Botani Sengon
Sengon
dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili
Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki
beberapa nama daerah seperti berikut :
Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa).
Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore)
Klasifikasi Ilmiah Tanaman Sengon :
Divisi : SpermatophytaSub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Mimosoidae
Marga : Paraserianthes
Jenis : Paraserianthes falcataria
Sinonim : Albizia moluccana Miq. Albizia
falcataBacker; Albizia falcataria (L.) Fosberg. |
Pertanaman sengon |
Deskripsi botani tanaman sengon
Batang
Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 20 m.
Tidak
berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter
pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Tajuk berbentuk perisai,
jarang, selalu hijau.
Daun
Daun sengon tersusun
majemuk menyirip ganda panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 –
15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15 – 25 helai daun, dengan anak
daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus,
berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen
dan karbon dioksida dari udara bebas.
Akar
Sengon
memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar
rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol
kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat
nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Bunga
Bunga
tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1
cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum
bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara
penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, tidak bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm.
Setiap
polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu
muda berwarna hijau dan jika sudah tua biji akan berubah kuning sampai
berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin
Benih
Pipih,
lonjong, 3 – 4 x 6 – 7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat. Jumlah
benih 40.000 butir/kg. Daya berkecambah rata-rata 80%. Berat 1.000 butir
16 – 26 gram.
Bagian terpenting yang mempunyai
nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat
mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 –
80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya
berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat
jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu
sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti
kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp,
kertas dan lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon
berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu
lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya
kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi
untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon
dioksida dari udara bebas.
Sengon
memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar
rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol
kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat
nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan
sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon
ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu
kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’
di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.
Bunga
tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1
cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum
bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara
penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah
sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12
cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai
kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras,
dan berlilin.
Prospek Budidaya Tanaman Kayu Sengon / Albazia / Albasia
Berebut Kayu Sengon
Penantian
H Undang Syaefudin terbayar sudah. Mei 2008 ia memanen 3 ha sengon
setelah menunggu 5 tahun. Populasi setiap hekar 600 pohon yang menjulang
16-20 m dan berdiameter 25 cm. Pekebun di Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat, itu sumringah lantaran rekeningnya kian gemuk. Ia
mengantongi Rp211.750.000 dari penjualan kayu sengon.
Nilai
itu berasal dari penjualan 270 m3 kayu gelondongan berdiameter minimal
19 cm. Harganya Rp650.000 per m3 . Pekebun berusia 46 tahun itu juga
menjual 50 m3 palet dengan harga Rp725.000 per m3 . Dengan biaya
perawatan setiap tahun rata-rata Rp1.200.000 per ha, Undang menangguk
laba bersih Rp193.750.000. Itulah sebabnya menjelang musim hujan ini, ia
mempersiapkan lahan 12 ha untuk penanaman sengon.
Bila
Undang memanen semua pohon alias tebang habis, Dian Hadiyanto memilih
menjarangkan. Pekebun di Kawalu, Tasikmalaya, itu mengelola 4 ha
masing-masing berpopulasi 600 pohon. Pada Juni 2008, ia menjarangkan 150
pohon per ha sehingga tersisa 450 pohon/ha. Pria 35 tahun itu memanen
250 m3 dari rata-rata tinggi pohon 19-20 m dan berdiameter 25 cm. Dengan
harga jual Rp450.000 per m3 , Dian mengantongi Rp112.500.000.
Sisa
pohon akan dipanen 2 tahun mendatang. Dian memprediksi memanen 300 m3
dari 450 pohon berumur 7 tahun pada 2010. Jika harga jual tetap, ia
bakal memperoleh Rp135-juta atau Rp540-juta dari lahan 4 ha. Di sentra
sengon Pandeglang, Provinsi Banten, ada Asep Halimi yang mewujudkan
impian menghajikan 11 kerabatnya berangkat ke Mekah bersama. Pekebun di
Citeureup, Kabupaten Pandeglang, itu mampu membiayai mereka lantaran
baru saja memanen 10 ha sengon senilai Rp322-juta.
Populer
Dua
tahun terakhir popularitas sengon memang meningkat. Padahal, ia dikenal
sebagai kayu kelas 3. Penyebabnya? ‘Kerusakan hutan alam sangat parah.
Laju degradasi 2,87-juta ha per tahun menyebabkan hutan tak mampu lagi
menjadi pemasok kayu untuk bahan baku industri,’ kata Ridwan Achmad
Pasaribu, periset Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Menurut
Dr Iskandar Zul Siregar, dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor, pada 1990 tercatat 564 perusahaan hak pengusahaan hutan dengan
produksi 28-juta ton. Jumlahnya tersisa 247 perusahaan yang menghasilkan
11-juta ton pada 2003. ‘Penebangan ilegal bisa 4 kali lipat dari total
produksi itu,’ ujar Iskandar. Ketika luas hutan kian menyusut, di sisi
lain justru, ‘Kebutuhan kayu sangat tinggi dan tak tergantikan,’ ujar
doktor Genetika Kehutanan dan Pemuliaan Tanaman alumnus Georg-August
University, Goettingen, Jerman, itu.
