasumsikan, jarak rata-rata pohon kayu di hutan kita adalah lima meter maka akan kita dapatkan bahwa dalam satu hektar terdapat rata-rata 400 pohon. Bila kita terapkan pola hutan lestari, dan pohon baru dipanen setelah 20 tahun, atau setiap tahun cuma 5% jumlah pohon yang dipotong, maka dari 400 pohon akan dipanen 20 pohon per hektar. Bila setiap pohon berusia 20 tahun memiliki volume rata-rata 5 meter kubik kayu dengan hasil netto (harga pasar dikurangi segala biaya) Rp. 200.000,- per meter kubik, maka nilai ekonomisnya menjadi Rp. 1 juta per pohon atau Rp. 20 juta per hektar.

Luas daratan kita adalah 190 juta hektar, di mana 29% darinya non hutan dan 16% hutan lindung. Sisanya 10% hutan konservasi, 14% hutan produksi terbatas, 19% hutan produksi permanen, dan 12% hutan produksi konversi. Pembagian ini dibedakan menurut pola pemanfaatan yang diijinkan. Sementara hutan konservasi tetap dijaga sebagai hutan, hutan konversi lambat laun akan diubah menjadi perkebunan. Jadi hutan yang bisa dimanfaatkan total menempati area sebesar 55 % daratan kita atau sekitar 104 juta hektar.

Dengan demikian, bila pola pemanfaatan hutan menggunakan cara yang paling lestari yaitu setiap tahun hanya dipanen 5%, dan itupun menghasilkan revenue sekitar Rp. 20 juta per hektar, maka dari sektor kehutanan saja sudah didapatkan hasil sebesar Rp. 2080 Trilyun! — suatu jumlah yang cukup fantastis, mengingat APBN Indonesia 2009 saja hanya sekitar Rp. 1000 Trilyun. Dan sekali lagi, pemanfaatan hutan ini lestari

(Oleh : Dr.-Ing. Fahmi Amhar, Peneliti Utama bidang Sistem Informasi Spasial &
Ka Balai Penelitian Geomatika –
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional/Bakosurtanal)

> pertanyaanya kemanakah Rp. 1080 Triliun sisanya..
> bagaimana sistem pengelolaan hutan di indonesia sekarang, belum bisa memanfaatkan potensi hutan...

EASYHITS4U

Link akun paypal Untuk transaksi bisnis anda yang lebih mudah

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PINGLER.COM