Rabu, 09 November 2011

REFLEKSI RITUAL KURBAN PADA KETAHANAN PANGAN DAN SWASEMBADA DAGING


Ritual kurban yang dilaksanakan oleh ummat Islam merupakan ritual pengulangan sejarah Nabi Ibrahim A.S dan Nabiyullah Ismail dalam melaksanakan perintah Allah SWT dalam gerbang ujian ketaatan, keikhlasan dan kecintaan makhluk kepada Khaliqnya. Dalam semangat keikhlasan dan Cinta ini, ada sebuah refleksi perintah kurban kepada sebuah ajaran asasi tentang bagaimana Allah SWT mengajari ummat manusia tentang sifat Rahman dan RahimNya jika berhadapan dengan kepentingan KhalifahNya yang bernama Manusia. Karena ketulusan dan keikhlasan inilah maka Allah mengganti darah Nabiyullah Ismail A.S dengan seekor kibas yang gemuk, besar lagi sehat.
Kita dapat menyimpulkan sebuah analogi perintah yang bersifat ritualistic ini dengan makna bahwa sesungguhnya, manusia akan mengorbankan apa saja ketika berhadapan dengan rasa cinta, manusia akan kehilangan keikhlasan hidup pada saat kehilangan orang atau sesuatu yang dicintainya bahkan manusia akan mengorbankan apa saja termasuk manusia pada saat berhadapan dengan kecintaan pada sesuatu atau seseorang, maka kegilaan akan cinta inilah Allah lenyapkan dengan ritual kurban sebagai upaya Allah SWT mendidik manusia agar senantiasa menyemblih sifat kebinatangan dalam dirinya melalui ritual kurban. Sehingga Nabiyullah Muhammad SAW mengecam orang yang mampu berkurban tapi enggan berkurban dan melarang mereka memasuki Majlis Rasulullah karena keengganann melaksanakan kurban di hari Raya Iedul Adlha.
Nilai ajaran ini tidak berhenti pada hal itu saja bila kita kaji lebih mendalam, ada pesan tersirat yang dapat kita ambil bahwa, menyediakan dan mempersiapkan semblihan kurban sama pentingnya dengan berkurban itu sendiri, karena bagaimana kita akan berkurban jika tidak ada hewan yang akan disemblih? Bagaimana pula kita akan berkurban jika hewan kurban tidak kita pelihara dengan baik dengan standar kesehatan yang sempurna, karena hewan yang cacat tidak sah untuk dijadikan hewan kurban. Ini artinya, adalah sungguh ironi jika Indonesia mayoritas beragama Islam dan punya kewajiban berkurban tetapi masih mengimpor hewan kurbannya, atau masih mengimpor daging untuk kebutuhan konsumsi warga bangsanya.
Swasembada pangan, swasembada daging adalah garis benang merah dalam menyempurnakan ibadah ummat Islam, maka oleh karena itu duduk lurus hukumnya sama wajibnya dengan ritual yang kelak akan dilaksanakan memelihara ternak untuk memenuhi ritual ibadah kurban, swasembada pangan guna melaksanakan zakat fitrah dibulan Ramadlan.
Dengan memahami hal diatas, maka Al Ghiffari Forest Community Indonesia beserta para anggota dan pengurus di tingkat pusat dan daerah mengajak seluruh elemen masyarakat di perkotaan dan pedesaan untuk melaksanakan kegiatan swasembada daging dengan mengikuti program Tabungan Kurban berbasis pertanian terpadu.
Dengan melaksanakan program ini, maka sesungguhnya kita sudah menyimpan dua kebaikan yang tak terhingga nilainya; Yang pertama kita jalankan syariat agama dan Yang kedua kita telah membebaskan Negara ini dari kehilangan rupiah karena harus terus menerus mengimpor daging dan hewan potong lainnya, dan dengan program ini, banyak petani di pedesaan yang membutuhkan uluran tangan masyarakat yang Tuhan berikan kelebihan harta untuk menyediakan pangan yang akan kita konsumsi sehari hari. Iedul Kurban sudah berlalu namun semangat Nabiyullah Ibrahim dan Islmail A.S untuk mempertaruhkan kesenangan dengan mempersembahkan kepatuhan, keikhlasan dan kecintaan pada Tuhan akan kita jalankan bersama sama dengan mulai menabung hewan kurban sejak dari sekarang. Wallahu a’lam bi shawab.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sungguh ironi jika Indonesia mayoritas beragama Islam dan punya kewajiban berkurban tetapi masih mengimpor hewan kurbannya, atau masih mengimpor daging untuk kebutuhan konsumsi warga bangsanya.

EASYHITS4U

Link akun paypal Untuk transaksi bisnis anda yang lebih mudah

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

PINGLER.COM