Ketika itulah
masyarakat dan industri yang membutuhkan kayu melirik sengon. Kayu
sengon memang tak sekeras jati. Namun, dengan perendaman dalam garam
wolman, kayu sengon mampu bertahan 30-45 tahun. Garam wolman campuran
25% natrium fl uorida, 25% dinatrium hidrogen arsenat, 37,5% natrium
kromat, 12,5% dinitro fenol. Teknologi lain untuk memperkuat sengon
adalah biokomposit. Sengon yang tak sekuat jati dicampur dengan kayu
lain sesuai dengan peruntukan.
Pantas bila sengon
banyak dikebunkan di berbagai daerah seperti di Kabupaten Ciamis dan
Kotamadya Banjar, Jawa Barat, Temanggung dan Banyumas (Jawa Tengah),
serta Pasuruan dan Kediri (Jawa Timur). Masyarakat berbondong-bondong
mengebunkan sengon lantaran masa tebang relatif singkat 5-10 tahun.
Bandingkan dengan masa tebang jati Tectona grandis yang mencapai 25-35
tahun.
Selain itu, ‘Pengelolaan budidaya sengon
mudah, kesesuaian tumbuh tak sulit, kayunya serbaguna, dan memperbaiki
kualitas serta kesuburan tanah,’ ujar Yana Sumarna MS, periset Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Itu juga disampaikan Sapari
karyawan PT Waskita Karya-BUMN di bawah Departemen Pekerjaan Umum-yang
mengebunkan sengon di Ngadirojo, Kecamatan Lorok, Kabupaten Pacitan,
Jawa Timur.
‘Budidaya sengon itu mudah, risikonya
tak terlalu besar, dan pasarnya ada,’ kata Sapari yang sebulan sekali
pulang ke Pacitan untuk menengok kebun sengon. Bagi Sapari mengebunkan
sengon adalah tabungan untuk pensiun kelak. Saat ini 1.200 sengon di
ketinggian 450 m dpl berumur 3 tahun. Dua tahun lagi ketika pria 53
tahun itu pensiun, Sapari juga memanennya.
Sengonisasi
Sebelum
pekebun ramai-ramai membudidayakan anggota famili Mimosaceae itu,
Departemen Kehutanan meluncurkan program sengonisasi pada 1989.
Tujuannya
untuk menyelamatkan dan melestarikan hutan serta lahan. Dari target
300.000 ha, realisasi penanaman hanya 35.039 ha. Pekebun yang mendapat
benih gratis dalam program itu memanen sengon pada 1997-1998 ketika
pohon berumur 7-8 tahun.
Ikin Sodikin, pekebun di
Kotamadya Banjar, Jawa Barat, memanen 5.500 pohon pada 1997 hasil
program sengonisasi. Ia memperoleh 2.000 m3 kayu senilai Rp250-juta.
Omzet menjulang itulah yang mendorong pria kelahiran 11 Januari 1954
getol mengebunkan sengon di lahan 50 ha. Ia tak menyangka bakal meraup
pendapatan besar.
Persis yang dialami Shandy
Lazuardi, pekebun di Cimanggis, Kotamadya Depok, Jawa Barat. Sepuluh
tahun silam ia ‘iseng-iseng’ menanam 40 bibit sengon di lahan kritis. Ia
praktis tak memberikan perawatan berarti hingga Paraserianthes
falcataria itu tumbuh besar. Seorang pengepul yang kebetulan lewat kebun
sengon terpikat dan langsung menawar. Jadilah, pohon itu ditebang oleh
sang pengepul dan Lazuardi mengantongi Rp24-juta. Kisah selanjutnya
mudah ditebak, alumnus Institut Pertanian Bogor itu memperluas penanaman
sengon hingga 110.000 bibit.
Tak semua pekebun
menapaki jalan mulus seperti Undang Syaefudin, Dian Hadiyanto, dan Asep
Halimi. Beragam rintangan menghadang pekebun sengon buat meraup laba.
Peluang memetik laba besar bakal terhambat jika pekebun tak mengetahui
informasi harga seperti dialami Zaenal Abidin. Mahasiswa pascasarjana
Universitas Islam Negeri Gunungjati Bandung itu pada pertengahan Juli
2008 memanen 1.000 pohon.
Dengan tinggi rata-rata
20 m dan berdiameter 30 cm, pohon-pohon itu menghasilkan 800 m3 .
Pengepul cuma membayar total Rp25-juta. Artinya, guru Madrasah
Ibdidaiyah itu menerima harga Rp31.250 per m3 . Padahal saat ini harga
kayu sengon di tingkat pekebun mencapai Rp450.000 per m3 . Meski
demikian Zaenal Abidin tetap merasa untung. ‘Bibitnya tidak beli. Biaya
produksi rendah, paling hanya mencabuti gulma yang saya lakukan
sendiri,’ ujar pekebun di Buniwati, Kecamatan Surade, Kabupaten
Sukabumi, itu.
