Melintasi Lereng Halimun
Warga
kesepuhan Ciptagelar mengaku sangat senang, karena sekarang sudah bisa
menikmati sinyal XL, satu-satunya operator yang melayani kampung adat
yang terletak di lereng Taman Nasional Gunung Halimun itu.
Perintisan
pembangunan BTS (Base Transceiver Station), bermula dari hoby
berpetualang sepeda di alam terbuka yang dilakoni sejumlah tim planning
XL. Pada akhir pekan di awal Februari 2009, mereka berhasil melintasi
sejumlah perkampungan lereng Taman Nasional Gunung Halimun. Kampung itu
adalah Ciptarasa dan Ciptagelar. Kampung Ciptagelar yang sekarang jadi
pusat adat kesepuhan terletak di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok,
Kabupaten Sukabumi, berjarak kurang lebih 44 km dari kota pelabuhan ratu
Ciptagelar merupakan daerah cekungan, dikelilingi Gunung Surandil,
Gunung Karancang, dan Gunung Kendeng.
Berada
di ketinggian 1,050 meter di atas permukaan laut, daerah tersebut bisa
dibilang terisolir. Selain jaraknya sangat jauh dan medan yang ditempuh
sangat berat, kondisi jalan tak beraspal Dengan trek yang berupa jalan
bebatuan dan juga melintasi hutan lindung Gunung Halimun yang berkabut
tebal. Karenanya kalau ingin melintasi daerah ini sebaiknya menggunakan
mobil offroad.
Kampung Ciptagelar
dihuni oleh Suku Banten Kidul. Walaupun hanya masyarakat kecil, suku ini
menarik perhatian orang luar sehingga selalu dikunjungi. Mereka masih
kukuh menganut adat istiadat yang diturunkan nenek moyang mereka.
Pengetahuan lokal dan kearifan lokal kampung Ciptagelar berhubungan
dengan bagaimana masyarakat memaknai peran dari sumber daya yang ada
yang meliputi hutan, tanah dan air. Namun mereka sangat terbuka dengan
pemanfaatan teknologi terutama untuk membuka akses dengan dunia luar.
Tak
heran, kedatangan tim network planning XL di Ciptagelar disambut dengan
hangat oleh warga lokal bahkan malam harinya dijamu langsung oleh Abag
Ugi Sugriwa Rakasiwi, Ketua Adat Kesepuhan Ciptagelar. Dalam pertemuan
itu, Abah Ugi meminta, jika memungkinkan sinyal XL diusahakan masuk di
Kampung Ciptagelar “Abah, bilang disini belum dapat sinyal XL. Nah
kebetulan saya orang planning. Saya bilang ya udah Abah, nanti
diusahakan,”kata Deden Pramono, tim network planning XL.
Namun
rencana itu, tak semudah untuk direalisasikan. Selain tantangan
geografis, akses jalan menuju kesana cukup menantang, jalanan tak
beraspal, berliku, dan ditepi kiri jalan terdapat jurang menganga dengan
kedalaman bisa mencapai satu kilometer lebih. XL juga diperhadapkan
dengan kendala birokasi perijinan, apalagi daerah ini masuk dalam areal
konservasi Taman Nasional Gunung Halimun.
Untungnya
segala hal yang berhubungan dengan perijinan, Abah bersedia membantu.
“Setelah semuanya mendapat “lampu hijau” baru bikin SSR buat membebaskan
lahan yang sekarang ditempati sebagai tempat menara BTS XL di
Ciptagelar,”ungkap Deden saat bercerita awal pembangunan BTS di
Ciptagelar. Sekalipun kondisi medan yang susah dijangkau, namun tak
menyurutkan niat tim XL untuk menembus daerah terpencil, demi memberikan
pelayanan terbaik bagi warga.
Setelah
berjalan sekitar hampir 1 tahun, tepat pada tanggal 1 April 2010
akhirnya BTS sudah bisa menyala. Sejumlah warga Ciptagelar mengaku
senang dengan beroperasi XL di kampung mereka. “Sebelumnya XL masuk,
kadang ada sinyal tapi muncul tenggelam. Kadang ada, kadang hilang. Kami
sangat berterimakasih, dengan adanya sinyal XL disini. Saya dan warga
disini akhirnya bisa berkomunikasi dengan keluarga di luar
Ciptagelar,”kata Pi Katna, warga kesepuhan Ciptagelar.
Ilmit
(66) juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, ia sangat terbantu
dengan sinyal XL di Ciptagelar. “Sebelumnya susah sekali berkomunikasi
dengan saudara di luar Ciptagelar. Namun dengan adanya sinyal Xl disini,
silaturahmi dengan keluarga makin sering dilakukan. Apalagi kalau ada
kesulitan antar keluarga, terutama saat ada anggota keluarga yang sakit.
Dengan hadir XL disini, ini sangat membantu,”ujar mantan guru SD yang
sekarang dipercaya sebagau sesepuh induk di Ciptagelar.
Hal
itu juga diamini Yoyok Yoga Asmara, juru bicara adat kesepuhan
Ciptagelar. “Kami sangat senang. Ini sudah tunggu lama, karena banyak
operator seluler yang datang atau pernah mampir kesini. Namun tidak ada
niat untuk membangun BTS karena mereka berpikir sulitnya medan yang
harus ditempuh, diatas gunung, harus melewati lembah, dan jauh
sebagainya,”ujarnya.
Namun XL berupaya
mengatasi rintangan lanjut Yoyok. Caranya dengan bekerjasama dengan
warga. “Apa sih yang tidak mungkin, kalau dikomunikasikan. Saling
membantu, bekerjasama dengan masyarakat. Warga sangat mendukung
kehadiran XL disini karena layanan XL bisa membantu komunikasi dengan
keluarga di daerah lain. Disini kan agak terpencil, kondisi jalan juga
sangat memprihatinkan. Jadi ini sangat membantu,”tandasnya. Sejumlah
warga Ciptagelar juga terlihat mulai merintis bisnis jual pulsa di
kampung mereka. Inilah salah satu efek positif dari bisnis
telekomunikasi yakni menggerakan perekonomian warga. (Marwan Azis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar