Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode biological untuk mengolah
limbah organic. Mikrobiologi yang terlibat dalam proses termasuk
fakultatif dan mikroorganisme anaerob, dimana tidak ada oksigen,
mengubah material menjadi produk akhir gas seperti karbondioksida dan
metana.
Keuntungan proses anaerob selama pengolahan anaerob adalah :
a. Yield biomass untuk proses anaerob lebih rendah dibanding system aerob
b. Aerasi tidak digunakan, biaya capital dan pemakaian energi rendah
c. Gas metana yang dihasilkan proses anaerob bisa dinilai secara ekonomis
d.
Penyimpanan dari produksi lumpur, konservasi listrik dan produksi
metana antara $0,2 samapai $0,5 per 1000 galon pengolahan limbah
domestic (jewel 1987)
e. Loading organic lebih tinggi pada system anaerob dibandingkan system aerob
Kelemahan proses anaerob selama pengolahan anaerob adalah :
a. Energi yang dipakai untuk temperature reactor untuk memelihara aktifitas mikroba (350C)
b. Waktu tahan lebih tinggi pada proses anaerob dari pengolahan aerob.
c. Bau yang tidak disadari dihasilkan proses anaerob karena menghasilkan gas H2S dan merkaptan.
d. Settling biomass anaerob di clarifier lebih sulit untuk diolah dibandingkan sedimentasi biomass
e. Reactor operasi anaerob tidak semudah anaerob.
Produk
akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak metana (CH4),
karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hidrogen sulfide (H2S) dan
hydrogen (H2). Proses yang terlibat adalah fermentasi asam dan
fermentasi metana. Dalam fermentasi asam, enzim ekstraseluler dari grup
heterogen dan bakteri anaerob kompleks hidrolisis komponen limbah
organic (protein, lipid, dan karbohidrat). Dalam fermentasi metana,
rantai pendek asam lemak (selain asetat) diubah menjadi asetat, gas
hydrogen, dan karbondioksida, proses yang dianjurkan acetogenesis.
Selanjutnya, beberapa bakteri anaerob dibawa, metanogenesis - proses
dimana hydrogen menghasilkan metana dari asetat dan reduksi
karbondioksida. Stabilisasi material organic dapat terjadi. Fakultatif
dan bakteri anaerob yang tergabung dalam proses fermentasi asam toleran
terhadap perubahan pH dan temperature. Range pH pada fermentasi metana
adalah 6,0 – 8,5 (Benefield dan Randall 1980), 6,8 – 7,4 (Ramalho 1983).
Alkalinity yang dihasilkan dari degradasi senyawa organic membantu
mengontrol pH .range pH 6,6 – 7,4 maka konsentrasi alkalin bervariasi
dari 1000 sampai 5000 mgl sebagai kalsium karbonat.