Pasokan langka
Pengguna
sengon juga menemukan hambatan berupa langkanya ketersediaan bahan.
Itu dialami oleh PT Daya Sempurna Cellulosatama, produsen kertas di
Bekasi, Jawa Barat. Bertahun-tahun perusahaan yang berdiri pada 1976 itu
memanfaatkan sengon sebagai bahan baku pulp. Kadar selulosa yang tinggi
dan berserat panjang menyebabkan sengon bagus sebagai bahan baku
kertas.
Menurut Gunawan Surya, direktur pabrik,
saat ini sulit menerima pasokan sengon lantaran kayu itu banyak
dibutuhkan beragam industri. Menurut Gunawan , Daya Sempurna
Cellulosatama memerlukan 6.000 ton kayu sengon per bulan. Yang terpasok
cuma 1.000 ton. Itulah sebabnya, ia menghentikan penggunaan sengon
sebagai bahan baku. Dulu, pada 1983-1900-an, pasokan sengon ke Daya
Sempurna Cellulosatama lancar lantaran industri perkayuan tak melirik
sengon. Namun, ketika sengon kini menjadi primadona sulit memenuhi
kebutuhan itu.
Kendala lain adalah terbatasnya
benih berkualitas. Padahal, benih menentukan mutu kayu. Anggapan bahwa
sengon dapat ‘tumbuh sendiri’ tak sepenuhnya benar. Sebab, jika
dibiarkan tumbuh tanpa perawatan berarti sengon menjadi incaran hama dan
penyakit. Awal 2007 uret alias larva kumbang itu meluluhlantakkan 190
pohon milik Muhdiyono. Serangannya serempak, hingga pekebun di
Karangwuni, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, itu tak sempat
menyelamatkan sengon-sengon berumur 2 bulan.
Tinggal telepon
Jika
pekebun mampu melampaui berbagai aral, meraih laba besar sebuah
keniscayaan. Pekebun tinggal menghubungi perusahaan penggergajian atau
eksportir. ‘Menjadi pekebun sengon memang enak, cukup telepon kapan saja
dan tinggal terima uang tanpa harus menebang,’ kata Amir Rosdiana.
Pemilik
CV Hasil Bumi itu biasa ‘menjemput’ kayu di lahan. Begitu mendapat
telepon, Amir langsung ke lahan, mengukur lingkar pohon, dan memanjat
pohon hingga 10 meter untuk memperoleh volume kayu. ‘Pohon yang memiliki
lingkar batang 1,2 meter biasanya mencapai 1 m3 ,’ kata Amir. Itu
artinya ia mesti membayar Rp450.000. Jika kayunya sempurna, lurus, tak
cacat akibat dimakan ulat, harganya melambung Rp800.000 per pohon.
Itu
bersih diterima pekebun, tanpa potongan apa pun. Amir mengolah kayu
sengon menjadi palet alias papan tipis berukuran 206 cm x 5,2 cm x 25
cm. Setiap pekan ia memproduksi 270 palet untuk memenuhi permintaan
perusahaan di Jakarta dan Surabaya. Palet hanya salah satu bentuk
pemanfaatan sengon. Sayang, Amir baru dapat menjemput kayu di kawasan
Priangan Timur-Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut. Pekebun di luar
tanah Priangan tak perlu khawatir. Masih banyak penampung sengon.
Beberapa di antaranya adalah PT Bina Inti Lesatri, PT Bineatama Kayone
Lestari, PT Dharma Satya Nusantara, PT Kutai Timber Indonesia, dan PT
Sumber Graha Sejahtera.
Menurut Ir Himawan
Rahardjo dari PT Dharma Satya Nusantara Temanggung, sengon kayu
multiguna. Kayu sengon berfaedah sebagai bahan bangunan, lantai, dan
pintu. Dharma Satya Nusantara Temanggung memproduksi 5.000 m3 kayulapis
per bulan. Kebutuhan bahan baku mencapai 5.000 m3 log dan 10.000 m3
sawntimber. Perusahaan yang mempekerjakan 2.000 karyawan itu memerlukan
600.000 pohon berdiameter rata-rata 25-30 cm setara 600 ha per bulan.
Himawan
Rahardjo bakal meningkatkan produksi 2 kali lipat pada 2009; meningkat 5
kali lipat, lima tahun ke depan. Artinya, kebutuhan bahan baku juga
bakal melonjak. Kesinambungan produksi DSN tergantung antara lain kepada
produksi pekebun di Magelang, Purworejo, Temanggung, dan Wonosobo.
Maklum, perusahaan itu tak mengelola perkebunan sendiri. Perusahaan di
Temanggung, Jawa Tengah, itu mengekspor hasil olahan sengon ke Taiwan,
Singapura, Jepang, Inggris, Belanda, dan Australia.