Jika kita
totalkan semua energi ikatan dari produk dan mengurangkannya dengan
total energy ikatan bahan asal, energi yang dilepas adalah 810 kJ
(nilai-nilai ini tidak terlalu tepat, karena energi ikatan merupakan
perkiraan rata-rata ikatan dari dua jenis atom, yang mungkin bervariasi
dari satu molekul ke yang lain. Kita lihat bahwa energi yang dibebaskan
dari reaksi pembakaran metana adalah lebih besar dari reaksi pembakaran
H2. Hal ini bukan berarti bahwa metana terbakar lebih hebat dari H2
melainkan karena jumlah molekul oksigen yang terlibat dalam kedua reaksi
itu adalah berbeda. Jika kita bandingkan energi yang dibebaskan dari
reaksi pembakaran metana dan H2 per mol O2, energi pembakaran metana
menjadi 405 kJ , lebih kecil sedikit dari pembakaran H2. Jadi reaksi
satu molekul O2 dengan H2 adalah sedikit lebih hebat dibandingkan dengan
metana. Dalam perspektif yang lain, satu mol metana mempunyai kandungan
energi yang lebih besar dalam reaksi pembakaran dengan oksigen daripada
satu mol hidrogen, karena 1 mol metana bereaksi dengan 2 mol O2,
sedangkan 1 mol hidrogen bereaksi dengan 0.5 mol hydrogen (lihat "per
mol bahan bakar"). Karena satu mol gas (gas apapun) akan memenuhi
ruangan dengan volume yang sama, 1 m3 metana akan mempunyai energi tiga
kali lebih besar dari 1 m3 gas hidrogen. Tabel 1 menunjukkan gambaran
skematis kandungan energi dari bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak
bukan terdiri dari senyawa murni, tetapi campuran yang sebagian besar
adalah hidrokarbon jenuh. Oleh karena itu, reaksi yang tepat untuk
pembakaran dari bahan bakar minyak:
2(-CH2-)+3O2->2CO2+2H2O
Seperti
yang disebut dalam tabel 1, diperkirakan reaksi tersebut menghasilkan
energi sebesar 1220 kJ. Per mol oksigen, energi yang dibebaskan hanyalah
407 kJ, energi yang setara dengan energi yang dihasilkan metana. Per
gram bahan bakar energi yang di bebaskan adalah 43.6 kJ , lebih sedikit
dari metana. Hal ini disebabkan hidrokarbon jenuh (terutama rantai
pendek) yang mempunyai perbandingan H/C lebih kecil dari 2/1 karena
kumpulan metil di ujung rantai hidrokarbon. Selain itu, bahan bakar
minyak mempunyai campuran senyawa aromatik yang mempunyai perbandingan
H/C lebih besar dari 2/1.
Contoh studi kasus :
A. Mengolah Kotoran Ternak Menjadi Energi Ramah Lingkungan
Lewat
proses fermentasi, limbah yang baunya amat merangsang itu dapat diubah
menjadi biogas. Energi biogas punya kelebihan dibanding energi nuklir
atau batu bara, yakni tak berisiko tinggi bagi lingkungan. Selain itu,
biogas tak memiliki polusi yang tinggi. Alhasil, sanitasi lingkungan pun
makin terjaga. Dengan teknologi biogas, kandungan zat-zat alami yang
terdapat pada kotoran ternak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan
energi yang kian meningkat. Jadi ribut-ribut soal pasokan energi yang
kurang tidak bakal ada lagi. Pasalnya, biogas bisa dipakai untuk apa
saja. Sebut saja mulai dari memasak, lampu penerangan, transportasi
hingga keperluan lain yang perlu energi. Nah, bila biogas telah
diaplikasikan secara luas, ribut-ribut kekurangan pasokan energi bisa
dihindari. Dan urusan sanitasi lingkungan pun bisa teratasi. Biogas
biasanya dikenal sebagai gas rawa atau lumpur. Gas campuran ini didapat
dari proses perombakan kotoran ternak menjadi bahan organik oleh mikroba
dalam kondisi tanpa oksigen. Proses ini populer dengan nama anaerob.
Selama proses fermentasi, biogas pun terbentuk. Dari fermentasi ini,
akan dihasilkan campuran biogas yang terdiri atas metana (CH4), karbon
dioksida, hidrogen, nitrogen dan gas lain seperti H4S. Metana yang
dikandung biogas berjumlah 54% – 70%, sedang karbon dioksida antara 27% –
43%. Gas-gas lainnya cuma punya persentase sedikit saja. Selama proses
itu, mikroba yang bekerja butuh makanan. Makanan tersebut mengandung
karbohidrat, lemak, protein, fosfor dan unsur-unsur mikro. Lewat siklus
biokimia, nutrisi tadi akan diuraikan. Dengan begitu, akan dihasilkan
energi untuk tumbuh. Dari proses pencernaan anaerobik ini akan
dihasilkan gas metan. Bila unsur-unsur dalam makanan tadi tak berada
dalam takaran yang seimbang alias kurang, bisa dipastikan produksi enzim
untuk menguraikan molekul karbon kompleks oleh mikroba akan terhambat.