Jika
memperhitungkan kebutuhan kelompok Dharma Satya Nusantara yang terdiri
atas 4 perusahaan-3 lainnya di Bekasi, Gresik, dan Surabaya-kebutuhan
sengon bakal melonjak. Grup Dharma Satya Nusantara memproduksi total
250.000 m3 lumber core alias papan laminating berukuran 204 cm x 102 cm x
3-5 cm, 300.000 m3 papan blok, 100.000 m3 kayu lapis, 200.000 pintu,
dan 500.000 m2 lantai per tahun-semua berbahan baku sengon. Perusahaan
yang berdiri pada 29 September 1980 itu semula mengandalkan hutan alam
di Kalimantan. Pada 1988 perusahaan itu pindah ke Jawa. ‘Tak bisa
selamanya mengandalkan kayu alam,’ kata Suyono M Raharjo dari Dharma
Satya Nusantara Surabaya.
Makin Luas
Yang
berteriak kekurangan bahan baku bukan cuma grup DSN. PT Bu Jeon,
produsen finger joint, juga kekurangan pasokan. Menurut Hendro Aluan,
bagian ekspor Bu Jeon, finger joint lembaran kayu setebal 3 cm,
bersambungan di ujung yang bergerigi, mirip jari. Faedahnya sebagai
bahan baku meja, komponen pintu, dan kerajinan tangan. Di pasaran
internasional harga finger joint US$400-US$415 per m3 . Dari kebutuhan
1.200-1.400 m3 balok kayu sengon per bulan, ‘Hanya 600 m3 yang dapat
terpenuhi,’ ujar Hendro.
Permintaan pasar
internasional terhadap sengon yang terus meningkat sebagai bentuk
apresiasi terhadap kayu budidaya. Dunia mengharapkan hutan Indonesia
tetap lestari sehingga kayu sengon hasil budidaya sebagai alternatif.
Pantas permintaan kayu olahan sengon terus melambung.
Lihatlah
PT Bineatama Kayone Lestari pada 1993-ketika awal berdiri-cuma
mengekspor 5 kontainer barecore berbahan sengon sebulan. Kini, hampir 2
windu berselang, Taiwan meminta rutin 150 kontainer barecore per bulan.
Itu di luar permintaan Timur Tengah 10 kontainer per bulan.
Di
pasaran internasional harga barecore US$220 setara Rp1,98-juta per m3 .
Barecore adalah papan berukuran 1,2 m x 2,4 m. Ketebalannya 10 mm dan
13 mm. Menurut Edo Wijaya dari PT Bineatama Kayone Lestari, kebutuhan
bahan baku untuk memproduksi 150 kontainer barecore mencapai 14.000 m3 .
Taiwan juga meminta 50.000 m3 sawntimber, tetapi baru terpasok 8.000 m3
.
Gegap gempita industri pengolahan sengon itu
berimbas di hulu. Para pekebun beramai-ramai membudidayakan kerabat
petai itu. Selain lantaran pangsa pasar besar, harga jual juga terus
membaik. Menurut Heru Jhudiarto, direktur muda Penanaman dan Lingkungan
PT Kutai Timber Indonesia, harga sengon 6 tahun lalu Rp180.000 sekarang
Rp670.000 per m3 .
Menteri Kehutanan Malam Sambat
Kaban memprediksi harga sengon bakal meningkat. ‘Harga sengon akan
terus meningkat hingga harga rasional yaitu masih lebih murah
dibandingkan harga kayu asal hutan alam. Sekitar 4-5 tahun lagi
kira-kira Rp1- juta per kubik. Industri tak akan bermain-main dengan
harga itu karena permintaan ekspor sangat tinggi,’ katanya.Pantas jika
Habib Abdul Qodir Alhamid, pemilik pondok pesantren di Maron,
Probolinggo, mengkoordinir penanaman sengon hingga 3.200 ha. Begitu juga
dengan PT National Plantation yang mengebunkan 800 ha di Tulungagung,
Jawa Timur.
Kutai Timber Indonesia (KTI) memilih
bermitra dengan para pekebun. Setiap tahun KTI memperluas lahan
rata-rata 1.000 ha. Hendri Setiawan juga bermitra dengan pekebun untuk
mengembangkan 130 ha sengon di Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kemudahan memasarkan menjadi daya tarik bagi pekebun.
Jangankan
menjual ratusan atau puluhan pohon, ketika memerlukan ‘dana segar’
untuk membayar SPP anaknya, Mukidi cuma menjual 2 pohon berumur 6 tahun
berdiameter 20 cm. ‘Sengon seperti ATM (anjungan tunai mandiri, red)
berjalan,’ kata pekebun di Temanggung, Jawa Tengah, kelahiran 26 Juni
1960 itu. Laba sengon di depan mata. Mau? (Sardi Duryatmo/Peliput:
Andretha Helmina, Faiz Yajri, Nesia Artdiyasa, Niken Anggrek Wulan, Tri
Susanti, & Vina Fitriani) [
Jutawan Karena Sengon
Jika
harga cengkih tetap membaik dan pohon cengkih tak diterjang angin
ribut, mereka mungkin tak pernah menjadi jutawan karena sengon.