Dan untuk menjamin semuanya berjalan lancar, unsur-unsur nutrisi yang
dibutuhkan mikroba harus tersedia secara seimbang. Dalam pertumbuhan
mikroba yang optimum biasanya dibutuhkan perbandingan unsur C : N : P
sebesar 100 : 2,5 : 0,5. Selain masalah nutrisi, ada faktor lain yang
perlu dicermati karena berpotensi mengganggu jalannya proses fermentasi.
Ada beberapa senyawa yang bisa menghambat proses penguraian dalam suatu
unit biogas. Untuk itu, saat menyiapkan bahan baku untuk produksi
biogas, bahan-bahan pengganggu seperti antibiotik, desinfektan dan logam
berat harus diperhatikan saksama. Gas metan hasil fermentasi ini akan
menyumbang nilai kalor yang dikandung biogas, besarnya antara 590 – 700
K.Kal per kubik. Sumber utama nilai kalor biogas berasal dari gas metan
itu, plus sedikit dari H2 serta CO. Sedang karbon dioksida dan gas
nitrogen tidak memiliki konstribusi dalam soal nilai panas tadi.
Sementara dalam hal tingkat nilai kalor yang dimiliki, biogas punya
keunggulan yang signifikan ketimbang sumber energi lainnya, seperti
coalgas (586 K.cal/m3) ataupun watergas (302 K.cal/m3). Nilai kalor
biogas itu kalah oleh gas alam (967 K.cal/m3). Bahkan, menurut D. Wibowo
dalam paper-nya Gas Bio Sebagai Suatu Sumber Energi Alternatif, setiap
kubik biogas setara dengan setengah kilogram gas alam cair (liquid
petroleum gases), setengah liter bensin dan setengah liter minyak
diesel. Biogas pun sanggup membangkitkan tenaga listrik sebesar 1,25 –
1,50 kilo watt hour (kWh). Dari nilai kalor yang dikandung, biogas mampu
dijadikan sumber energi dalam beberapa kegiatan sehari-hari. Mulai dari
memasak, pengeringan, penerangan hingga pekerjaan yang membutuhkan
pemanasan (pengelasan). Selain itu, biogas juga bisa dipakai sebagai
bahan bakar untuk menggerakkan motor. Untuk keperluan ini, biogas
sebelumnya harus dibersihkan dari kemungkinan adanya gas H2S karena gas
tersebut bisa menyebabkan korosi. Agar tak timbul gas yang baunya
seperti kentut itu, kita mesti melewatkan biogas pada ferri oksida.
Nantinya ferri oksida inilah yang akan mengikat (gas) H2S tadi. Bila
biogas digunakan sebagai bahan bakar motor maka diperlukan sedikit
modifikasi pada sistem karburator. Hasil kerja motor dengan bahan bakar
biogas ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti
pembangkit tenaga listrik, pompa air dan lainnya. Selain itu, biogas
juga bisa dipadukan dengan sistem produksi lain.