Satu
per satu pohon cengkih di lahan 11 ha itu tumbang di tangan Ikin
Sodikin. Pekebun di Desa Banjaranyar, Kotamadya Banjar, Jawa Barat, itu
geram ketika harga cengkih melorot tajam, cuma Rp1.600 per kg. Padahal,
beberapa bulan sebelumnya harga Syzygium aromaticum itu melambung hingga
Rp10.100 per kg. Namun, sejak Badan Pemasaran dan Penyangga Cengkih
(BPPC) mengatur tataniaga si bunga harum itu, harga cengkih anjlok.
Maka
pada 1990 ia mengganti cengkih dengan sengon. Total populasi cuma 800
bibit per ha. Rendahnya populasi itu lantaran kondisi lahan curam. Di
lahan datar, pekebun dapat menanam hingga 1.200 bibit. Ikin memilih
Paraserianthes falcataria lantaran di Kabupaten Ciamis dan Kotamadya
Banjar bermunculan industri penggergajian yang membutuhkan banyak kayu.
Jutawan
Tujuh
tahun berselang, Ikin membuktikan bahwa pilihannya tepat. Industri
pengolahan kayu di Ciamis memborong sengon dengan harga Rp125.000 per m3
. Panen perdana, pria kelahiran 11 Januari 1954 itu menuai 2.000 m3
dari total 5.500 pohon. Rata-rata tinggi pohon 17 m dan berdiameter
30-40 cm. Di tengah badai krisis moneter itu Ikin mengantongi Rp250-juta
hasil penjualan perdana kayu sengon.
Menurut pria
54 tahun itu biaya investasi sengon relatif rendah. Sebagai gambaran,
Ikin memperoleh benih secara gratis. Ikin hanya bermodal lahan 11 ha
yang ia beli pada 1988 senilai total Rp22-juta. Harga tanah cuma Rp200
per m2 lantaran lokasinya di punggung bukit dan berkapur.
Sedangkan
biaya perawatan cuma Rp1.000 per pohon per 6 tahun. Ikin hanya
membersihkan gulma berupa sisik naga yang merambati pohon. Selebihnya,
pohon tumbuh sendiri tanpa perawatan berarti. Artinya laba bersih Ikin
Rp245-juta. ‘Makanya tanam sengon, asal rajin pada 2 tahun pertama kita
digaji oleh alam. Apalagi harga jual sengon terus meningkat,’ kata Ikin.
Ayah
4 anak itu memanfaatkan laba berkebun sengon untuk memperluas lahan
hingga 30 ha. Lahan itu-11 ha di antaranya-ditanami sengon lagi pada
1998. Enam tahun kemudian, pada 2004 ia memanen kembali. Kakek 4 cucu
itu menuai 400 pohon atau 200 m3 per ha. Total jenderal volume panen
ke-2 mencapai 2.200 m3 dari lahan 11 ha. Dengan harga jual Rp320.000 per
m3 , ia mengantongi Rp704-juta. Panen berikutnya, pada 2005 dari sengon
yang tersisa pada penanaman 1990. Dengan harga Rp370.000 per m3 Ikin
mendapat tambahan pendapatan Rp11.100.000 dari 50 pohon yang
menghasilkan 30 m3 . Pendapatan Ikin Sodikin kian melambung lantaran ia
juga menjadi pengepul sengon. Ia menerima sengon-sengon hasil perkebunan
rakyat untuk memasok 4 perusahaan. Total pasokannya 1.500 m3 sawntimber
atau balok panjang berukuran 130 cm x 5,2 cm x 6 cm dan 600 m3 log
alias gelondongan per bulan. Ikin mengutip laba bersih Rp50.000 per m3
sawntimber dan Rp20.000 per m3 log. Itu berarti laba bersih sebagai
pengepul balok panjang mencapai Rp75-juta dari sawntimber dan Rp12-juta
dari log setiap bulan. Cucuran keringat berkebun sengon juga tampak dari
6 truk dan 8 mobil keluarga.
Meningkat
Nasib
Mahrus Sholikhin mirip Ikin Sodikin. Pekebun di Gondosuli, Kecamatan
Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, itu menaruh harapan besar pada
kayu anggota famili Fabaceae itu. Saat ini ia mengelola 3.600 pohon
berumur 7 tahun. Dari jumlah itu 1.600 pohon di antaranya ditawar
Rp250-juta oleh sebuah perusahaan perkayuan di Surabaya, Jawa Timur.
Mahrus
menolak lantaran yakin harga kayu sengon pada Agustus 2008 bakal
melonjak hingga Rp700.000; harga pada Juli 2008, Rp650.000 per m3 . Yang
pasti, ia memanen sengon-sengon itu pada Agustus 2008. Jika prediksi
harga meroket itu benar, Mahrus meraup omzet Rp840-juta. Dengan harga
saat ini, Rp650.000, ia bakal mengantongi Rp780-juta. Sebab, 3.600 pohon
menghasilkan 1.200 m3 . Pohon-pohon itu hasil penanaman di lahan 7 ha
pada 2001.
Sebelumnya ayah 4 anak itu memanen
sengon pada Juni 1996. Ketika itu pohon berumur 7 tahun dan berdiameter
20-40 cm. Dari 30 pohon yang ia panen, total volume kayu mencapai 5 m3 .
Volume panen itu memang relatif kecil, idealnya 10 m3 . Dengan harga
Rp100.000 per m3 total omzetnya Rp500.000.
Bukan
hanya cerita manis yang dialami pekebun sengon seperti Mahrus. Berbagai
hambatan juga dialami seperti saat panen pada April 2008. Dari 300 pohon
berdiameter 20 cm ia menuai 27 m3 . Idealnya pria 61 tahun itu menuai
100 m3 . Rendahnya produksi itu lantaran perawatannya tak memadai.
Mahrus seperti pekebun pada umumnya yang menganggap sengon dapat tumbuh
sendiri tanpa perawatan berarti. Karena diameter batang kecil, pengepul
hanya membeli Rp480.000 per m3 sehingga omzet Mahrus Rp11-juta.
Malahan
pada 1994 sengon-sengonnya yang dipanen pada umur 5 tahun tak laku
dijual. Sengon di lahan 2 ha ia habiskan untuk memperbaiki musola dan
sekolahan yang rusak. Namun, kini ia dapat menikmati berkebun sengon.
Mahrus semula menggantungkan hidup pada cengkih. Dari lahan 1,5 ha ia
menuai rata-rata 6 ton cengkih per tahun. Pada 1990 angin puting
beliung meluluhlantakkan ratusan pohon cengkih berumur 15 tahun.
Pekebun
kelahiran 9 Februari 1954 itu menanam 2.000 bibit sengon di lahan bekas
cengkih. Kebetulan saat itu-1991-pemerintah menggulirkan program
sengonisasi. Laba berkebun sengon itulah yang ia manfaatkan untuk
menyekolahkan ke-4 anaknya hingga meraih gelar sarjana. Jika pohon
cengkih di lahannya dulu tak tumbang, boleh jadi Mahrus Sholikhin tak
menjadi jutawan sengon. (Sardi Duryatmo/Peliput: Nesia Artdiyasa &
Vina Fitriani )
JENIS JENIS SENGON
Menurut
pengetahuan kami jenis jenis sengon ada 3 jenis ( kami kesulitan
menemukan jenis jenis tanaman sengon di internet dengan keyword : jenis
jenis tanaman sengon ; jenis tanaman sengon dan varietas sengon ) yaitu :
- Sengon buto ( Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb. )
- Sengon tekek
- Sengon laut ( Paraserianthes falcataria (L) Nielsen), syn. Albizia falcata Backer, famili Mimosaceae )
Tiga jenis ini yang kami ketahui, andaikata ada rekan yang mengetahui jenis sengon lainnya mohon di konfirmasi kepada kami.
1. Sengon buto pada umumnya untuk kayu bakar;
2.
Sengon tekek bentuknya mirip dengan sengon laut hanya saja sengon tekek
pada ujung cabang / ranting pohon berwarna merah kehitaman. Sengon tekek tidak
cocok untuk mebel untuk itu sengon tekek setahu kami hanya untuk
kayu bakar atau untuk bahan dasar triplek atau kertas.
3. Sengon
laut berwarna putih, pada bagian ujung pohon / ranting pohon cenderung
berwarna hijau dan dari bawah pohon warnanya cenderung hijau agak
putih. Sengon laut lebih kuat dibandingkan sengon buto maupun sengon
tekek. Sengon laut bisa untuk bahan bangunan, mebel dan untuk bahan
triplek atau kertas
Secara umum bentuk dari ketiga
jenis sengon itu mirip ( bentuk daun ) tetapi jika diamati lebih
mendalam lagi akan tampak perbedaanya
1. SENGON BUTO ( Sengon Merah)
Sengon Buto
Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb.
Nama umum
Indonesia: Sengon buto
Inggris: monkey soap, ear fruit, ear pod, orejoni
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Enterolobium
Spesies: Enterolobium cyclocarpum (Jacq.) Griseb | | Ciri- Ciri :
Pertumbuhan
sengon boto paling cepat dibandingkan sengon tekek maupun sengon laut.
Pada bagian kulit batang teksturnya lebih kasar ( lebih bersisik )
dibandingkan dengan kedua sengon lainnya. Kulit berwarna coklat kemerah
merahan. Pada umumnya penampilan secara fisik sengon buto besar besar.
Karena besar itulah maka di namakan sengon " buto" ( bahasa jawa ) yang
artinya besar.
Jenis kayunya mudah patah dibandingkan dengan sengon tekek maupun sengon laut. Serat kayu lebih kasar dari sengon lainnya.
Sebaran
alami dari daerah tropis Amerika, terutama di bagian utara, tengah dan
selatan Mexico. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 m dpl dengan
curah hujan 600 – 4800 mm/tahun. Tumbuh pada tanah berlapisan dalam,
drainase baik. Toleran terhadap tanah berpasir dan asin tapi bukan pada
tanah berlapisan dangkal. Tahan terhadap suhu dingin dan terpaan angin.
Buah
sengon buto termasuk buah polong, dengan kulit keras. Bentuk polong mel
ingkar dengan garis tengah 7 dan 5 cm sehingga pangkal buah dan
ujungnya menempel. Benih masak ditandai dengan warna buah coklat tua dan
berisi ± 13 benih. Benih sengon buto berukuran panjang 1,1 – 2 cm dan
garis tengah 0,8 – 1,3 cm dan agak gemuk, berwarna coklat tua dengan
garis coklat muda ditengahnya. Dalam 1 kg terdapat 900 – 1000 benih.
Gambar sengon buto |
| | |
2. SENGON TEKEK | | Ciri Ciri :
Secara
fisik sengon tekek memiliki kedekatan dengan sengon laut, hanya saja
yang membedakan adalah warna batang pada bagian ujung-ujungnya ( ranting
) berwarna coklat kemerahan-merahan. Bentuk dan ukuran batang serta
pertumbuhannya sama dengan sengon laut. Kayunya lebih keras dari sengon
buto dan mudah patah jika dibandingkan dengan sengon laut.
Sengon tekek " batang cenderung merah " |
| | |
3. SENGON LAUT
Nama
botanis: (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen), syn. Albizia falcata
Backer, famili Mimosaceae. Nama daerah :Albizia, bae, bai, jeungjing,
jeungjing laut, jing laut, rare, salawaku, salawaku merah, salawaku
putih, salawoku, sekat,
sengon laut, sengon sabrang, sika, sika bot,
sikas, tawa sela, wai, wahagom, wiekkie.Nama lain : Batai (Malaysia
Barat, Sabah, Philipina, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Spanyol,
Italia, Belanda, Jerman); kayu machis (Sarawak);
puah (Brunei) | | Ciri-Ciri :
Ciri
umum : Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda pucat (seperti
daging) warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras.
Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang
lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak
mengkilap. Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut
lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering. Sifat kayu : Kayu sengon
termasuk kelas awet IV/V dan
kelas IV-V dengan berat jenis 0,33
(0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah
radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan 5,2 persen (basah
sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak semudah kayu
meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang
berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau
memilin. (Martawijaya dan Kartasujana, 1977).Penyebaran : Seluruh Jawa,
Maluku, Irian Jaya.
Sengon laut " Warna batang cenderung putih " |
Umumnya
petani pemula tidak dapat membedakan bibit sengon laut - maupun sengon
tekek. Kami menyarankan sebaiknya benar-benar di pastikan bahwa yang
kita tanam adalah sengon laut, jika yang kita harapkan untuk mebel
maupun untuk bahan bangunan. Karena untuk sengon tekak tidak akan
diterima di pabrik. Kecuali kalau itu untuk kayu bakar.
BUDIDAYA TANAMAN SENGON
Habitat Sengon
Tanah
Tanaman
Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang
bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah
sekitar pH 6-7.
Iklim
Ketinggian
tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun
demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m
di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga
untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.
Curah Hujan
Curah
hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai
pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam
tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas
suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai,
yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu
basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000
mm.
Kelembaban
Kelembaban
juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap
kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon
membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon
Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
Daun
Daun
Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak
yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti
sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
Perakaran
Sistem
perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis
dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan
sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan
openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon
dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah
ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan
pendapatan petani penggarapnya.
Kayu
Bagian
yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah
batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon
banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan
berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat
peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek
api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.
Pembibitan Sengon
a) Benih
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya.
Biji
sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik
adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki
sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar,
tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan
benih sengon yang baik sebagai berikut :
- Kulit bersih berwarna coklat tua
- Ukuran benih maksimum
- Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
- Bentuk benih masih utuh.
Selain
penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan
daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya
dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup
besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
Perlakuan benih
Dormansi
dan perlakuan pendahuluan Kulit luar benih sedikit keras. Bila tanpa
perlakuan pendahuluan perkecambahan tidak akan serempak. Benih akan
berkecambah setelah 5 – 10 hari, bahkan bisa sampai 4 minggu setelah
penaburan
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan
tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka
sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun
perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas
mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam
kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk
selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
b) Kebutuhan Benih
Jumlah
benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami
dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
- Jarak tanam 3 x 2 meter
- Satu lubang satu benih sengon
- Rata rata satu kilogram benih berisi 40.000 butir
- Daya tumbuh 60 %
- Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan
demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan
memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara
matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun
seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih
sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
c) Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah
apabila
dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya
dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu :
Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit.
Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam,
lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
d) Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan
persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan
tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih
tempat persemaian sebagai berikut :
- Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
- Diupayakan
memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang
musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
- Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
- Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk
memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian
yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara
lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana
produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang
cukup diandalkan.
Langkah-Langkah Penyemaian Benih Sengon
Terlepas
dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung
maka langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap –
tahap kegiatan sebagai berikut:
a) Penaburan
Kegiatan penaburan dilakukan
dengan
maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan
menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung
terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan
bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang
berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :
- Benih
- Bedeng tabur/bedeng kecambah
- Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1
- Peralatan penyiraman
- Tersedianya air yang cukup
- dan sebagainya.
Teknik
pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap
rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm
belakang 50 cm..
kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan
agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari
timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih
pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna
mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang
maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk
menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.
Penaburan
ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran
larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira –
kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan
kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka
kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.
b )Penyapihan Bibit
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :
- Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada bagian sisi-sisinya.
- Masukkan
media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang
(1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
- Setelah
media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plasitk setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap
kantong diberi satu batang kecambah.
- Kantong plastik yang telah
berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami
atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
Pada
masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak
untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.
c) Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :
Penyiraman
Penyiraman
yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai /
bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari
dengan menggunakan nozle.
Selanjutnya
pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari
keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke
areal terbuka dan hari yang panas.
Pemupukan
Pemupukan
dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan
"gir: sebagai berikut : Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi
pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian
tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan
setelah itu digunakan untuk pemupukan.
Dosis
pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan,
ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera
agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
Penyiangan
Penyiangan
terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu
dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan
sampai akar bibit terganggu.
Pengendalian Hama dan Penyakit pada tanaman sengon
Beberapa
hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing,
sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan
oleh cendawan.
Seleksi bibit
Kegiatan
seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit
dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik
dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan
prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam
sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan
yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan
pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.
Penyiapan Lahan
Penyiapan
lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau
komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman
yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan
menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis
kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;
- Pembersihan lahan,
yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang
rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu
ruang tumbuh tanaman.
- Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).
Penanaman
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :
Pembuatan dan pemasangan ajir tanam
Ajir
dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1
m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan
tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir
tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan
Pembuatan lobang tanam, lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.
Pengangkutan
bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari
lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan
(lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan
sementara ke tempat penanaman.
Penanaman bibit,
pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati – hati agar
bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat
ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan
- Penyulaman,
yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang
baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam,
penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama
(sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak
tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai
pemeliharaan yang intensif.
- Penyiangan. Pada dasarnya kegiatan
penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman
penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling
tanaman, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat
berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga
dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya
menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya,
sekaligus untuk memutus daur hidupnya.Penyiangan dilakukan pada
tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon
tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim
penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.
- Pendangiran.
Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan
maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan
tanaman.
- Pemangkasan. Melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).
- Penjarangan.
Penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa
bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat
tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25
%, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga
tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan
penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan
sisanya 600 pohon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang
akan ditebang pada akhir daur. Cara penjarangan dilakukan dengan
menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu walang" (gigi belakang)
yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur
penanaman.Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan
yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun.
Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III
kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan
penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang.
Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk
memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan,
presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar
teknis kehutanan yang ada.
Hama dan Penyakit tanaman Sengon
Anakan
di persemaian sering terkena lodoh yang disebabkan oleh Rhizoctonia,
Sclerotium, Fusarium, Pythium dan Phitophthora. Untuk mengatasinya,
tanah disterilkan dan diberi fungisida sebelum benih ditabur.
Mudahnya Jual Kayu Sengon
Haji
Sofyan kelimpungan menjual 1.500 sengon berumur 6 tahun di lahan 3 ha.
Pekebun di Desa Caringinnunggal, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat, itu membiarkan pohon-pohon sengon tumbuh tak terurus.
Padahal, banyak perusahaan siap menampung. Sofyan tinggal menekan nomor
telepon, para penampung menjemput hasil panen.
Amir
Rosdiana salah satu penampung yang siap dihubungi kapan pun. Pemilik CV
Hasil Bumi di Desa Sagalaherang, Kecamatan Panawangan, Ciamis, itu
mengatakan, ‘Satu batang sengon pun yang akan dijual saya pasti datang.’
Di mana pun lokasinya pria 30 tahun itu bakal menjemput dengan truknya.
Penampung-penampung kayu sengon lainnya adalah PT Sumber Graha Sejati,
PT Dharma Setya Nusantara, Bineatama Kayone Lestari, dan Kutai Timber
Indonesia.
Yang penting kayu memenuhi spesifikasi.
Spesifikasi antarpenampung, kriterianya hampir sama, cuma patokannya
yang berbeda. Kriteria itu antara lain panjang, diameter, pecah ujung,
bengkok, keberadaan lubang atau busuk, cacat hati, letak hati, dan kayu
pecah. Selain itu ada juga mata kayu mati dan mata kayu hidup. Mata kayu
mati berarti mata kayu ketika pohon ditebang sudah mati sehingga
membusuk atau kering. (Vina Fitriani/Peliput: Faiz Yajri dan Nesia
Artdiyasa ). Trubus OnLine