B. Pembuatan Biogas dari Sampah Organik Sisa Sayuran
Tujuan
penelitian ini adalah membuat biogas dari sampah organik sisa sayuran,
dengan menggunakan bio-reaktor hasil rancangan penelitian. Bahan baku
yang digunakan, yaitu sampah organik sisa sayuran, diambil dari salah
satu pasar tradisional di kota Palembang, yang merupakan bahan buangan
dan bahan yang tidak termanfaatkan. Biogas ini dibuat melalui proses
fermentasi antara sampah organik dan campuran air beserta limbah tahu
dan bakteri EM4 dengan perbandingan komposisi 1:1. Yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh waktu
fermentasi terhadap biogas yang dihasilkan, sehingga dapat diketahui
waktu yang optimum untuk menghasilkan biogas dari sampah organik. Pada
penelitian ini, data temperatur dan pH diamati setiap harinya selama 2
minggu. Dimana didapat temperatur yang paling optimum untuk menghasilkan
biogas sebesar 31oC dan nilai pHnya berkisar antara 6,3-5,8. Sedangkan
untuk biogasnya, yang telah dianalisa dengan menggunakan alat Orsat dan
Chromatografi Gas, biogas yang paling optimum dihasilkan pada hari ke-12
dengan konsentrasi metana (CH4) sebesar 19,59% dan konsentrasi
karbondioksida (CO2) sebesar 8,6 %. Hasil tersebut, tidaklah memenuhi
untuk uji nyala. Dikarenakan biogas dapat menyala, jika terdapat
kandungan metana sebesar 60-70%.
C. Biomass - Strategi Total Jepang
Pada
tahun 2002, di Jepang, telah dicanangkan “biomass - strategi total
Jepang” sebagai kebijakan negara. Sebagai salah satu teknologi
pemanfaatan biomass sumber daya alam dapat diperbaharui yang
dikembangkan di bawah moto bendera ini, dikenal teknologi fermentasi gas
metana. Sampah dapur serta air seni, serta isi septic tank diolah
dengan fermentasi gas metana dan diambil biomassnya untuk menghasilkan
listrik, lebih lanjut panas yang ditimbulkan juga turut dimanfaatkan.
Sedangkan residunya dapat digunakan untuk pembuatan kompos. Karena
sampah dapur mengandung air 70 – 80 %, sebelum dibakar, kandungan air
tersebut perlu diuapkan. Di sini, dengan pembagian berdasarkan sumber
penghasil sampah dapur serta fermentasi gas metana, dapat dihasilkan
sumber energi baru dan ditingkatkan efisiensi termal secara total.
(1) Jenis serta Struktur Tempat Pembuangan Akhir
Untuk
tempat pembuangan akhir, metode penempatannya diatur menurut
undang-undang pengolahan sampah, dan dibagi menjadi tempat pembuangan
tipe aman, tempat pembuangan terkontrol, tempat pembuangan terisolasi.
Mengenai penerimaan sampah umum ditangani oleh tempat pembuangan
terkontrol. Penimbunan memanfaatkan reaksi penguraian senyawa organic
oleh mikroba yang hidup di dalam tanah. Karena pada saat penimbunan akan
dihasilkan gas dapat terbakar seperti gas metana, disiapkan tabung
tahan gas untuk mencegah terjadinya kebakaran atau ledakan.
(2) Teknologi Pengolahan Air Rembesan
Pada
saat dilakukan penimbunan, kualitas air rembesan (lindih) sangat
dipengaruhi oleh karakteristik sampah yang ditimbun, skala tanah
timbunan, kedalamannya, kondisi iklim, konstruksi timbunan dan
sebagainya. Memang ini merupakan pengolahan yang disesuaikan dengan
standar kapasitas buangan yang mengikuti lokasi, tetapi proses awal/
penyesuaian, proses biologi dan proses kimiawi menjadi bagian utama
dalam pengolahan lindih yang dihasilkan, yang setelah diolah dikirim ke
lokasi penimbunan.
Teknologi pengolahan sampah telah
diperkenalkan dengan menitikberatkan pada teknologi pembakaran yang
paling banyak diadopsi. Teknologi pengolahan sampah, merupakan teknologi
yang keberadaannya dirasakan mutlak untuk menjaga agar lingkungan hidup
lebih baik, dengan mengolah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga
serta dari aktivitas industri. Rencana ke depan, ingin mengembangkan
teknologi pengolahan sampah yang dengan itu dapat menekan konsumsi
sumber daya alam serta meringankan beban lingkungan.
DISADUR DARI : http://methanefermentation.blogspot.com/2011/03/methane-fermentation.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar